Tuhan dan Kehidupan
Surgawi
Dalam sebuah wawancara
dengan majalah The Guardian
(16/5/2011), fisikawan Stephen Hawking mengatakan bahwa konsep kehidupan kekal
dan surga hanyalah dongeng belaka. "Saya
menganggap otak seperti komputer yang akan berhenti bekerja ketika komponennya
rusak. Tidak ada kehidupan setelah mati ataupun surga bagi komputer rusak itu.
Semua itu cuma dongeng bagi orang-orang yang takut akan kegelapan,"
urai Hawking yang juga penulis buku best seller A Brief History of Time
pada tahun 1988 ini.
Dalam wawancara itu, Hawking
juga mengemukakan bahwa terjadi fluktuasi kuantum pada masa awal semesta
menciptakan galaksi, bintang, dan kehidupan, termasuk manusia. "Ilmuwan memprediksikan bahwa ada
banyak semesta yang tercipta secara spontan. Adalah masalah kesempatan saja
kita ada di dalamnya," kata Hawking.
Pernyataan tersebut juga
mempertegas isi buku The Grand Design karyanya yang dipublikasikan
pada 2010. Buku itu menyatakan bahwa penciptaan semesta dan eksistensinya tak
perlu peran serta Tuhan. Gagasan Hawking yang kontroversial itu menyulut
perdebatan dengan para pemuka agama. Pertanyaannya kemudian, ketika kehidupan
kekal dan surga tak ada, apa yang harus dilakukan manusia dalam hidupnya?
Hawking mengemukakan bahwa hakikat kehidupan adalah menemukan makna dari
tindakan yang dilakukan. "Kita harus
menemukan nilai tertinggi dari tindakan kita," cetus Hawking (Hawking:
Surga Itu Cuma Dongeng - sains.kompas.com).
Pernyataan
Stephen Hawking di atas lebih daripada sebuah ungkapan keyakinan pribadi
daripada hasil pembuktian ilmiah tentang Tuhan dan Sorga. Jika kita perhatikan,
seluruh sistem dan gerak dalam alam semesta khususnya kehidupan di bumi
mencerminkan keteraturan, harmoni, sistematis, hukum yang mengatur
keseimbangan. Mari kita perhatikan beberapa keteraturan dan keseimbangan
berikut ini:
Tingkat
eksentrisitas bumi (kemiringan rotasi bumi) berada dalam angka 2%. Jika
kemiringan bumi saat berotasi mendekati angka 0% maka berbentuk lonjong dan
jika mendekati angka 1% maka akan berbentuk datar. Dengan kisaran angka
kemiringan 2% maka rotai bumi seperti lingkaran. Jika mendekati kemiringan 1%
maka lautan kita akan menguap karena terlalu dekat dengan matahari dan membeku
jika menjauh dari matahari (Noel Hornor, Planet
Earth; Lucky Accident or Master Handiwork?, Good News Magazine,
March-April 2012, p. 5).
Kadar
oksigen dalam atmosfir bumi berjumlah 21%. Dengan jumlah sedemikian, kehidupan
bumi dapat terjamin. Apa yang terjadi jika kadar oksigen 25%? Akan ada ledakan
besar secara tiba-tiba. Apa yang akan terjadi jika kadar oksigen 15%? Manusia
akan mengalami mati lemas (Ibid.,). Bumi kita senantiasa dibombardir cahaya
radiasi matahari. Tingkat transparansi atmosfir bumi sebagai penyaring radiasi
matahari sangat berpengaruh terhadap kehidupan di bumi. Jika atmosfir bumi
terlalu terang akan menimbulkan efek bagi manusia berupa kanker kulit. Namun
jika atmosfitr bumi kurang terang maka akan menimbulkan ketiadaan kemampuan
foto sintesis pada tanaman hijau yang mengubah air, mineral serta karbon
dioksida menjadi oksigen (Ibid., p. 6).
Beberapa
fakta di atas memperlihatkan pada kita bahwa alam semesta dan kehidupan di bumi
bergerak dalam sinergi yang harmoni. Ada hukum yang mengatur semua keseimbangan
tersebut. Dan jika keseimbangan itu dirusak maka akan terjadi dampak yang
merusak kehidupan alam semesta termasuk bumi. Mazmur 119:91 mengatakan, “lemishpateka admu, ki hakol avadeka”
(menurut hukum-hukum-Mu semuanya itu ada sekarang, sebab segala sesuatu
melayani Engkau). Demikian pula dikatakan dalam Mazmur 33:9, “ki hu amar wayehi hu, tsiwah waya’amod”
(sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya
ada).
Jika
Steven Hawking mengatakan, “permulaan
alam semesta telah diatur berdasarkan hukum-hukum sains dan tidak memerlukan
satuan gerak yang digerakkan oleh seorang tuhan”, lantas bagaimana mungkin
alam semesta dan bumi yang begitu teratur dan memenuhi hukum konstanta dalam
dinamika alam dan kehidupan dihasilkan dari sebuah kebetulan belaka dan tanpa
rancangan agung? Bagaimana sebuah kebetulan dan tanpa rencana menghasilkan
keteraturan dan hukum yang teratur?
