Bahan Renungan:
2 Korintus 6:10, 1 Timotius 6:18
Ketika saya masih sekolah menengah atas di Bandung, saya pernah ingin menyalurkan bakat menulis saya dengan menyerahkan naskah cerpen ke pihak organisasi intra sekolah agar dapat dimuat di mading (majalah dinding). Namun cerpen tersebut dikembalikan pihak pengelola mading dengan alasan isinya terlalu idealis dan mustahil terjadi. Alasan pengembalian tersebut hanya dikarenakan saya membuat cerita tentang seorang pengemis baik hati yang mengembalikan dompet seseorang yang terjatuh dan tergeletak di jalanan, dimana ada sejumlah uang dan kartu identitas pemilik dompet. Saya kecewa dan tidak habis pikir dengan alasan penolakkan tersebut. Ketika saya membuat cerpen tersebut bukan dikarenakan saya telah melihat fakta atau mendengar sebuah kisah nyata yang saya tuangkan dalam bentuk cerpen. Sebaliknya, saya memang ingin menyalurkan sebuah idelaisme mengenai kejujuran dan kebaikan serta martabat, bahwa seorang miskin yang menjadi pengemis belum tentu akan memanfaatkan setiap kesempatan yang akan membuatnya melakukan tindakan melanggar hukum seperti mencuri.
Namun ketika saya membaca dua kisah nyata yang menggetarkan hati berikut ini, saya semakin percaya bahwa idealisme saya beberapa puluh tahun silam ternyata bukan sebuah khayalan yang tidak mungkin terjadi. Sebaliknya, idealisme tersebut telah menemukan pembuktiannya melalui kisah yang akan saya bagikan pada pembaca sekalian.
Ada dua kisah nyata dan inspiratif yang akan saya bagikan dan yang mungkin sudah pernah ada yang mendengar atau membaca kisah luar biasa ini.
Kisah Pertama
Hiduplah sepasang suami istri miskin yang hidup kolong jembatan di Sao Paulo, Brasil. Namun, hati Maranhao Rejaniel de Jesus Silva Santos (36) dan pasangannya, Sandra Regina Domingues luar biasa kaya.
Pada Minggu 8 Juli 2012, sekitar pukul 03.00 dini hari, mereka yang sedang terlelap di kolong Jembatan Azevedo terbangun saat mendengar raungan alarm memekakan telinga. Penasaran, Santos dan Domingues memutuskan untuk mendekati asal alarm, yang ternyata berasal dari sebuah restoran Jepang yang jadi korban perampokan.
Seperti dimuat laman Folha do Sao Paulo, beberapa waktu kemudian, di tengah jalan, Santos menemukan dua koper berisi uang diletakkan di bawah pohon sebelah halte bus. Satu koper berisi uang kertas, lainnya penuh berisi koin. Di dekatnya tergeletak bon dan bukti transaksi kartu kredit.
Dari bukti transaksi, diketahui bahwa uang tersebut dicuri dari restoran Hokkai Sushi yang baru dirampok. Diduga, uang itu sengaja ditinggal oleh para perampoknya karena banyak petugas yang sedang berjaga, dan akan diambil begitu keadaan sudah aman. Uang yang mereka temukan tak tanggung tanggung. Senilai 20.000 real Brazil atau Rp92 juta.
Namun, alih-alih mengambilnya dan menganggap sebagai "rezeki jatuh dari langit", Santos memutuskan untuk mengembalikannya. "Saya langsung terpikir untuk lapor polisi," kata pria yang sehari-hari mengais rezeki dengan memulung sampah plastik.
Kejujurannya juga memukau polisi yang menerima pengembalian itu. "Saat polisi datang dan menjumpai uang sebanyak itu, mereka nyaris tak percaya aku mengembalikannya."
Salah satu pemilik restoran yang dirampok, Daniel Uemura juga heran bukan kepalang saat mengetahui yang menemukan uang miliknya adalah seorang tunawisma.
"Ini merupakan contoh kejujuran dan kerendahan hati. Kami sangat bersyukur masih ada orang seperti dia," ujar Uemura, ketika datang ke kantor polisi untuk mengambil uangnya.