Thursday, November 11, 2021

KEUTAMAAN MEMBACA KITAB WAHYU


cupdf.com

Saat saya masih remaja, ketika ada keinginan membaca Kitab Wahyu, selalu saja ada larangan dari orang tua dengan berujar, “Jangan membaca Kitab Wahyu nanti kamu bisa gila!”. Aneh juga, bukankah Firman Tuhan dan Kitab Suci ditujukkan bagi umat manusia untuk dibaca dan menjadi pedoman.

Mengapa justru dilarang dan ditakut-takuti dengan pernyataan bisa mendatangkan kegilaan? Larangan tersebut tidak bisa disalahkan sepenuhnya namun tidak bisa dibenarkan sepenuhnya. Mengapa? Mungkin dikarenakan bahasa Kitab Wahyu yang merupakan Sastra Apokaliptik (pengungkapan peristiwa akhir zaman dengan bahasa yang simbolik) dimana peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di hari kemudian disampaikan dengan bahasa-bahasa simbolik seperti penampakkan binatang tertentu, angka dan tahun, kronologi peristiwa dll.

Namun larangan demikian tidak sepenuhnya benar karena Kitab Wahyu ini memang bukan menjadi kitab tertutup melainkan terbuka untuk dibaca dan dipelajari sebagaimana dikatakan, “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat” (Why 1:3). Mereka yang membaca dan mendengarkan kata-kata nubuat dalam Kitab Wahyu dikatakan “berbahagia”. Mengapa? Karena isinya berisikan petunjuk perihal apa yang akan dan harus terjadi di masa depan, sekalipun disampaikan dengan bahasa-bahasa simbolik.

Bayangkan jika Anda bepergian wisata ke sebuah wilayah terpencil namun mendapatkan road map (peta jalan) wisata dari institusi pengelola wisata, maka Anda dapat lebih nyaman bepergian dan mencocokkan lokasi-lokasi yang didatangi dengan road map tinimbang kita tidak memilikinya sama sekali. Potensi mengalami ketersesatan lebih besar dibandingkan mereka yang memiliki road map wisata. 

Dengan membaca Kitab Wahyu, kita seolah mendapatkan road map masa depan yang akan terjadi pada dunia melalui peristiwa-peristiwa dan gejolak sosial, politik, ekonomi dll. Kita diberitahu mengenai kedatangan Anti Mesias (Anti Kristus) yang akan menyesatkan banyak orang. Kita diberi tahu mengenai sejumlah tanda-tanda kedatangan Yesus yang kedua kalinya melalui sejumlah fenomena wabah dan peperangan. Kita diberitahu akan datangnya masa Kerajaan 1000 tahun damai. 

Kita diberi tahu bahwa Anti Mesias akan dikalahkan oleh Yesus. Kita diberi tahun mengenai pengadilan akhir zaman di hadapan Tahta Anak Domba. Kita diberi tahu apa dan bagaimana yang disebut langit baru dan bumi yang baru. Kita diberitahu bagaimana suasana di neraka dan di sorga. Sekalipun kita kerap keliru menafsirkan teks-teks simbolik di dalamnya, pesan dan nubuatan dalam Kitab Wahyu tetap penting untuk dibaca dan dipahami dengan seksama.

Tentu saja membaca Kitab Wahyu membutuhkan sejumlah prasyarat agar tidak tersesat yaitu, kecukupan usia, pemahaman tafsir Kitab Suci, buku panduan tafsir, tidak memutlakan tafsir-tafsir masa depan. Banyak diantara mereka yang membaca Kitab Wahyu kemudian tersesat dan menimbulkan kesesatan pemahaman bagi orang lain dikarenakan mengabaikan prasyarat-prasyarat di atas.

Kesalahan yang harus dihindari oleh setiap orang yang membaca Kitab Wahyu adalah memutlakan tafsir dan pemahaman kita terhadap nubuatan masa depan. Entah orang mengatasnamakan kompetensi keilmuan tafsir entah mengatasnamakan bimbingan Roh Kudus, semua harus membekali diri dengan kerendahan hati bahwa kita sesungguhnya tidak mengetahui pasti apa yang akan terjadi. Kita hanya berusaha memahami apa yang terjadi di masa datang berdasarkan Firman dalam Kitab Wahyu, dengan segala keterbatasan pengetahuan kita.