Dengan
melihat keteraturan, sinergi dan konstanta dalam gerak kehidupan di alam
semesta dan bumi khususnya kita sampai pada pribadi agung yang menciptakan
segala keteraturan dan hamonitas tersebut. Maka benarlah pernyataan, “hashamayim mesaprim kevod El, umaasyeh
yadaiw maggid haraqiya” (Langit menceritakan kemuliaan Tuhan, dan cakrawala
memberitakan pekerjaan tangan-Nya – Mzm 19:2).
Jika
ketidakpercayaan pada Tuhan dan Sorga adalah sebuah ungkapan keyakinan dari
sekelompok ilmuwan dan bukan penemuan ilmiah, maka semua orang yang beragama
termasuk penganut Kristiani baik ilmuwan maupun non ilmuwan pun memiliki sebuah
keyakinan sekalipun keyakinan tersebut berbeda. Bagi orang Kristiani – baik
ilmuwan maupun non ilmuwan – memulai dari titik berangkat keyakinan bahwa Tuhan
itu ada maka kehidupan kekal surgawi itupun ada. Harmonitas hukum-hukum di alam
semesta menjadi penanda secara tidak langsung adanya Tuhan yang tidak terlihat
tersebut.
Perayaan Profetik
Datangnya Pemerintahan Mesias dan Langit dan Bumi Yang Baru
Apa
hubungan perihal kepercayaan pada Tuhan dan kehidupan kekal surgawi dengan
perayaan Sukot? Sebagaimana telah
kita ketahui bahwa Sukot (Pondok
Daun) adalah perayaan puncak dari Tujuh Hari Raya (Sheva Moedim) yang ditetapkan YHWH di Sinai untuk memperingati
penyertaan Tuhan YHWH terhadap leluhur Israel selama berada di padang gurun (Im
23: 39-43).
Namun
Sukot juga merupakan perayaan yang bermakna profetik karena dihubungkan dengan
pemerintahan YHWH di akhir zaman sebagaimana dinubuatkan dalam Zakaria 14:16
sbb: "Maka semua orang yang tinggal
dari segala bangsa yang telah menyerang Yerusalem, akan datang tahun demi tahun
untuk sujud menyembah kepada Raja, YHWH semesta alam, dan untuk merayakan hari
raya Pondok Daun".
Merayakan
Tujuh Hari YHWH bukan hanya merayakan peristiwa historis untuk memperingati tindakan
YHWH terhadap umat Israel kuno yang tergambar dalam perayaan-perayaan tersebut
(Im 23:1-44) namun sekaligus merayakan peristiwa Kristologis dan Soteriologis
yang dikerjakan oleh Yesus Sang Mesias yang terdesain/terpola dalam
perayaan-perayaan tersebut (Kol 2:16). Tidak mengherankan apabila rasul-rasul
Yesus menghubungkan seluruh peristiwa Kristologis dan Soteriologis tersebut
dengan tipologis dalam Tujuh Hari Raya sehingga muncul ayat-ayat sbb:
“Buanglah ragi yang lama itu,
supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah
disembelih, yaitu Mesias” (2 Kor 5:17)
“Tetapi yang benar ialah, bahwa
Mesias telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal”
(1 Kor 15:20)
“Sebab pada waktu tanda diberi,
yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Tuhan berbunyi, maka Tuan
sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Mesias akan lebih
dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat
bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuan di angkasa. Demikianlah
kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuan. Karena itu hiburkanlah
seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini”(1 Tes 4:16-18)
"Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan
bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia" (1 Yoh
2:2)
Dalam
perspektif iman Kristiani yang berakar pada akar Ibrani atau akar
Semitik-Yudaik (saya menyebutnya Mazhab Yudeo Kristen), Hari Raya Sukot juga
merujuk pada kelahiran Yesus Sang Mesias. Jika kita perhatikan dalam Yohanes
1:14, frasa “diam
diantara kita”
dalam bahasa Yunaninya tertulis “eskenoosen
en hemin”. Kata Yunani eskenosen
(εσκηνωσεν) dari kata kerja skenoo
(σκηνω) yang artinya “membentangkan kemah”.
Kata ini diterjemahkan dalam Hebrew New Testament, yaitu
terjemahan dalam bahasa Ibrani modern untuk komunitas Yahudi, dengan kata yishkon (וישכן) dari kata shakan (שכן) yang artinya “kemah”.
