“Kalau seorang dipanggil
dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu.
Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau
bersunat” (1 Kor 7:18). Paulus menunjukkan prinsip ini dengan tidak
memaksa Titus (orang Yunani) untuk disunat (Galatia 2: 3). Namun, dia mendukung
penyunatan Timotius karena dia orang Yahudi (anak seorang ibu Yahudi dan ayah
Yunani). Paulus melakukannya untuk mengantisipasi bahwa peraturannya tentang
sunat akan benar ditantang oleh komunitas Yahudi setempat, karena rekan
kerjanya Timotius, sebenarnya adalah orang Yahudi, namun tidak disunat (Kis.
16:3).
Di dalam suratnya yang
lain Rasul Paulus mengecam, “Mereka itu
melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Tuhan supaya
dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah
mengenal kebenaran” (1 Tim 4:13). Penafsiran tradisional mengatakan adalah bahwa
Paulus memerintahkan Timotius untuk menentang pembagian yang dikategorikan oleh
Torah menjadi Tahor (bersih) dan Tame (najis).
Seolah-olah Rasul Paul menentang perintah
Torah dalam Imamat 11. Namun, pembacaan semacam itu bermasalah karena
beberapa alasan yaitu, Pertama,
penafsiran semacam itu mengabaikan fakta bahwa pernyataan “Karena semua yang diciptakan Tuhan itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram,
jika diterima dengan ucapan syukur” (1 Tim 4:14) adalah gagasan Yahudi
yang dijunjung tinggi secara universal (Kej.1: 25). Kedua, hanya karena
ciptaan Tuhan itu baik, tidak berarti semua itu bisa digunakan untuk makanan
oleh orang Israel (Im 11:13). Ketiga, ajaran “melarang
orang kawin” jelas bukan bersumber dari Torah. Rasul Paul sedang
mengecam ajaran Gnostisisme yang
menekankan penyangkalan diri termasuk ekspresi seksual sebagai anugrah Tuhan.
Sebenarnya, Paulus
secara khusus menyatakan bahwa segala sesuatu dapat dimakan hanya jika dua
syarat tertentu terpenuhi yaitu Tuhan telah menguduskannya dengan firman-Nya,
dan pemuja telah menguduskannya dengan doanya (1 Tim 4:4). Rasul Paulus
menginstruksikan Timotius untuk mengingat, terutama setelah penyunatannya,
bahwa dia harus menghormati Tuhan Israel dalam setiap detail hidupnya sebagai
orang Yahudi yang mengikuti Mesias, termasuk cara dia makan.
Apakah Paulus
menyuruh orang Yahudi untuk memakan makanan yang najis? Tidak, justru beliau mengatakan yang sebaliknya
No comments:
Post a Comment