ngampuni orang yang bersalah kepada kami"(Mat 6:12).
Tuhan YHWH memberikan Hari Pendamaian (Yom Kippur) untuk kita mengadakan pendamaian atas segala kesalahan dan pelanggaran dalam tahun yang kita jalani baik terhadap Tuhan maupun sesama. Yesus bukan hanya korban Pesakh kita (1 Kor 5:7) namun Dia adalah korban Pendamaian kita (1 Yoh 2:2).
Tuhan YHWH memberikan Hari Pendamaian (Yom Kippur) untuk kita mengadakan pendamaian atas segala kesalahan dan pelanggaran dalam tahun yang kita jalani baik terhadap Tuhan maupun sesama. Yesus bukan hanya korban Pesakh kita (1 Kor 5:7) namun Dia adalah korban Pendamaian kita (1 Yoh 2:2).
Marilah perayaan Yom Kippur 5776
menjadi momentum bagi kita melakukan beberapa hal berikut: (1) Berdamai dengan
Tuhan dan sesama serta berdamai dengan masa lalu dimana kita mungkin telah
meninggalkan jejak kenistaan yang mengotori kehidupan (2) Berani memaafkan
orang yang telah bersalah pada diri kita saat mereka telah meminta maaf pada
diri kita. Memohon ampun dan mengampuni membutuhkan keberanian dan
kekuatan. Kiranya kita diberikan kekuatan dan keberanian memohon maaf/ampun dan
memberikan maaf/ampun.
Berkaitan dengan pengampunan dan pendamaiandi
perayaan Yom Kippur khususnya di Bulan September ini, kita teringat pada
peristiwa yang memilukkan di tahun 1965 yaitu terbunuhnya 7 Jenderal Angkatan
Darat. Peristiwa tersebut dikenal dengan sebutan Gestapu (Gerakan Tiga Puluh
September) dan ada yang menamai Gestok (Gerakan Satu Oktober). Namun sejak
rezim Orde Baru berdiri, kita mengenalnya dengan sebutan G30S/PKI.
Semasa Orde Baru, tanggal 1 Oktober merupakan
salah satu tanggal yang dikeramatkan di Indonesia setelah tanggal 17 Agustus.
Tanggal 1 Oktober diperingati sebagai hari kesaktian Pancasila dikarenakan
tanggal 30 September 1965 ada sebuah upaya – menurut Orde Baru – kudeta yang
dilakukan oleh PKI terhadap pemerintahan Sukarno dengan menumbalkan 7 nyawa
jenderal Angkatan Darat. Tanggal 1 Oktober telah terjadi pengambilan alihan
situasi dan kendali oleh Mayjen Suharto yang kemudian menjadi presiden
menggantikan Sukarno.
Namun tidak banyak yang tahu jika paska 30 September dan 1 Oktober 1965, telah terjadi aksi balas dendam dan pembunuhan masal yang ditujukkan terhadap PKI dan seluruh anggota keluarga serta simpatisannya di seluruh Jawa maupun luar Jawa. Bukan hanya pembunuhan masal melainkan pembatasan hak sosial dan politik mereka yang dikategorikan orang-orang komunis dan keluarga serta simpatisannya melalui pengawasan KTP serta screening ketat silsilah keluarga. John Rossa, dalam sebuah wawancara menggambarkan kondisi sosial politik ekonomi paska 1965 sbb: “Identitas banga Indonesia berubah total sesudah 1965. Semangat antikolonialisme hilang dan anti-komunisme menjadi dasar identitas bangsa. Ini berarti kebencian terhadap sesama orang Indonesia menjadi basis untuk menentukan siapa warganegara yang jahat dan baik. Sistem ekonomi dan sistem politik juga berubah total” (Prof. John Roosa: Identitas Bangsa Indonesia Berubah Total Sesudah 1965, http://indoprogress.com/2012/09/wawancara-2/).
Namun tidak banyak yang tahu jika paska 30 September dan 1 Oktober 1965, telah terjadi aksi balas dendam dan pembunuhan masal yang ditujukkan terhadap PKI dan seluruh anggota keluarga serta simpatisannya di seluruh Jawa maupun luar Jawa. Bukan hanya pembunuhan masal melainkan pembatasan hak sosial dan politik mereka yang dikategorikan orang-orang komunis dan keluarga serta simpatisannya melalui pengawasan KTP serta screening ketat silsilah keluarga. John Rossa, dalam sebuah wawancara menggambarkan kondisi sosial politik ekonomi paska 1965 sbb: “Identitas banga Indonesia berubah total sesudah 1965. Semangat antikolonialisme hilang dan anti-komunisme menjadi dasar identitas bangsa. Ini berarti kebencian terhadap sesama orang Indonesia menjadi basis untuk menentukan siapa warganegara yang jahat dan baik. Sistem ekonomi dan sistem politik juga berubah total” (Prof. John Roosa: Identitas Bangsa Indonesia Berubah Total Sesudah 1965, http://indoprogress.com/2012/09/wawancara-2/).
