Suatu ketika saya dan
istri menyempatkan diri berjalan-jalan ke Taman Kupu-Kupu di utara kota kami
dengan udara yang cukup dingin karena melewati bebukitan. Sekalipun koleksi dan
tempat kupu-kupu tidak begitu bagus dan banyak namun saat memasuki salah satu
ruangan museum dimana terpampang ratusan jenis kupu-kupu yang diawetkan, ada
yang menarik perhatian saya yaitu saat melihat foto tahapan kupu-kupu.
Kupu-kupu
melewati proses metamorfosis atau daur hidup/siklus yang terdiri dari empat
tahap. Tahapan tersebut terjadi secara berurutan, dimulai dari telur, larva,
kepompong, dan akhirnya menjadi kupu-kupu dewasa. Kupu-kupu betina akan
meletakkan telur-telurnya pada daun tumbuhan.
Setelah berumur 4-5 hari, setiap
telur akan menetas dan berkembang menjadi larva atau ulat. Larva keluar dari
telur yang disimpan oleh kupu-kupu. Larva bertahan hidup dengan cara memakan
daun tumbuhan tersebut. Larva berkembang dan berganti kulit beberapa kali.
Setelah larva puas makan daun, ulat akan beristirahat selama 10 hari.
Seiring waktu, larva berubah menjadi pupa
atau kepompong atau tahap akhir dalam proses metamorfosis. Pada tahap ini tubuh
kepompong sudah memiliki sayap, kaki, dan kepala. Apabila perubahan yang
terjadi telah sempurna maka kupu-kupu akan keluar dari kepompong.
Kehidupan
manusia pun seharusnya merupakan gambaran dari sebuah metamorfosis. Jika telur
melambangkan ketergantungan dan ketidakberdayaan manusia saat lahir, maka fase
ulat (larva) ini merupakan pencerminan dari sikap hedonik yang bertujuan hanya
menyenangkan diri sendiri tanpa mengindahkan kepentingan pihak lain. Kemudian
fase kepompong merupakan fase kita mengalami kontemplasi atau permenungan terhadap realitas
hidup dengan mencoba menjaga jarak dengan kesenangan.
Fase terakhir menjadi
kupu-kupu yang memiliki sayap yang indah melambangkan harmonisasi dengan alam
sehingga tercipta keindahan. Juga melambangkan penyesuaian diri terhadap
lingkungan dan pihak lain yang diajak bekerja sama karena menyesuaikan dengan
warna-warni bunga.
Manusia seharusnya mengalami metamorfosis kehidupan. Jangan
hanya menjadi ulat dan kepompong saja melainkan sampai pada fase yang membawa
manfaat bagi keluarga dan sesama serta bagi Kerajaan Tuhan sebagaimana
dikatakan, “...berubahlah
oleh pembaharuan budimu” (metamorphousthe te anakainoosei, Yun – Rm 12:2).
No comments:
Post a Comment