Gambar: nssbethel.org
Makna Historis Perayaan Shavuot (Pentakosta)
Shavuot
dikenal sebagai Hari Raya Tujuh Minggu atau Pentakosta adalah salah satu rangakaian
hari raya yang ditetapkan Tuhan YHWH di Sinai untuk dirayakan bangsa Israel
kuno setelah merayakan Pesakh, ha Matshah
serta ha Bikurim (Im 23:15-23). Dalam konteks masa kini, Ini
adalah hari raya
Yahudi yang terjadi pada hari keenam bulan Ibrani Siwan
Shavuot
memiliki makna ganda yaitu perayaan pertanian dan kerohanian atau spiritual. Sebagai perayaan pertanian,
Shavuot menandai panen gandum yang
sangat penting di Tanah Israel (Kel 34:22), dan secara kerohanian Shavuot
memperingati hari ketika Tuhan
memberikan Torah kepada bangsa Israel yang berkumpul di Gunung Sinai — walaupun
asosiasi itu tidak eksplisit dalam teks TaNaKh
atau Kitab Perjanjian Lama antara pemberian Torah (Matan Torah) dan Shavuot.
Hari Raya Shavuot
adalah salah satu dari Tiga Festival Ziarah (Shalosh
Regalim) dalam TaNaKh. Kata Shavuot berarti "minggu-minggu"
dan menandai penutupan dan akhir
dari Penghitungan Omer (berkas gandum yang dihitung sejak Perayaan Buah Sulung).
Sebagaimana difirmankan, “Kemudian kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah
sabat itu, yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan (omer), harus ada genap tujuh
minggu sampai pada hari sesudah sabat
yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan
korban sajian yang baru kepada YHWH” (Im
23:15-16).
Jika Hari
Raya
Pesakh (Paskah) sebagai peringatan dan penanda bahwa orang-orang Israel
dibebaskan dari perbudakan Mesir
dan keluar menuju Tanah Perjanjian dengan menyeberangi Laut Teberau. Maka
Perayaan Shavuot,
Israel diberi Torah dan menjadi bangsa yang
berkomitmen untuk melayani Tuhan YHWH.
Apa Yang Dilakukan Di Israel Saat Perayaan Shavuot
(Pentakosta)?
Ada beberapa kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan Bangsa Israel modern yang saleh dan menganut Yudaisme, selama
perayaan Shavuot al.,
Pertama, pembacaan Aqdamut yaitu membaca puisi liturgi yang
memuji kebesaran Tuhan,
Torah dan bangsa Israel yang dibacakan di
depan umum di sinagoge tepat sebelum pembacaan pagi hari Taurat pada hari
pertama Shavuot. Itu disusun oleh
Rabi Meir dari Worms, yang putranya dibunuh selama Perang Salib Pertama pada
tahun 1096. Rabi Meir dipaksa untuk mempertahankan Torah dan iman Yahudi-nya dalam
sebuah debat dengan para imam lokal dan berhasil menyampaikan kepastian akan
kekuatan Tuhan, cinta-Nya bagi orang-orang Yahudi, dan keunggulan Taurat.
Setelah itu ia menulis Aqdamut, sebuah puisi 90-baris dalam bahasa Aram yang
menekankan tema-tema ini.
Kedua, Menghidangkan dan
memakan makanan mengandung susu seperti cheesecake, blintze keju, dan keju kreplach di kalangan orang Yahudi
Ashkenazi; keju sambusak, kelsonnes (keju ravioli) dan atayef (pancake berisi keju) di antara
orang Yahudi Suriah; Kahee (adonan
yang dihaluskan dan bergula) di antara orang Yahudi Irak dan kue tujuh lapis
yang disebut siete cielos (tujuh
surga) di antara orang Yahudi Tunisia dan Maroko secara tradisional dikonsumsi
pada perayaan Shavuot. Orang Yahudi Yaman tidak makan
makanan susu di saat Shavuot.
Ketiga,
Pembacaan Kitab Rut (Megillat Ruth) di Sinagoga. Alasan pembacaan Kitab Ruth saat Shavuot al., Raja Daud, keturunan Rut,
lahir dan mati di saat Shavuot (Talmud Hagigah 2:3). Alasan berikutnya, Shavuot adalah waktu panen (Kel
23:16), dan peristiwa-peristiwa Kitab Rut terjadi pada waktu panen.
