Bagian Kedua
APAKAH YESUS SANG BAPA DAN YAHWEH SERTA ELOHIM?
Baik Kitab Injil maupun surat-surat rasuli tidak pernah menisbatkan Yesus sebagai Sang Bapa, melainkan Dia adalah Sang Anak karena hakikat Dia adalah Sang Firman yang menjadi manusia (Yoh 1:14, 18).
Bapa menyatakan sendiri bahwa Yesus adalah Anak sebagaimana dikatakan dalam Matius 3:16-17 sbb: “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." Jika Yesus Sang Bapa, siapa yang berkata “Inilah Anak-Ku?” Apakah Anak Tuhan berbicara kepada Anak Tuhan?
Malaikat yang mewartakan kelahiran Yesus mengatakan sbb: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Tuhan” (Luk 1:35).
Petrus murid Yesus menegaskan siapa Yesus dan dibenarkan oleh Yesus saat ditanya siapakah diri-Nya, sebagaimana dikatakan dalam Matius 16 :15-17, “Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Tuhan yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga”.
Bahkan Shatan saja mengakui bahwa Yesus adalah Anak Tuhan dengan mengatakan: “Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu. Dan mereka itu pun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Tuhan? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" (Mat 8:28-29)
Orang yang tidak menjadi murid Yesus pun mengakui bahwa Dia adalah Anak Tuhan sebagaimana dilaporkan dalam Matius 27:54 sbb: “Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Tuhan".
Tidak ada satupun referensi ayat yang menegaskan secara langsung bahwa Yesus adalah Sang Bapa kecuali 2 ayat yang disalahpahami pengertiannya. Kedua ayat yang disalahpahami tersebut adalah Yesaya 9:5 yang berbunyi: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Tuhan yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”. Ayat ini menjadi referensi nubuatan yang membuktikan sifat keilahian Mesias yang dilahirkan. Thoh Yesus tidak pernah disapa dengan sebutan “Penasihat Ajaib”, “Tuhan yang Perkasa”, “Bapa yang Kekal”, “Raja Damai”.
Julukan profetis tersebut lebih memberikan informasi sifat keilahian Mesias atau Pra Ada Mesias sebagai Sang Firman. Bukankah Firman itu tidak diciptakan melainkan menciptakan (Mzm 33:6)? Jika Dia menciptakan, maka Dia kekal. Sifat keilahian Mesias dinyatakan pula dalam Mikha 5:1 sbb: “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”. Frasa “permulaannya sudah sejak dahulu kala” dalam bahasa Ibrani, “umotsaotaiw miqqedem” secara literal artinya “yang kehadirannya sudah sejak lampau”. Kalimat ini hendak memberikan petunjuk kekekalan Sang Mesias sebagai Firman YHWH yang berdiam bersama YHWH. Dan frasa ini hendak mengungkapkan sifat keilahian yang ditegaskan dalam Yesaya 9:5.
Ayat berikutnya yang disalahpahami adalah Yohanes 14:7-9 sbb: “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." Kata Filipus kepada-Nya: "Tuantunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami”. Ayat ini harus dipahami dengan membaca dan mempertimbangkan terlebih dahulu ayat-ayat yang telah dikutip sebelumnya yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Tuhan (Mzm 2:7, Luk 1:35, Mat 16:15-17, Mat 8:28-29, Mat 27:54).
Oleh karenanya di bawah terang pemahaman ayat-ayat sebelumnya, pernyataan Yesus ini harus dipahami dalam artian bahwa Yesus menyatakan Bapa yang tidak nampak atau Bapa yang Roh tersebut sebagaimana dikatakan dalam Yohanes 1:18 sbb: ”Tidak seorang pun yang pernah melihat Tuhan tetapi Anak Tunggal Tuhan, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya“. Dan Yesus menegaskan pada Yohanes 14:10 sbb, ”Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya”. Mengapa Yesus masih menggunakan kalimat ”Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku“ jika Dia adalah Bapa itu sendiri?
Kemudian Yohanes 8:24 mengatakan, ” Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Kata yang diterjemahkan ”Akulah Dia“ dalam ayat tersebut dipergunakan bahasa Yunani Ego eimi. Persoalannya, apakah kata Ego eimi dalam ayat ini menunjuk pada Bapa atau menunjuk pada pengertian lain?
