Kitab
Kejadian Pasal 6:1-2 dibuka dengan sebuah kisah bahwa keturunan Adam dan Hawa
semakin banyak dan memenuhi bumi (ha
adam larov al peney ha adamah). Pada waktu itu, sejumlah putra-putra Tuhan
tertarik dengan putri-putri manusia. Dalam teks Ibrani dikatakan, “wayyir’u
beney ha Elohim et benot ha Adam ki tovot hennah, wayyiqkhu lahem nashim mi kol
asyer bakharu”. Ayat ini menjadi pokok kontroversi di antara para ahli
tafsir. Sebagian menafsirkan bahwa yang dimaksud “putra-putra Tuhan” adalah
keturunan Seth sementara penafsir lainnya menunjuk pada para malaikat. Yang
manakah di antara tafsiran tadi yang paling mendekati maksud teks Kejadian
6:1-2?
Siapakah
beney ha Elohim itu? Dalam Kitab TaNaKh maupun Brit Khadasha (Perjanjian
Baru) istilah beney ha Elohim
menunjuk pada beberapa oknum al:
Malaikat (Ayub 1:6 ;
2:1 ; 38:7, Daniel 3: 25, 28)
Ayub 1:6, “Pada suatu hari
datanglah putra-putra Tuhan menghadap Yahweh dan di antara mereka datanglah
juga Shatan” (wayehi hayyom
wayyavo’u beney ha Elohim lehityatsev al Yahweh wayyavo gam ha Syatan betokam).
Bangsa
Israel (Kel 4:22, Ul
14:1)
Keluaran
4:22 “Maka engkau harus berkata kepada Firaun:
Beginilah firman Yahweh: Israel ialah Putra-Ku, Putra-Ku yang sulung;” (weamarta el Phar’oh, koh amar Yahweh, beni,
bekori Yishrael)
Orang
yang takut akan Yahweh sebelum kedatangan Mesias (2 Sam 7:8-14)
2
Samuel 7:8 “Oleh sebab itu, beginilah
kaukatakan kepada hamba-Ku Dawid: Beginilah firman Yahweh semesta alam: Akulah
yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk
menjadi raja atas umat-Ku Israel… Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi
putra-Ku (yyihye lli beni).
Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang
dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia”
Orang
yang telah mengalami kelahiran baru dan menerima Yahshua sebagai Mesias (Yoh 1:12)
Yohanes
1:12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
putra-putra Tuhan (dalam terjemahan Hebrew New Testament: Banim le Elohim,
dan Peshitta Aramaik: D’beniyah D’Elaha), yaitu mereka yang percaya
dalam nama-Nya;…
Gelar
bagi Adam (Luk 3:38)
Ternyata
istilah beney ha Elohim memiliki
beragam makna. Namun frasa beney ha Elohim yang dilawankan dengan benot
ha Adam, menunjukkan suatu PERBEDAAN HAKIKAT DAN KUALITAS di antara mereka.
Yang satu berbeda dengan yang lain. Memang benar bahwa istilah beney ha
Elohim adalah suatu idiom Hebraik untuk menggambarkan suatu sifat atau
karakter tertentu dari orang-orang yang saleh dan mengasihi Yahweh. Namun
ketika istilah ini dihadap mukakan dengan istilah benot ha Adam, tentu
saja mereka bukan keturunan manusia. Maka dapat dipastikan istilah ini menunjuk
pada malaikat.
Putra-putra
Tuhan ini melihat bahwa putri-putri keturunan manusia itu sangat cantik (tovot
hennah) sehingga mereka mengambilnya menjadi istri (nashim).
Bagaimana mungkin malaikat memiliki kecenderungan seksual, padahal dalam Matius
22:30 dikatakan, “Karena pada waktu
kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti
malaikat di sorga”? Namun jika kita telaah, ayat ini tidak membicarakan apakah
malaikat memiliki jenis kelamin atau tidak namun membicarakan bahwa di hari
kebangkitan keadaan manusia seperti malaikat di Sorga, yaitu tidak menikah atau
menikahkan. Rasul Paul sendiri menegaskan bahwa setelah manusia mengalami
kebangkitan fungsi seksual mereka sebagai lelaki dan perempuan tidak hilang (1 Kor 15:35-38).
