Gambar:
Jesuswalk.com
Istilah
“melayani Tuhan” dalam Kekristenan, biasanya dihubungkan dengan kegiatan dan
aktivitas di gereja dan berbagai kegiatan yang dinaungi gereja mulai dari
ibadah, persekutuan doa, pekabaran Injil, pelayanan pastoral dan doa untuk
mereka yang mengalami sakit. Kegiatan melayani Tuhan juga biasanya dihubungkan
dengan jabatan gerejawi seperti pendeta, pengerja, majelis (penatua dan diaken)
dan sejumlah istilah lainnya dalam berbagai denominasi gereja Kristen.
Namun
sebenarnya kegiatan melayani Tuhan tidak harus dikerjakan semata-mata oleh
mereka yang berjabatan gerejawi. Siapapun umat atau jemaat yang terbeban untuk
melakukan tugas-tugas pelayanan khususnya di luar tugas berkotbah dapat
mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan, termasuk dengan sebagian kekayaan
yang dimiliki.
Apakah
arti melayani Tuhan dengan kekayaan? Sebelum kita menjawab pertanyaan ini, kita
pahami terlebih dahulu apa yang Kitab Suci katakan perihal kekayaan.
Perspektif Kitab Suci Mengenai
Kekayaan
“Tetapi
haruslah engkau ingat kepada YHWH Tuhanmu, sebab Dialah yang memberikan
kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan
perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti
sekarang ini” (Ul 8:18)
“Berkat
YHWHlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya” (Ams
10:22)
“Maka
menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil
seratus kali lipat;sebab ia diberkati YHWH. Dan orang itu menjadi kaya, bahkan
kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat kaya” (Kej 26:12-13)
Perhatikan
frasa, “sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh
kekayaan”, “Berkat YHWHlah yang menjadikan kaya”, sebab ia diberkati YHWH”, “Dan
orang itu menjadi kaya, bahkan kian lama kian kaya, sehingga ia menjadi sangat
kaya”. Kalimat ini menegaskan bahwa kekayaan bukan kejahatan dan kekayaan bukan
barang tabu yang dikejar oleh orang saleh dan mengasihi Tuhan.
Salah
satu cara Tuhan memberkati adalah dengan kekayaan secara finansial, meskipun
ini bukan satu-satunya makna diberkati oleh Tuhan, sebagaimana kerap diajarkan
oleh kalangan Kristen tertentu.
Mengapa Orang Kaya Dikecam Dalam
Kitab Perjanjian Baru?
Namun
demikian, jika kekayaan adalah bukan kejahatan dan kekayaan bukan barang tabu
yang dikejar oleh orang saleh dan mengasihi Tuhan, mengapa dalam sejumlah teks
Kitab Perjanjian Baru seolah-olah orang kaya dan kekayaan dikecam oleh para
rasul, sebagaimana dikatakan berikut ini.
“Jadi
sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara
yang akan menimpa kamu! Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan
ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat dan karatnya akan menjadi kesaksian
terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan
harta pada hari-hari yang sedang berakhir” (Yak 5:1-3)
Jika
kita membaca dengan seksama, teks-teks di atas sebenarnya yang dikecam bukan
terkait kekayaan melainkan sikap orang kaya terhadap harta benda yang
dimilikinya dan sikap kesewenang-wenangan dikarenakan kekayaan yang dimiliki.
Jika
kita membaca lanjutan Yakobus 5:1-3 dikatakan demikian: “Sesungguhnya telah
terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah
menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan
mereka yang menyabit panenmu. Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya
di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan. Kamu
telah menghukum, bahkan membunuh orang
yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu” (Yak 5:4-6)
Dalam
beberapa teks lain, para rasul mengingatkan tentang orientasi hati dan pikiran
agar jangan melekat pada kekayaan tetapi pada Tuhan sebagaimana dikatakan sbb:
“Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi
hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan,
melainkan pada Tuhan yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala
sesuatu untuk dinikmati” (1 Tim 6:17). Krisis politik, krisis kesehatan yang
kerap berujung pada krisis ekonomi dan sebaliknya kerap menghasilkan situasi
chaos. Semua serba tidak pasti. Jika kita menggantungkan harap pada yang tidak
pasti, habislah kita. Namun jika kita bergantung harap pada Tuhan yang selalu
tidak berubah, maka sekalipun krisis terjadi kita masih memiliki kekuatan untuk
bangkit memulihkan semuanya.
Pada
teks lainnya dikatakan sbb: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan
menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1 Tim 6:10). Yang disalahkan
bukanlah uang tapi kecintaan dan kemelekatan pada uang yaitu ριζα γαρ παντων των κακων εστιν η φιλαργυρια
- riza
gar pantoon ton kakoon estin he philarguria (cinta uang akar kejahatan) yang bisa menimbulkan banyak masalah di
kemudian hari.
“Peringatkanlah
agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan suka memberi dan
membagi” (1 Tim 6:18), inilah seharusnya yang dilakukan oleh orang-orang yang
diberkati Tuhan secara finansial
Melayani Tuhan Dengan Kekayaan
Nah,
salah satu bentuk “menjadi kaya dalam kebajikan (πλουτειν
εν εργοις καλοις - ploutein en ergois kalois) adalah melayani dengan kekayaan yang
dimiliki. Teks Lukas 8:1-3 memberikan kita contoh perihal melayani Tuhan dengan
kekayaan.
“Tidak
lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke
desa memberitakan Injil Kerajaan Tuhan. Kedua belas murid-Nya bersama-sama
dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari
roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang
telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes,
Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan
itu dengan kekayaan mereka (diekonoun autois ek ton huparkonton autais)”
Sudah
jelas bukan bahwa melayani Tuhan itu beragam wujudnya dan bukan tugas ekslusif
para pejabat gerejawi melainkan tugas dan tanggung jawab umat beriman. Salah
satu wujud melayani adalah melayani dengan kekayaan yang dimiliki. Pelayanan
demikian dapat dikatakan, ”menjadi kaya dalam kebajikan (πλουτειν εν εργοις καλοις - ploutein en ergois kalois)”
Kiranya
Tuhan menolong kita untuk menjadi orang yang diberkati secara finansial dan
kaya akan kebajikan serta melayani Tuhan dengan sebagian harta kekayaan kita,
karena di dalam harta yang kita miliki ada hak anak yatim, janda, orang miskin,
para pelayan Tuhan yang bertekun siang dan malam “berjaga atas jiwa” umat Tuhan
yang digembalakan (Ibrani 13:7)
No comments:
Post a Comment