Sebagaimana telah diulas pada bab sebelumnya bahwa bentuk kata Ego eimi oleh Yesus dapat menunjuk dan menegaskan sifat keilahian-Nya namun disatu sisi istilah ini dapat menunjuk pada ungkapan penegasan saat seseorang berbicara. Contoh: ”Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang melayani Tuhan dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu“ (Luk 1:19). Frasa "Akulah Gabriel“ dalam teks Yunani dipergunakan bentuk ”Ego eimi Gabriel“. Tidak ada yang istimewa dalam penggunaan kalimat Ego eimi pada ayat ini. Demikian pula dalam Matius 14:27 dikatakan: ”Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!". Kalimat ”Aku ini“ dalam teks Yunani dipergunakan bentuk Ego eimi. Demikian pula saat Yesus menegaskan diri-Nya pada Paul di Damsyik sebagaimana dilaporkan Kisah Rasul 9:5 sbb: ”Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, (Tuan)?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu“. : Kalimat, "Akulah Yesus“ dalam ayat tersebut dipergunakan bentuk ”Ego eimi Iesous“. Sekali lagi, tidak ada yang istimewa dengan penggunaan kalimat tersebut selain bentuk penegasan dan idiom Yunani yang khas. Jika membuat kesimpulan Yesus adalah Bapa berdasarkan penggunaan Ego eimi, mengapa malaikat (Luk 1:19) yang menggunakan bentuk Ego eimi tidak disebut sebagai Bapa?
Dengan melakukan kajian teks di atas, sekarang kita harus memecahkan apa makna bentuk kalimat Ego eimi dalam Yohanes 8:24? Ayat 24 tidak dapat dipahami tanpa sebelumnya membaca ayat 23 dimana Yesus mengatakan,“ Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini“. Oleh karenanya istilah Ego eimi pada ayat 24 hendak menegaskan apa yang dinyatakan pada ayat 23 bahwa apabila orang-orang Yahudi tidak percaya bahwa Yesus adalah yang datang dari atas dan bukan dari dunia ini, maka mereka akan mati dalam dosa mereka.
Mereka yang memegang pandangan bahwa Yesus adalah Tuhan (Ibr: Elohim/Yun:Theos) mempergunakan Yesaya 9:5 (frasa “El Gibor” yang artinya “Tuhan Yang Perkasa”) dan Yohanes 10:34 dimana Yesus mengutip Mazmur 82:6 dengan mengatakan, “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah (tuhan)?” Namun ayat ini harus dipahami secara keseluruhan dari ayat 36 hingga 38 sbb: “Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Tuhan dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Tuhan" . Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah (uhan? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut tuhan -- sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan --,masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Tuhan! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Tuhan?”. Dalam kasus pelemparan batu orang-orang Yahudi kepada Yesus, bukan dikarenakan diri-Nya menisbatkan diri sebagai Tuhan (Elohim/Theos) melainkan ucapan Yesus dianggap menyetarakan diri-Nya dengan Tuhan (ay 33). Ucapan apa yang membuat orang Yahudi tersinggung dan menuduh Yesus menyetarakan diri-Nya dengan Tuhan? Pertama, Yesus mengatakan diri-Nya berkuasa memberikan hidup yang kekal (ay 28). Kedua, Yesus menyatakan diri-Nya dan Bapa adalah satu (ay 30). Ketiga, menyatakan diri-Nya Anak Tuhan (ay 36).
Jika Yesus adalah Tuhan (Elohim/Theos) mengapa Dia justru mengajarkan pada para murid-Nya sbb: "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada (Tuhan) percayalah juga kepada-Ku” (Yoh 14:1). Demikian pula dikatakan, “Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah (YHWH Tuhanmu), dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (Luk 4:8). Dan akhirnya dikatakan, “(Tuhan) itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yoh 4:24).
Frasa "Jika Yesus Sang Bapa, siapa yang berkata “Inilah Anak-Ku?” Apakah Anak Tuhan berbicara kepada Anak Tuhan"?, jelas menunjukkan adanya perbedaan "Pribadi" antara Bapa dan Anak :-)
ReplyDelete