Suatu hari seorang petani Kristen berkata kepada
isterinya bahwa ia ingin memberikan suatu persembahan untuk pekerjaan Tuhan.
Saat itu salah satu sapi betinanya sedang hamil dan beberapa hari lagi akan
melahirkan. Karena itu ia berkata bahwa nanti ia akan mempersembahkan anak sapi
itu kepada Tuhan.
Beberapa hari pun berlalu dan tibalah waktu bagi induk sapi
itu untuk melahirkan. Ternyata, induk sapi itu melahirkan dua ekor anak sapi.
Petani itupun menjadi bingung. Dia mulai berpikir-pikir anak sapi yang manakah
yang akan dipersembahkannya kepada Tuhan. Ketika isterinya menanyakan hal itu,
ia pun menjawab, “Biarkanlah anak-anak
sapi itu bertumbuh lebih besar terlebih dahulu. Setelah mereka cukup besar,
barulah akan kuputuskan anak sapi mana yang akan kupersembahkan kepada Tuhan”.
Seminggu kemudian daerah itu diserang wabah penyakit ternak. Salah satu dari
kedua anak sapi milik petani Kristen itupun terjangkit penyakit tersebut dan
tidak dapat diselamatkan alias mati.
Ketika petani itu mendapati bahwa anak
sapinya itu mati, ia segera keluar kandang dan lari menuju rumahnya serta berkata
kepada isterinya, “Bu, aku baru saja dari
kandang dan kudapati bahwa sapinya Tuhan mati”. Isterinya pun keheranan dan
bertanya, “Apa? Sapinya Tuhan? Bukankah
engkau belum memutuskan sapi mana yang hendak kau persembahkan?” Petani
itupun menjawab, “Ya, kemarin memang
belum kuputuskan, tetapi tadi ketika aku berada di kandang telah kuputuskan
bahwa yang mati itu adalah sapinya Tuhan”.
Jika Tuhan memberikan berkat-Nya
yang dapat kita rasakkan secara spiritual dan material, lantas mengapakah kita
begitu sulit dan pelit memberikan persembahan yang terbaik bagi Tuhan? Tuhan
Yahweh bersabda, “Binatang yang buta atau
yang patah tulang, yang luka atau yang berbisul, yang berkedal atau yang
berkurap, semuanya itu janganlah kamu persembahkan kepada Yahweh dan binatang
yang demikian janganlah kamu taruh sebagai korban api-apian bagi Yahweh ke atas
mezbah” (Im 22:22).
Jika Tuhan Yahweh tidak berkenan dengan persembahan
yang asal-asalan bahkan buruk, mengapakah kita memberikkan pada-Nya berbagai
hal yang buruk dan tidak sempurna? Jika memberikan persembahan uang, berilah
uang yang baik dan bukan uang yang kotor dan rusak. Jika kita telah diberi kemampuan
keuangan yang lebih, berikanlah sebagian harta kita untuk kemajuan Kerajaan
Tuhan dengan sedikit berlebih. Berilah yang terbaik dari apa yang kita miliki.
No comments:
Post a Comment