Pada Mei 2001, Erik
Weihenmayer melakukan sesuatu yang hanya dilakukan oleh sekitar 150 orang per
tahun — mencapai puncak Gunung Everest. Hal yang membuat prestasi Erik tidak
biasa adalah bahwa ia adalah orang buta pertama yang berhasil mendaki gunung
tertinggi di dunia.
Erik dilahirkan dengan penyakit yang disebut retinoschisis, dan pada saat dia berusia tiga belas tahun dia benar-benar buta. Daripada fokus pada apa yang tidak bisa dia lakukan, dia membuat pilihan untuk fokus pada apa yang bisa dia lakukan dan melangkah lebih jauh dari yang hampir semua orang harapkan. Autobiografi Erik Weihenmayer berjudul, “Touch the Top of the World: A Blind Man’s Journey to Climb Farther Than the Eye Can See” (Menyentuh Ujung Dunia: Perjalanan Seorang Buta untuk Mendaki Lebih Jauh Dari yang Dapat Dilihat Mata).
Erik dilahirkan dengan penyakit yang disebut retinoschisis, dan pada saat dia berusia tiga belas tahun dia benar-benar buta. Daripada fokus pada apa yang tidak bisa dia lakukan, dia membuat pilihan untuk fokus pada apa yang bisa dia lakukan dan melangkah lebih jauh dari yang hampir semua orang harapkan. Autobiografi Erik Weihenmayer berjudul, “Touch the Top of the World: A Blind Man’s Journey to Climb Farther Than the Eye Can See” (Menyentuh Ujung Dunia: Perjalanan Seorang Buta untuk Mendaki Lebih Jauh Dari yang Dapat Dilihat Mata).
Sering kali kita menghadapi pilihan — akankah kita
membiarkan halangan menghentikan kita, atau akankah kita terus mendesak
terlepas dari pertentangan dan masalah? Alangkah baiknya jika mengikuti Tuhan
berarti segalanya akan berjalan dengan baik dan orang-orang akan selalu
menyukai kita.
Kenyataannya adalah bahwa berkali-kali melakukan apa yang benar
membutuhkan mengatasi rintangan. Kita seharusnya tidak mengharapkan pelayaran yang
mulus terus-menerus, atau membiarkan masalah yang muncul meyakinkan kita untuk
berhenti. Jika kita berfokus pada sejumlah kekurangan diri kita – baik secara
fisikal dan finansial – maka kita cenderung enggan melakukan berbagai hal besar
dan potensial mengubah masa depan kita.
Beberapa orang cenderung menunggu
“durian runtuh” atau sebuah keajaiban ekonomi untuk mengubah kehidupan mereka.
Namun sebagian orang berfokus pada kelebihan mereka di antara sejumlah
kekurangan yang menghimpit mereka.
Seandainya Erik Weihenmayer memfokuskan
seluruh hari dalam kehidupannya kepada penyakit yang menggerogotinya dan
menyalahkan nasib, maka tidak akan ada penaklukan Gunung Everest ataupun
terciptanya sebuah buku yang memberikan dampak pada orang lain.
Sebagaimana dikatakan, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang
benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis,
semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,
pikirkanlah semuanya itu” (Fil 4:8).
Fokuslah pada apa yang bisa kita
lakukan dan melangkah lebih jauh dari yang hampir semua orang harapkan. Tuhan YHWH, Bapa Surgawi memberi kekuatan dan kemampuan dalam nama Yesus Sang Mesias dan Putra-Nya Yang Tunggal, Tuan kita Yang Ilahi
No comments:
Post a Comment