Midrash Lukas 3:1-22 (Nats: Luk 3:8)
Ketika kita membaca pernyataan berikut, “Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Tuhan kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun” (Luk 3:1-2), kita hanya mendapatkan latar belakang sosial politik ketika Yohanes melaksanakan tugas mempersiapkan kedatangan Mesias.
Dapatkah kita mendapatkan keterangan mengenai latar belakang munculnya pernyataan dan kotbah Yohanes Pembaptis sbb: “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk YHWH, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari YHWH” (Luk 3:3-6).
Pernyataan Yohanes di atas dapat kita telusuri dengan melacak jejak dan latar belakang keagamaan orang Yahudi yaitu Yudaisme yang mengalami perjalanan panjang hingga mencapai bentuk modernya saat ini. Apakah Yudaisme dan mengapa Yudaisme?
Yudaisme adalah agama orang Israel (Yahudi) yang berpusatkan pada Tuhan YHWH sebagai Pencipta dan Torah-Nya yang diberikan sebagai pedoman spiritual dan moralitas. Yohanes adalah bagian dari Yudaisme. Yesus adalah bagian dari Yudaisme. Paulus, Yakobus, Petrus dan semua tokoh yang berhubungan dengan Yesus adalah bagian dari Yudaisme.
Yesus, Paulus, Yakobus, Petrus, Yohanes dan orang-orang di seputar Yesus bukan Kristen dan tidak pernah mendirikan agama Kristen. Mereka semua bagian dari sistem keagamaan Yudaisme dengan pemahaman mengenai Akidah (Emunah), Ibadah (Avodah) serta Akhlaq (Halakah) yang khas Yudaisme. Perbedaannya adalah ketika Yesus menyatakan dirinya adalah Mesias dan Anak Tuhan dan menawarkan kehidupan kekal kepada barangsiapa yang mempercayai dirinya, maka terpecahlah pemahaman banyak orang Yahudi saat itu. Sebagian menolak dan sebagian menerima.
Puncak penolakkan orang Yahudi adalah saat mereka mengadili dan menyiksa serta menyalibkan Yesus di bukit Golgota. Mereka yang percaya dirinya Mesias menerima kebangkitannya dari kematian sebagai peristiwa nyata dan menyelamatkan. Sementara mereka yang menolak menyatakan bahwa itu adalah dusta para murid Yesus.
Kelak, ketika pemberitaan Injil mengenai karya Mesianis Yesus yang mati di kayu salib dan bangkit dari kematian diberitakan hingga luar Yerusalem, terbentuklah dua komunitas jemaat yaitu jemaat Mesias Yahudi dan jemaat Mesias non Yahudi. Jemaat Mesias Yahudi kelak disebut dengan Christianoi (Kis 11:24) dan berpusat di Anthiokhia yang kelak akan menjadi Kristen Ortodox, Katolik, Protestan dan pecahan-pecahan lainnya. Sementara komunitas jemaat Mesias Yahudi disebut dengan Nazoraios atau Nazarene (Kis 24:5).
Sejak ada istilah Christianoi dan semakin banyak pengikut Mesias non Yahudi maka berkembanglah istilah Kristen dan melebar dari Yerusalem sampai wilayah Asia Kecil, Asia, Afrika, Eropa dan berkembang menjadi kerajaan-kerajaan Kristen. Sejak awal, Kekristenan (istilah yang populer kemudian) adalah anak kandung dari ibu Yudaisme.
Setelah kita mengkaji apa dan bagaimana Yudaisme yang berpusat pada Tuhan YHWH sebagai Pencipta dan Torah sebagai Kitab Suci, maka Yudaisme memelihara empat pilar ibadah yaitu: Ibadah Harian (Tefilah), Ibadah Pekanan (Sabat), Ibadah Bulanan (Rosh Qodesh) serta Ibadah Tahunan (Moedim).
Kita akan membahas mengenai Moedim yang artinya “hari yang ditetapkan” atau “Hari-hari perayaan”. Di Sinai YHWH memberikan Torah. Dalam Torah, YHWH menetapkan Moedim (waktu-waktu yang tetap) atau hari-hari raya yang berjumlah tujuh (sheva moedim). Ketujuh perayaan tersebut adalah (Imamat 23:1-44) sbb:
- Pesakh (14 Nisan)
- Ha Matsah (15 Nisan)
- Sfirat ha Omer (menghitung omer setelah shabat moedim)
- Shavuot (hari kelimapuluh setelah menghitung omer)
- Yom Truah /Rosh ha Shanah (1 Tishri)
- Yom Kippur (10 Tishri)
- Sukkot (15-21 Tishri)
Yesus dan murid-muridnya melaksanakan hari-hari raya tersebut. Yesus merayakan Sukkot/ Pondok Daun (Yoh 7:2). Rasul Paul merayakan Shavuot/ Pentakosta (Kis 20:16). Sampai akhirnya genap waktunya karya Mesianis Yesus dimeteraikan, maka setiap urutan hari raya diberi makna baru oleh Yesus sebagai gambaran akan karya Mesianisnya yang meliputi kematian, kebangkitan, serta kedatangannya kembali.