Keempat,
berjaga sepanjang malam Shavuot untuk mempelajari Torah - yang dikenal sebagai Tiqun Leyl Shavuot . Tradisi ini
bersumber dari literatur Talmud
yang menceritakan bahwa malam sebelum Torah
diberikan, orang Israel berhenti bekerja agak
awal untuk beristirahat dengan baik untuk hari
penting berikutnya . Mereka ketiduran dan Musa harus membangunkan mereka karena
Tuhan sudah menunggu di puncak gunung. Untuk memperbaiki kelemahan yang
dirasakan dalam karakter nasional ini, banyak orang Yahudi yang religius
terjaga sepanjang malam untuk mempelajari Torah.
Apa Relevansi Perayaan Shavuot Bagi Umat Kristiani?
Sebagaimana dikatakan dalam Kisah
Rasul 2:1-4 sbb, “Ketika tiba hari
Pentakosta, semua orang percaya berkumpul
di satu tempat.Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan
angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah
seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka
penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannya”
Tanpa pemahaman latar belakang sosio
historis Yahudi dan Yudaisme Abad 1 Ms maka kita akan gagal memahami istilah Pentakosta yang diterjemahkan dari Kitab
Perjanjian Baru berbahasa Yunani seolah Pentakosta
adalah hari raya yang berdiri sendiri sebagai hari yang diperingati sebagai
Pencurahan Roh Kudus.
Apa yang dilaporkan dalam Kisah
Rasul 2:1-4 sesungguhnya pada saat itu murid-murid Yesus (Yahshua/Yeshua) sedang
merayakan Shavuot/Pentakosta yaitu turunnya Torah di Sinai. Namun, sebagaimana
Yesus memberikan makna baru terhadap Perayaan Pesakh dan ha Matsah
(roti tidak beragi) bukan hanya perayaan pembebasan dari penderitaan Mesir
melainkan merujuk pada penderitaan diri-Nya sebagai Mesias yang menggenai
nubuatan para nabi untuk menebus umat Israel dari kutuk dosa yaitu maut, demikianlah
di saat perayaan Torah di Sinai, Yesus menggenapi janji-Nya perihal turun-Nya
Roh Kudus pada diri para murid-Nya dan menjadikan perayaan Shavuot/Pentakosta
sebagai momentum untuk memberikan Roh Kudus kepada para murid-murid-Nya.
Roh Kudus inilah yang memampukan
para murid melakukan tugas kesaksian dan pewartaan Injil karena Roh Kudus
memberikan kepada para murid kuasa (Kis 1:8)
Kitab Kisah Rasul mencatat bagaimana
murid-murid Yesus berkembang menjadi kira-kira lima ribu (Kis 4:4)
dan semakin banyak orang yang percaya dan menerima Yesus (Kis 5:14-16). Bahkan
setelah Paul mendapat tugas kerasulan melalui penampakkan Yesus secara supranatural di Damsyik (Kis 9:1-9) maka pemberitaan Injil berhasil
menjangkau wilayah Asia Kecil bahkan Romawi.
Kiranya Roh Kudus yang sama yang
telah dicurahkan di Yerusalem terhadap para murid Yesus dan yang
telah mengubah karakter serta memberdayakan mereka untuk menjadi pewarta Kabar
Baik, turut pula memberdayakan diri kita masing-masing untuk mengalami
perubahan karakter semakin menyerupai Mesias dan dipakai menjadi
saksi-saksi-Nya mewartakan Kabar Baik baik secara lisan maupun perbuatan.
Di masa pandemi Covid-19 ini, bukan
hanya penyebarluasan dan penularan virus bernama Covid-19 atau Corona saja yang
berbahaya dan perlu diwaspadai melainkan penyebarluasan virus ideologi yang
mengambil rupa dalam berbagai bentuk pemberitaan palsu (hoax) dan beredarnya
teori-teori konspirasi yangmenimbulkan kebingungan dan berusaha mencari kambing
hitam. Sebuah pemberitaan yang terkesan sebuah Kabar Baik namun sejatinya Kabar
Buruk yang tidak memperbaiki keadaan. Sebaliknya menimbulkan ketidakpercayaan
kepada pemerintah dan lembaga-lembaga kesehatan.
Di tengah suasana kewaspadaan dan
kekuatiran menyebarluasnya pandemi Covid-19,marilah kita murid-murid Yesus Sang Mesias memberi diri diberdayakan oleh Roh Kudus yang diberikan
dalam diri kita untuk menjadi pewarta Kabar Baik yang menimbulkan keyakinan,
harapan, kegembiraan, semangat bagi sesama manusia yang saat ini kehilangan
keyakinan, berputus asa, sedih dan cemas dengan adanya pandemi Covid-19 ini.
No comments:
Post a Comment