Ada
dua ayat dalam Kitab Brit Khadasha yang menyatakan bahwa pada zaman lampau ada
sekumpulan malaikat yang memberontak dan berbuat dosa sebagaimana dikatakan: “Sebab jikalau Tuhan tidak menyayangkan
malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka
dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan
mereka sampai hari penghakiman; dan jikalau Tuhan tidak menyayangkan dunia
purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh
orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik”
(2 Ptr 2:4-5). Dan dikatakan pula, “Dan
bahwa Dia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan
mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi
di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar,sama seperti Sodom
dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan
percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung
siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang” (Yud 6-7). Dua
ayat di atas menegaskan bahwa malaikat-malaikat melakukan dosa percabulan di
masa lampau.
Apa
yang terjadi setelah beney ha Elohim mengambil istri beney ha Adam?
Dalam Kejadian 6:4 dikatakan, “hannefilim hayu baarets…”. Lembaga
Alkitab Indonesia menerjemahkan “Nefilim” dengan “orang-orang raksasa”.
Terjemahan berbahasa Inggris kebanyakan tetap mempertahankan penggunaan kata “Nefilim”
ini. Al.,
“The Nephilim
were on the earth in those days-and also afterward—when the sons of God went in
to the daughters of humans, who bore children to them. These were the heroes
that were of old, warriors of renown”[1].
“The Nephilim were on the earth in those days-and
also afterward—when the sons of God went to the daughters of men and had
children by them. They were the heroes of old, men of renown. The New
International Version”[2]
“The Nephilim were on the earth in those days and
also later. That was when the sons of God had sexual relations with the
daughters of human beings. These women gave birth to children, who became
famous and were the mighty warriors of long ago”
[3]
Septuaginta menerjemahkan “Nefilim” dengan “Gigantes” yang
kelak diserap dalam bahasa Inggris menjadi “Gyant” yang artinya “Raksasa”.
“Nefilim”
sebagai hasil keturunan malaikat dan manusia disebut orang dengan “haggiborim
asyer me’olam” (orang-orang perkasa di zaman lampau) dan “Anshey
hashem” (orang kenamaan).
Kejadian 6:5-7
melaporkan bahwa manusia semakin mengalami kemerosotan moral dan spiritual.
Kecenderungan ini diungkapkan dalam bahasa Ibrani, “ki rabah ra’at ha Adam
baarets…”. Kerusakan moral ini tentunya ada kaitannya dengan keberadaan Nefilim sebagai hasil perkawinan beney
ha Elohim dan beney ha Adam. Kejahatan manusia ini mengecewakan hati
Yahweh. Dalam bahasa Ibrani dikatakan, “wayinnakhem Yahweh ki asyah et ha
Adam baarets…”. Kata “yinakhem” merupakan bentuk orang ketiga
tunggal dari kata “nakham” yang dapat diterjemahkan “menghibur” (Kej
24:67; 38:12; 50:21) namun juga dapat berarti “kekecewaan” (Kej 6:6) “penyesalan”
(Kel 32:14), “menuntun” (Mzm 78:14, 53).
Kata
“menyesal” atau “kecewa” yang dihubungkan dengan Yahweh, merupakan bentuk “anthrophomorphisme”
(bertindak seolah-olah seperti manusia) untuk menggambarkan kesedihan dan
kekecewaan yang mendalam karena ciptaan-Nya telah menyimpang dari apa yang
telah ditetapkan-Nya. Seperti seorang Ayah atau Ibu kecewa terhadap perilaku
anak-anak yang memberontak dan mempermalukan orang tuannya dengan perbuatannya
yang buruk, demikianlah Yahweh terhadap ciptaan-Nya. Namun kekecewaan Yahweh
ini berbeda kualitas dengan kekecewaan manusia. Kekecewaan Yahweh merupakan
kekecewaan yang bersifat metafisik sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 106:45, “Dia ingat akan perjanjian-Nya karena mereka,
dan menyesal (wayyinakhem)
sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar”.