Perayaan ini menunjuk pada pendamaian dosa-dosa kolektif Bangsa Yisrael terhadap YHWH dengan penyembelihan hewan setahun sekali. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada karya Yesus sebagai korban pendamaian sejati.
Kita ringkasan ciri-ciri perayaan Yom Kippur menurut Barney Kasdan[1] sbb: memberikan penjelasan mengenai Yom Kippur sbb: Berdasarkan Imamat 16, ritual Yom Kippur berpusat pada persembahan dua korban kambing. Yang satu dinamai dengan Khatat yang akan disembelih sebagai lampang penghapusan dosa Yisrael. Sementara kambing yang satu diberi nama Azazel. Kambing ini tidak disembelih namun dibuang ke hutan dan ditandai kain merah kesumba. Kambing ini sebagai lambang dosa Yisrael yang dibuang. Ritual di atas merupakan ketetapan Tuhan yang agung, yaitu mengenai penebusan dan pengampunan melalui korban pengganti. Karena Rosh ha Shanah dan Yom Kippur berdekatan dalam berjarak sepuluh hari, maka perayaan Yom Kippur menjadi sangat penting. Apa yang telah dimulai pada bulan Tishri sebagai evaluasi diri dan pertobatan maka pada hari kesepuluh digenapi dengan penebusan dan pengampunan. Sejak Bait Suci (Bet ha Miqdash) di Yerusalem hancur pada tahun 70 Ms. Maka muncul kebingungan diantara para rabbi, mengenai bagaimana pelaksanaan korban Yom Kippur yang berpusat di Bait Suci. Pada perkembangannya para rabbi membuat korban pengganti melalui Tseloshah Taw atau “TIGA T” yaitu: Tefilah (doa), Tsedaqah (perbuatan baik, derma) dan Teshuvah (pertobatan).
Nama lain yang diberikan untuk perayaan Yom Kippur adalah Yomim Nora’im (hari yang khidmat) karena merupakan perluasan Rosh ha Shanah. Pada hari ini orang-orang Yahudi tradisional melakukan doa, puasa dan pengampunan atas dosa-dosanya selama setahun. Dalam rumah keluarga-keluarga Yahudi, Tgl 9 Tishri petang menjelang pergantian ke Tgl 10 Tishri, merek akan makan malam dan memulai puasa sampai Tgl 10 Tishri petang. Saat makan malam memulai dan mengakhiri puasa, meja akan dihiasi kain putih dan masing-masing berpakaian putih sebagai lambang pengharapan atas pembersihan dosa (Yes 1:18). Ibadah keluarga ditandai dengan penyalaan lilin, pembacaan birkat dan makan roti dan meminum anggur. Orang-orang yang blayak berpuasa adalah mereka yang telah memasuki usia Bar/Bat Mitswah (usia 13 tahun) sementara yang memiliki ganguan kesehatan dan wanita hamil dilarang berpuasa. Pada petang hari menjelang penutupan puasa, keluarga Yahudi berkumpul di Sinagog untuk melaksanakan Kol Nidrey yaitu doa-doa yang dlantunkan untuk memohon agar Tuhan mengampuni berbagai sumpah yang tidak ditepati. Asal usul doa ini berasal dari Abad Pertengahan saat orang-orang Yahudi banyak mengalami penganiyaan dan pemaksaan pindah ke agama Kristen. Orang-orang Yahudi meyakini bahwa saat Yom Kippur berakhir pada petang hari, Tuhan telah mengadili dan memberikan pengampunan. Dan doa-doa yang dinaikkan berisikan permohonan agar orang-orang Yahudi tertulis dalam buku kehidupan. Selain Kol Nidrey juga Neilah atau penutupan pintu gerbang. Kemudian shofar ditiup sebagai lambang bahwa nasib seseorang telah dimeteraikan pada tahun yang akan datang.
Yang menarik untuk dikaji, dalam Lukas 4:16-22 dilaporkan bahwa Yesus Sang Mesias membaca Yesaya 61 di Sinagog dan menghubungkan ayat tersebut dengan diri-Nya. Beberapa literatur rabinik mempercayai bahwa saat Mesias datang, Mesias akan mengucapkan perkataan dalam Yesaya 61 (Lexicon oleh Rabbi David Kimchi sebagaimana dikutip dari buku A Manual of Christian Evidences for Jewish People, Vol 2, p.76). Kenyataan ini mendorong pada kesimpulan bahwa Mesias akan datang pada saat perayaan Yom Kippur dalam Tahun Yobel yang terakhir untuk memberikan pembebasan pada orang-orang Yahudi sebagaimana dikatakan dalam Talmud Sanhedrin 97b sbb: “Dunia akan berakhir tidak kurang dari 85 Yobel dan diakhir Yobel, Mesias Putra Dawid akan datang”. Unsur penting lainnya adalah bahwa dalam sinagoge Abad Pertama Masehi, Yesaya 61 tidak dibaca di sinagog selama Yom Kippur melainkan berhenti sampai di Yesaya 58 karena orang Yahudi memiliki pola pembacaan tiga lapis setiap tahunnya. Maka ketika Mesias membaca Yesaya 61 di sinagog dia hendak menegaskan kemesiasan dirinya. Bukan hanya itu, Yesus pun hendak menyatakan bahwa peristiwa pembacaan Yesaya 61 terjadi saat perayaan Yom Kippur. Yesus menggunakan kata-kata yang tepat pada waktu yang tepat untuk menyatakan siapa diri-Nya.
[1] God’s Appointed Time: A Practical Guide for Undestanding and Celebrating the Biblical Holiday, Lederer Books 1993, p. 77-86
Bagus sekali.
ReplyDelete