Dalam sebuah
artikel surat kabar dituliskan, “Sayang, harus diakui, tampaknya tidak banyak tokoh
agama yang tertarik pada isu-isu ketenagakerjaan. Banyak tokoh agama yang hanya
suka berkutat pada masalah-masalah yang terkait dengan dogma, akidah atau
ajaran agama. Padahal para buruh sebenarnya mengharapkan ada tokoh seperti
mendiang Paus Yohanes Paulus II yang berani memback up perjuangan Serikat Buruh
Solidaritas dalam menghadapi rezim komunis Polandia pada akhir dekade 1980-an” (Endang
Suarini, Buruh Berjuang, dimana Agamawan, Kompas, 19 Maret 2012, hal 4).
Pernyataan di atas sangat menggelitik dan menyadarkan semua kaum
agamawan/rohaniawan khususnya Kristiani bahwa persoalan keadilan sosial dan
isu-isu sosial kemasyarakatan termasuk persoalan kaum buruh, seharusnya menjadi
pokok perhatian yang tidak kurang pentingnya setelah fundasi iman (Emunah,
Ibr/Akidah, Arb).
Wednesday, March 21, 2012
PERAN ROHANIAWAN KRISTEN DALAM PENEGAKKAN KEADILAN SOSIAL
Kekristenan memiliki fundasi iman atau pokok-pokok kepercayaan (Emunah/Akidah) yang meliputi siapa dan bagaimana Tuhan? Nama dan Karya Tuhan, dll. Kekristenan memiliki bentuk-bentuk peribadatan (Avodah). Kekristenan memiliki bentuk-bentuk perilaku moral yang khas (Halakah).
Penegakan keadilan sosial dan isu-isu sosial kemasyarakatan merupakan bagian dari gaya hidup Kristen. Agamawan dan rohaniawan Kristen bukan hanya harus mengikuti perkembangan mengenai isu-isu sosial serta penegakkan keadilan sosial, lebih jauh dari itu kaum agamawan/rohaniawan Kristen harus memiliki beberapa hal berikut: Pertama, perspektif mengenai keadilan sosial berdasarkan teks Kitab Suci. Kedua, hadir dalam memberikan solusi mengenai penegakkan keadilan sosial. Ketiga, mendorong jemaat untuk menegakkan keadilan sosial dalam lingkup keluarga dan pekerjaan
Perspektif Keadilan Sosial Menurut Kitab Suci
Kitab Suci baik TaNaKh (Torah, Neviim, Ketuvim) atau lazim disebut oleh Kekristenan dengan sebutan Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru (Injil dan surat-surat Rasuli) bukan hanya berisikan mengenai petunjuk-petunjuk doktrinal serta peribadahan. Kitab Suci berbicara secara luas bagaimana Tuhan peduli dan memerintahkan umat-Nya menegakkan keadilan sosial.
Keadilan adalah salah satu sifat Tuhan
Tuhan bukan hanya Kasih namun Tuhan juga Adil. Bilangan 14:18 mengatakan, “YHWH (Yahweh) itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat”. Dikatakan pula dalam Yesaya 30:18, “Sebab itu YHWH menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab YHWH adalah Tuhan yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!.
Jika Tuhan hanya mengasihi maka Dia lemah. Jika Tuhan hanya adil maka Dia kejam. Tuhan memiliki Kasih dan Keadilan dalam diri-Nya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Keadilan-Nya merupakan wujud kewibawaan-Nya. Kasih-Nya wujud kebaikan-Nya.
Tuhan memerintahkan umat-Nya menegakkan keadilan sosial
Tuhan bukan hanya memiliki sifat adil melainkan Dia pun memerintahkan umat-Nya menegakkan keadilan. Yesaya 56:1 berkata, “Beginilah firman YHWH: Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan”. Dikatakan pula dalam Yeremia 22:3, “Beginilah firman YHWH: Lakukanlah keadilan dan kebenaran, lepaskanlah dari tangan pemerasnya orang yang dirampas haknya, janganlah engkau menindas dan janganlah engkau memperlakukan orang asing, yatim dan janda dengan keras, dan janganlah engkau menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini!”. Bahkan dalam Kitab Amos 5:15 disabdakan, “Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; mungkin YHWH, Tuhan semesta alam, akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yusuf”.