Mitch dan Zhava Glaser
melukiskan perayaan Sukot kaitannya dengan Yohanes 1:14 sbb: “Jesus is God tabernacling among men. The
word ‘dwelt’ in Greek implies a temporary dwelling, a sukkah booth. Jesus is
God’s ultimate sukkah booth. For God, in Jesus Christ, tabernacle among men. As
the Temple was a temporary dwelling for the Shekinah, so Jesus tabernacling
among us manifested the glory of God. He is the source of light and life to all
who believe” (Yesus adalah tabernakel Tuhan di antara kita. Kata Inggris ‘dwelt’
dalam bahasa Yunani bermakna tempat tinggal sementara, kemah sukah. Yesus
adalah kemah sukah sejati. Karena Tuhan di dalam Yesus Sang Mesias, berkemah di
antara manusia. Sebagaimana Bait Suci merupakan tempat tinggal sementara bagi
Shekinah, maka Yesus yang berkemah di antara ita memantulkan kemuliaan Tuhan.
Yesus adalah sumber terang dan kehidupan bagi siapapun yang percaya – The
Fall Feast of Israel, 1987:185).
Dalam
perspektif Iman Kristiani, Sukkot bukan hanya berbicara perihal kelahiran Yesus
Sang Mesias yaitu berkemahnya Sang Firman dalam rupa manusia di tengah-tengah
manusia, namun Sukot berbicara perihal kehidupan kekal surgawi di mana Tuhan
YHWH bersama Yesus Sang Mesias Putra-Nya akan memerintah baik dalam Kerajaan
1000 Tahun Damai di bumi (Zakharia 14:7-9, 16 - Why 20:1-15) maupun kehidupan
kekal surgawi yang akan diberikan sebagai upah bagi para Tsadik (orang benar) dan Khasid
(orang saleh) yang mematuhi sabda-Nya (Yes 65:17 – Why 21:1-27)
Rasul
Yohanes melukiskan dan menuliskan apa yang dia lihat perihal “langit dan bumi
yang baru yang keluar dari Tuhan dari sorga” sbb, "Lihatlah, kemah Tuhan ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam
bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi
Tuhan mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut
tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau
dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Why 21:3-4).
Perhatikan frasa Yunani skene tou Theou
yang diterjemahkan dalam Hebrew New Testament dengan mishkan Elohim dan oleh Lembaga
Alkitab Indonesia diterjemahkan, “Kemah Tuhan”. Perhatikan pula kata
Yunani, skenoosei yang diterjemahkan
oleh Hebrew
New Testament dengan sakan
dan oleh Lembaga Alkitab Indonesia, “diam” atau “tinggal”.
Mitch dan Zhava Glaser
menyimpulkan pembacaan teks Wahyu 21:1-4 sbb: “Ultimately, the whole earth become the sukkah booth of God and He will
reign in the presence of His Son for all eternity” (Akhirnya, seluruh bumi
menjadi kemah Tuhan dan Dia akan memerintah melalui kehadiran Putra-Nya untuk
selamanya – The Fall Feast of Israel, 1987:213).
Hari
Raya Rosh ha Shanah dan Sukot adalah hari-hari raya yang
bersifat profetik. Rosh ha Shanah
mengingatkan pada kita suatu hari shofar
(sangkakala) Tuhan berbunyi dan Mesias datang untuk kedua kalinya menjemput
orang beriman dan mengadili dunia. Sukot
mengingatkan pada kita perihal datangnya Kerajaan Mesias selama 1000 Tahun
damai di bumi serta kemuliaan surgawi yang akan dialami orang-orang benar.
Jika
hari ini kita masih harus bergumul dengan begitu banyak persoalan dan memenuhi
kewajiban serta tanggung jawab sebagai manusia di dunia. Jika kita hari
mengalami begitu banyak air mata dan penderitaan. Ingatlah, pada suatu hari
kelak, kita tidak akan mengalami semua rasa sakit dan kesedihan itu karena di
langit dan bumi yang baru atau di kehidupan kekal surgawi tidak ada ratap
tangis dan air mata sebagaimana dikatakan, “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata
mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau
ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Why
21:4).
Marilah kita merayakan Sukot (Pondok Daun) dengan
keyakinan dan rasa syukur bahwa Tuhan YHWH telah memberikan pada kita Yesus
(Yahshua/Yeshua) sebagai Mesias dan Anak Tuhan yang membebaskan kita dari kutuk
dosa dan mengajarkan kita hidup dalam Torah-Nya. Melalui perayaan Sukot pula
kita mempertegas iman dan pengharapan kita bahwa Yesus akan memerintah sebagai
Raja di Kerajaan 1000 Tahun damai dan langit serta bumi yang baru yaitu
kehidupan kekal surgawi yang diberikan sebagai upah bagi kita yang bertekun
dalam sabda-Nya.
Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi
seperti di sorga. Selamat merayakan Sukot (Pondok Daun 1- 10 Tishri 5778/ 5-11
Oktober 2017). Tuhan YHWH Bapa Surgawi memberkati dalam nama Yesus Sang Mesias
Putra-Nya Yang Tunggal. Amin
Apakah Yesus datang untuk membatalkab Torah atau mengalahkan kuasa maut? Tidak ada satu ayatpun yang mengatakan bahwa Yesus datang untuk membebaskan manusia dari Torah tapu dari kutuk dosa
ReplyDeletehttp://bet-midrash.blogspot.co.id/2016/12/membebaskan-dari-torah-atau-membebaskan.html?m=1