Bukanlah dikatakan  dalam 1 Korintus 3:8-13 sbb: "Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal. Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih"

Marilah kita menjauhi sikap berlebihan terhadap Kitab Wahyu dengan tidak membacanya sama sekali hanya dikarenakan dapat membingungkan dan menyesatkan. Sebaliknya kitapun harus mewaspadai sikap mengabsolutkan alias memutlakan tafsir dan pemahaman kita terhadap kata-kata simbolik yang tertulis dalam Kitab Wahyu mengenai masa depan. Ingatlah sekali lagi, “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat” (Why 1:3). Mari kita meminta kuasa Roh Kudus membimbing kita saat membaca Kitab Wahyu dan menuruti apa yang tertulis di dalamnya, Amen.

 

2 comments:

  1. Muncul dibenak pikiran saya: mengapa ada "Firman Susulan" tentang hal-hal masa depan yang disampaikan oleh TUHAN pasca kenaikan TUAN kesorga, mengapa pesan-pesan Kitab Wahyu tidak disampaikan melalui sabda nubuatan oleh TUAN ketika masih didunia.
    Hal ini berdampak sebagaimana kita lihat,alami saat ini yaitu Kitab Wahyu menjadi perdebatan,ada yang meng claim ITU SABDA TUAN setelah dia berada disorga disamping TUHAN, ada juga yang mengimani itu Firman TUHAN diluar FIRMAN YANG TELAH MENJADI DAGING, karena Inkarnasi Firman itu hanya terjadi SEKALI SAJA.
    Konsekuensi logisnya Firman yang menjadi MANUSIA itu bisa disebut "sebagian FirmanNYA" bukan TOTALITAS FIRMAN, karena ketika Firman menjadi Manusia, Firman yang ada pada diri TUHAN tak mengalami kekurangan ( analogi 100 keluar 10 maka sisa 90) dan terbukti masih ada suara Firman disaat TUAN dibaptis dan masih ada Firman keluar yang disebut Kitab Wahyu.
    Tak kalah penting;istilah Alfa & Omega yang disebut 4 kali dalam Kitab Wahyu sering diclaim bahwa Kitab Wahyu itu Firman TUAN karena A&O adalah identik sebutan bagi TUAN. Padahal istilah A&O itu bisa merujuk bagi TUHAN dan bisa merujuk bagi TUAN tergantung bagaimana struktur kalimatnya.
    Mungkin kajian-kajian dalam Kitab Wahyu bisa diperluas dan diperdalam sehingga menguak tabir nubuatan. SHALOM.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kitab Wahyu berbicara mengenai sesuatu yang akan terjadi di masa datang termasuk zaman yang akan berakhir (Eskatologi). Ini bukan firman susulan tapi memberikan perincian tentang apa yang sudah dikatakan Yesus sebelumnya dalam Matius 24. Kita tidak bisa mendikte Yesus mengapa Firman soal akhir zaman tidak diberitakan sekaligus oleh Yesus dan mengapa harus melalui Yohanes

      Terkait istilah "Firman sebagian" dikarenakan Yesus adalah penjelmaan Sang Firman bisa berkonotasi Yesus adalah "sebagian Firman Tuhan". Ini tentu saja pandangan yang heretik. Sekalipun Firman Tuhan telah mrnjadi manusia Yesus (Yoh 1:14) bukan berarti Tuhan YHWH Sang Bapa Surgawi tidak bisa berfirman lagi. Dia masih berfirman hanya melalui Sang Putra yaitu Firman-Nya yang menjadi manusia (Ibr 10:1). Dan Firman yang menjadi manusia tidak pernah disebutkan "sebagian" tapi sepenuhnya Firman. Bukankah kuasa Tuhan tidak terbatas? Mengapa harus dibatasi bahwa yang menjadi manusia Yesus adalah sebagian Firman-Nya?

      Delete