Ketika kita mendengar
nama Farisi dan Saduki, hampir kebanyakan diantara orang Kristen akan memiliki
sejumlah prasangka yang sudah terpateri dalam alam bawa sadar sebagai
sekelompok orang-orang Yahudi yang berlaku munafik. Dengan kata lain, Farisi
dan Saduki menjadi simbol bagi kemunafikkan. Apalagi jika kita membaca Kitab
Injil dimana Yeshua Sang Mesias kerap terlibat perdebatan dengan orang-orang
Farisi dan Saduki.
Bahkan narasi panjang Matius 23:1-36 saat Yesus mengecam
orang Farisi dan Saduki selalu disematkan julukan, “hai kamu orang munafik”. Jika
ada orang menjalani praktik hidup saleh, kerap kalimat ejekkan berikut
terlontar, “Ah...sok suci seperti orang
Farisi dan Saduki”.
Benarkah orang Farisi dan Saduki serta Soferim (Ahli
Taurat) adalah orang-orang munafik? Pertama,
Farisi, Saduki, Soferim hanyalah nama mazhab dalam Yudaisme. Ada banyak mazhab
dalam agama Yudaisme dan Farisi, Saduki hanyalah salah satu mazhab. Sekalipun
terlihat ketat dan kaku dalam menjalankan aturan agama dan peribadatannya,
ternyata dalam literatur kelompok Esseni yang hidup di era sebelum Masehi dan
naskah-naskahnya ditemukan dalam bentuk gulungan papirus dan perkamen di gua
Qumran di Laut Mati (dikenal dengan istilah Dead
Sea Scroll of Qumran), justru orang-orang Farisi dituding sebagai, doreshe halakhot alias orang yang
menjalani kehidupan agama yang lebih mudah dan kurang ketat dibandingkan
komunitas di Qumran, sebagaimana disitir oleh Geza Vermes dalam The
Complete of Dead Sea Scroll in English (2004) saat mengulas naskah
4Q169.
Bahkan Rabi Eleazar seorang Farisi pun menentang bentuk-bentuk
kemunafikkan sebagaimana dikatakan, “dimanapun
kemunafikan dapat ditemukan, akan menurunkan amarah Tuhan pada dunia”
(b.Sotah 41b). Yesus tetap merintahkan untuk mengikuti ajaran orang Farisi
namun jangan mengikuti perbuatan mereka yang munafik (Mat 23:2). Bahkan Rasul
Paul yang menjadi rasul bagi orang non Yahudi pun seorang Farisi yang ketat
(Fil 3:5).
Kemunafikkan ada di setiap penganut agama bahkan mazhab-mazhab dalam
sebuah agama sebagaimana dikatakan Brad. H. Young, “Hypocrisy is a problem for all religious faith communities” (Meet the Rabbis: Rabbinic Thought
and the Teaching of Jesus, 2007:8).
Beberapa orang Farisi dan Saduki memperlihatkan kemunafikan dibalik kesalehannya
agar kita mewaspadai dan membuang kemunafikan.
No comments:
Post a Comment