Yesus Sang Mesias memerintahkan agar muridnya menegakkan keadilan
Yesus bukan hanya mengajarkan bagaimana melaksanakan Torah dengan benar dan memberikan hidupnya sebagai korban penghapus dosa. Yesus mengajarkan bahwa keadilan adalah Inti Torah sebagaimana dikatakan, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan”
Rasul-rasul memerintahkan agar murid Yesus Sang Mesias menegakkan keadilan
Demikian pula para rasul khususnya rasul Paul memerintahkan agar Jemaat Mesias mengejar keadilan sebagaimana dikatakan, “Tetapi engkau hai manusia Ilahi, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan” (1 Tim 6:11). Bahkan Rasul Paul mengajarkan agar keadilan menjadi baju zirah sebagaimana dikatakan, “Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan” (Ef 6:14).
Kehadiran Agamawan Dalam Memberikan Solusi Penegakkan Keadilan Sosial
Dimana peran agamawan/rohaniawan khususnya mereka yang Kristiani? Mereka bisa melakukan dua hal berikut sebagai wujud kepedulian dan kehadiran mereka atas penegakkan keadilan sosial. Pertama, terlibat dalam penanganan kasus-kasus yang membutuhkan penegakkan keadilan sosial melalui jalur lembaga swadaya masyarakat atau badan-badan organisasi yang concern menangani persoalan tersebut khususnya dibidang advokasi. Kita masih ingat akan karya pelayanan Alm. Romo Mangun yang gigih membela penduduk Kedung Ombo di Yogyakarta. Dan upaya-upaya yang beliau kerjakan masih diteruskan oleh beberapa generasi rohaniwan Katolik seperti Romo Beny dll. Diharapkan para pendeta dari denominasi Protestan, Pentakosta, Kharismatik dll dapat melibatkan diri pula dalam kasus-kasus konkrit penegakkan keadilan sosial.
Kedua, memberikan kajian kritis seputar tema-tema keadilan sosial dan kebijakan yang timpang dan merugikan rakyat, baik dari pihak pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta. Alm. DR. Verkuyl sangat produktif menulis banyak buku-buku terkait Teologi maupun isu sosial dalam Capita Selectanya khususnya di bidang sosial dan politik.
Mendorong Jemaat Untuk Menegakkan Keadilan Sosial
Rohaniawan Kristen harus memberikan porsi berimbang dalam mendorong jemaat agar memiliki kepekaan sosial serta terlibat dalam menegakkan keadilan sosial. Jangan hanya membicarakan Tuhan dan perintah-perintah-Nya seolah-olah kita sedang hidup di Surga. Berbicaralah mengenai Tuhan dan Firman-Nya dalam kondisi nyata di bumi. Bukankah Yesus mengajarkan, “Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga?” (Mat 6:10).
Kita diingatkan dalam Yesaya 32:17 sbb: “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya”. Frasa “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera” dalam bahasa Ibrani wehayah maashe hatsedaqah, shalom yang bermakna “barangsiapa ada yang mengerjakan kebenaran/keadilan maka akan terjadi damai sejahtera”.
Dengan demikian, damai sejahtera bukanlah sesuatu yang hanya diterima belaka melainkan diupayakan. Melalui apa? Melalui penegakkan keadilan dan kebenaran.
Kita dapat memulai komitmen kita untuk menegakkan keadilan dan kebenaran di rumah tangga kita. Apakah kita sudah berbuat adil/benar terhadap anak-anak kita?. Apakah kita sudah berbuat adil/benar terhadap pembantu rumah tangga kita? Apakah kita memotong gajinya tanpa alasan/ Apakah kita memberi gaji dengan mengabaikan standar kepatutan?
Kemudian kita masuk dalam ranah sosial. Jika kita seorang Kristen yang memiliki jabatan sebagai pimpinan perusahaan, adakah kita sudah berbuat adil terhadap. Torah mengajarkan, “Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya” (Im 19:13).
Marilah kita umat Kristen baik Agamawan/Rohaniawan dan umat bersatu padu melibatkan diri dalam penegakkan keadilan sosial.
Menyadarkan bahwa kita, pengikut Kristus, sekaligus para pemimpin2nya, masih hidup dalam "kekanak2an rohani", hidup cari aman, dan sebenarnya bukan pengikut Kristus yg benar. Sedih
ReplyDeleteterimakasih buat informasinya..
ReplyDeletesangat membantu
boleh saya menanyakan sumbernya ?
Sumber apa yang dimaksudkan dalam pertanyaan?
Delete