Sepasang suami istri baru saja bertengkar selama beberapa
waktu. Setelah hati dan kepala mulai dingin, si istri menghampiri suaminya yang
sedang melihat-lihat surat kawin mereka. “Apa
yang sedang kamu lakukan?” Tanyanya. Si suami mencoba menyembunyikan dokumen
yang ada di tangannya dan berkata, “Aku
tidak melakukan apa-apa.” Si istri yang telah melihat dokumen itu, sangat
kecewa. “Tidak melakukan apa-apa? Aku
melihatmu membaca surat kawin kita. Mengapa kamu berbohong! Kamu sudah
mengamati surat kawin itu, dari atas sampai bawah, dibolak-balik lagi! Untuk
apa itu?” Merasa kesal, si suami berkata, “Baiklah jika kamu ingin tahu. Dari tadi aku sedang mencari tanggal
kadaluarsa surat kawin ini!”.
Pertengkaran adalah bumbu pernikahan,
demikian kalimat bijak yang kerap disampaikan oleh orang tua dan mereka yang
telah menjalani kehidupan rumah tangga selama bertahun-tahun. Namun
pertengkaran akan berubah menjadi petaka dan kehancuran bagi keberlangsungan
rumah tangga jika terjadi secara terus menerus dan tanpa sebuah upaya untuk
mencari akar persoalan dan berniat untuk menuntaskan pertengkaran yang kerap
terjadi.
Dalam jangka panjang, pertengkaran yang tidak sehat dapat merampas
cinta kasih dan membuat dingin sebuah hubungan. Berikut ini ada lima masalah
yang biasanya menjadi alasan suami istri bertengkar seperti dikutip Tempo
dari Boldsky:
(1) Kebutuhan batin tak terpenuhi. (2) Masalah uang. (3) Mantan dan
perselingkuhan (4) Kecanduan (5) Masalah penyesuaian (www. cantik.tempo.co).
Ada banyak cara untuk menyelesaikan perselisihan dalam rumah tangga tanpa harus
berujung pada permusuhan dan perceraian. Keberanian melakukan komunikasi secara
terbuka untuk mempercakapkan setiap perbedaan dapat mengurangi pertengkaran
yang tidak perlu.
Meluangkan waktu bepergian bersama ke suatu tempat wisata
alam dapat mempererat hubungan satu sama lain karena di sanalah suami istri dan
bertukar pikiran secara lebih personal. Saat kemarahan dan kebencian tengah
menyelinap di hati kita, cobalah membuka album kenangan saat pernikahan dan
masa-masa paska pernikahan (jika memilikinya), untuk sekedar memperbarui
kembali komitmen dan mengingatkan kembali kenangan-kenangan manis di masa lalu.
Membangun dan mempertahankan bahtera rumah tangga membutuhkan komitmen bersama
dan bukan salah satu pihak sebagaimana dikatakan, "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Mesias adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Mesias, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Mesias telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Mesias terhadap jemaat" (Ef 5:22-29).
Marilah menerjemahkan Sabda Tuhan
perihal keberfungsian masing-masing anggota rumah tangga untuk membangun keluarga yang harmonis.
No comments:
Post a Comment