Paska runtuhnya rezim Orde Baru digantikan
Orde Reformasi banyak kajian dan buku diterbitkan untuk membuka kekejaman yang
dilakukan rezim Orde Baru terhadap orang-orang komunis. Robert Cribb dalam buku
The Indonesia Killings: Pembantaian PKI
di Jawa dan Bali 1965-1966 melaporkan sejumlah artikel dan laporan dari
berbagai pihak yang menyatakan secara baragam jumlah korban pembantaian masal
yang mengerikan yang menimpa orang-orang Komunis, mulai dari angka 150.000
sampai 1.000.000 (2003:23-24). Sejumlah buku telah menggugat narasi historis
Orde Baru yang melemparkan kesalahan pada peristiwa 30 September kepada PKI.
John Rossa dalam buku, Dalih Pembunuhan
Masal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto (2008), menuding peristiwa
G30S adalah konspirasi Amerika dan Angkatan Darat untuk menjatuhkan
pemerintahan Sukarno dan menghancurkan PKI.
Siapa yang membunuh dan siapa yang terbunuh (baik
korban aksi sepihak PKI sebelum peristiwa G30S maupun korban tujuh jendral
serta korban anggota PKI yang mengalami pembantaia masal paska 1965) baik
dilakukan secara struktural maupun kelompok serta individual terlibat dalam
rantai dendam dan kemarahan yang tiada berujung. Paska Reformasi berbagai buku
bercorak Kiri dan ulasan sejarah yang menggugat konstruksi Orde Baru terhadap peristiwa
G30S semakin menguat sampai hari ini. Tuntutan terhadap pemerintah untuk
merehabilitasi orang dan organisasi Kiri terus menerus digemakan sampai hari
ini. Muncul wacana Presiden Jokowi hendak meminta maaf kepada keluarga korban
PKI yang mengalami pembantaian masal di era Orde Baru pada upacara peringatan
kemerdekaan RI ke-70 pada tanggal 17 Agustus 2015. Namun berbagai reaksi pro
dan kontra terus bergulir di masyarakat khususnya TNI. Akhirnya beredar berita
bahwa Presiden Jokowi tidak akan meminta maaf kepada keluarga PKI (Jokowi Tak Akan Minta Maaf kepada Korban
Tragedi G30S, http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150922144216-20-80296/jokowi-tak-akan-minta-maaf-kepada-korban-tragedi-g30s/).
Berbeda dengan Alm Presiden Gus Dur yang memecah kebuntuan dan melakukan
terobosan kontroversial dengan meminta maaf kepada keluarga korban PKI pada
tanggal 15 Maret 2000 melalui siaran TVRI.
Sampai kapan rantai dendam dan kemarahan akan
terus dilestarikan di dalam sejarah bangsa dan para generasi paska 1965? Akibat
tidak diselesaikannya persoalan-persoalan masa lalu, sebagai bangsa kita terus
menerus tersandera oleh masa lalu dan narasi sejarah yang destruktif. Merujuk
pada artikel Wahyudi
Akmaliah
(Peneliti PMB-LIPI dan Associate Researcher Maarif Institute) mengenai bentuk
penyelesaian masa lalu, saya kutipkan selengkapnya: “Pertama, tidak melupakan dan tidak
memaafkan, yang berarti adili dan hukum (never to forget and never to forgive).
Ini terjadi pada Jerman setelah runtuhnya pemerintahan Hitler dengan bantuan
negara-negara sekutu. Kedua, tidak melupakan tetapi kemudian memaafkan, yang
berarti adili dan kemudian ampuni (never to forget but to forgive). Di sini,
Afrika Selatan menerapkan pola kedua dengan penekanan pada pendekatan
disclossure melalui KKR. Ketiga, melupakan tetapi tidak pernah memaafkan,
artinya, tidak ada pengadilan tetapi akan dikutuk selamanya (to forget but
never to forgive). Ini terlihat pada cara masyarakat Eropa terkait dengan
akusisi penganut ajaran Protestan di Eropa selama Abad Pertengahan. Keempat,
melupakan dan memaafkan, yang berarti tidak ada pengadilan dan dilupakan begitu
saja (to forget and to forgive). Ini terjadi pada negara Spanyol setelah
jatuhnya rejim junta pemerintahan Franco (Daniel Sparingga, 2005)” (Mengingat,
Melupakan dan Memaafkan - Rubrik Opini - Koran Solidaritas Edisi III, September
2015, http://psi.id/berita/2015/09/berdamai-dengan-masa-lalu).
Entahkah mana yang akan dipilih dari keempat model
tersebut oleh pemerintah dan pihak-pihak yang terkait, marilah kita sebagai
orang Kristen (khususnya komunitas Hebraic Root di Indonesia) yang merupakan
bagian dari entitas warga negara Indonesia turut berdoa dan berkontribusi aktif
agar terjadi rekonsiliasi dan berdamai dengan masa lalu (saling meminta maaf
dan memberikan maaf) karena berdamai dengan masa lalu membutuhkan keberanian
dan kekuatan.
Gmar Khatima Tova (Kiranya Anda
tertulis - dalam Buku Kehidupan - yang baik). 10 Tishri 5776
No comments:
Post a Comment