Saat
sebuah krisis melanda (sosial, ekonomi, politik) akan melahirkan fenomena
pelarian diri. Agama kerap menjadi pelarian diri yang paling banyak dituju. Para
pengkotbah mulai menghubung-hubungkan krisis dengan akhir zaman. Termasuk ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, mulailah beredar berita liar dan viral yang menghubungkan keberadaan virus ini dengan fenomena kiamat.
Bahkan setelah ditemukannya vaksin dan penggalakan vaksinasi untuk mengatasi Covid-19, beredar kembali sejumlah tafsir liar yang menghubungkan keberadaan vaksin dan rencana Antikristus/Antimesias. Berita yang beredar mengatakan bahwa di dalam cairan vaksin ditanam microchip. Dan masih banyak berita-berita liar lainnya diseputar vaksinasi yang tidak jauh dari tafsir-tafsir keagamaan yang melekatinya.
Berkaitan
dengan fenomena krisis sosial, ekonomi, politik dan kotbah-kotbah Kristiani
yang kerap memanipulasi kesadaran kritis umat dan semakin memenjarakan nalar
untuk mengatasi persoalan secara rasional sekaligus spiritual, sering kita
mendengar tafsir Wahyu 13 menjadi jualan yang laris manis untuk menakut-nakuti
umat perihal datangnya tokoh Anti Mesias sehingga semakin tercipta “paranoia
massa”.
Namun
jika kita membaca Wahyu 15:2 justru membesarkan hati kita bahwa Anti Mesias
bukan sosok yang harus ditakuti dan dibesar-besarkan peran dan kekuasaannya
karena akan ada yang berhasil mengalahkannya yaitu orang-orang kudus yang
beriman dan tabah tidak menyerah pada sistem Anti Mesias (Why 13:10) dan yang
berpaut pada Tuhan dalam segala aspek kehidupannya (Why 15:2-3).
“Dan aku melihat suatu tanda lain di langit, besar dan ajaib: tujuh
malaikat dengan tujuh malapetaka terakhir, karena dengan itu berakhirlah murka Tuhan. Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan
kaca bercampur api, dan di tepi lautan
kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada
mereka ada kecapi Tuhan. Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Tuhan, dan nyanyian Anak
Domba, bunyinya: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya YHWH, Tuhan, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!
Siapakah yang tidak takut, ya YHWH, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua
bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala
penghakiman-Mu”.
Kotbah-kotbah Kristiani
seharusnya membesarkan harapan, membangkitkan keberanian dalam menghadapi
krisis dalam kehidupan bahkan bertahan di masa kesukaran dan bukan sebaliknya menyebarluaskan
paranoia dan ketakutan berlebihan yang bukan bersumber dari penelaahan
persoalan secara mendalam.
Simak saja kotbah-kotbah
Kristiani semasa pandemi ini. Ada yang mempercayai bahwa virus Covid-19 adalah
rekayasa dan ciptaan kelompok tertentu untuk mengontrol populasi Ada yang
sangat yakin bahwa virus Covid-19 tidak ada. Ini hanya virus biasa yang
dibesar-besarkan. Sikap-sikap demikian justru sangat kontraproduktif dan
membuat orang menjadi abai bahaya Covid dan abai menggunakan protokol
kesehatan.
Setelah vaksin
ditemukan, paranoia massa alias ketakutan masal kembali merebak, yang
disebarluaskan dari mimba-mimbar keagamaan. Beredar berita viral dan liar bahwa
di dalam cairan vaksin ditanamkan microchip 666 untuk mengontrol siapapun yang
telah menerima vaksin tersebut.
Apakah Tuhan tidak
berkuasa mengubah keadaan sehingga kita harus tersandera oleh semua reka cipta
cerita tentang tokoh yang akan mengontrol dunia melalui sistem yang
dibangunnya? Wahyu 15:1-4 justru membuktikan bahwa sekalipun tokoh anti kristus
(anti mesias) akan datang dan menguasai dunia, kemenangan ada pada Tuhan, Bapa
Surgawi di dalam Yesus Putra-Nya Yang Tunggal itu, Juruslamat dan Junjungan
Agung kita Yang Ilahi.
Ketika mengkaji Wahyu 13
jangan hanya memfokuskan pada tanda yang disematkan pada penduduk dunia yaitu
bilangan namanya yaitu “666” namun alihkan dan fokuskan pada Wahyu 13:9-10 yang
berkata, “Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! Barangsiapa
ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan untuk dibunuh
dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang. Yang penting di sini ialah
ketabahan dan iman orang-orang kudus”.
Yang penting adalah, η υπομονη και η πιστις των αγιων (he hupomone kai he pistis toon hagion - ketabahan dan iman
orang-orang kudus).
Sudahkan ketabahan dan
iman orang-orang kudus ditekankan dalam mimbar Kristiani untuk menjawab
tantangan zaman dan situasi krisis yang bisa terjadi sewaktu-waktu? Krisis
bukan sekedar berbicara moneter alias keuangan namun juga pandemi yang merusak
tatanan kehidupan sosial dan ekonomi. Jika masa itu tiba – datangnya Anti
Kristus dan sistemnya yang masih diperdebatkan bentuknya – tekankanlah keberanian
menjalani kehidupan dan ketabahan serta iman jemaat Tuhan.
Marilah
kita menjadi orang-orang yang mengalahkan sistem Anti Mesias dengan
menghadirkan Kerajaan Tuhan dalam perkataan dan tindakan keseharian kita
sebagaimana doa yang diajarkan Mesias, “Datanglah
Kerajaan-Mu jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di Surga” (Mat 6:9-10).