Kita telaah secara singkat. Perayaan Paskah (Pesakh). Perayaan ini menunjuk pada peringatan terluputnya nenek moyang Israel dari tulah YHWH melalui olesan darah di tiap palang pintu orang Israel (Im 23:5). Dalam Perjanjian Baru, Pesakh menunjuk pada pengorbanan Mesias di kayu salib. Yesus menghubungkan roti tidak beragi dalam Pesakh dan anggur pada tubuhnya yang akan dikorbankan dan darahnya yang akan dicurahkan bagi penebusan atas kutuk dosa yaitu maut sebagaimana dikatakan:
“Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22:19-20).
Rasul Paul menegaskan kembali makna Pesakh dan pengorbanan Yesus di kayu salib dengan mengatakan demikian: “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Mesias” (2 Kor 5:17).
Perayaan Buah Sulung (Ha Bikurim/Sfirat ha Omer). Perayaan ini menunjuk hari raya panen Bangsa Yisrael setelah memasuki tanah Kanaan. Tiap jatuh panen mempersembahkan buah sulung panen dan menghitung omer (Im 23:9-14). Dalam Perjanjian Baru perayaan ini menunjuk pada kebangkitan Yesus dari maut. Peristiwa kebangkitan Yesus Sang Mesias dari alam maut terjadi pada hari minggu (sekitar sabtu malam dan kubur kosong ditemukan minggu pagi) dan ini sangat cocok dengan perayaan Buah Sulung berdasarkan perhitungan mazhab Saduki yang menetapkan jatuhnya Buah Sulung pada hari minggu. Rasul Paul menghubungkan kebangkitan Yesus dari kematian dengan perayaan Buah Sulung dengan mengatakan demikian:
“Tetapi yang benar ialah, bahwa Mesias telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Kor 15:20)
“Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Mesias sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya” (1 Kor 15:23)
“Dialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu” (Kol 1:18)
Setelah kita menelaah contoh perayaan di atas dan korelasinya dengan karya Mesianis Yesus, lantas peristiwa keagamaan apakah yang melatarbelakangi pernyataan Yohanes saat beliau berseru, “"Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk YHWH, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari YHWH” (Luk 3:3-6)?
Konteks keagamaan Yudaisme zaman itu adalah saat orang-orang Yahudi melaksanakan Yom Truah (Peniupan Shofar) atau Rosh ha Shanah (Tahun Baru Ibrani). Apa itu Yom Truah dan apakah karakteristik hari raya tersebut sehingga kita menyimpulkan bahwa orang-orang Yahudi zaman itu sedang merayakan Yom Truah?
Perayaan ini menunjuk pada peniupan shofar (tanduk domba yang panjang) sebagai penanda tahun baru sipil Ibrani dan juga peringatan penghakiman YHWH. Dalam Perjanjian Baru menunjuk pada kedatangan Mesias yang kedua sebagai Hakim Yang Adil.
Barney Kasdan dalam bukunya berjudul God’s Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the Biblical Holidays memberikan penjelasan mengenai Rosh ha Shanah sbb: “Tujuan hari raya ini diungkapkan dengan satu kata yaitu pengumpulan kembali”. Karena hari raya ini mengajak semua orang Yisrael untuk kembali kepada iman yang murni kepada Tuhan. Rosh ha Shanah mewakili hari pertobatan. Ini adalah hari dimana Bangsa Israel mengambil persediaan kondisi spiritual mereka dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan bahwa tahun baru yang akan datang akan berkenan pada Tuhan.
Selama bulan Elul atau Tishri memiliki makna spiritual yang mendalam bagi orang Yisrael. Para rabbi menekankan bahwa dari tangal 1 Tishri sampai tgl 10 Tishri (jatuhnya Yom Kippur) merupakan hari persiapan rohani yang khusus. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa selama bulan Elul atau Tishri, Moshe naik ke Bukit Sinai untuk memperoleh Loh Torah yang kedua dan dia turun pada saat Yom Kippur (Pirke De Rabbi Eliezer 46).
Dalam sinagog-sinagog, shofar (terompet dari tanduk domba) dibunyikan setiap hari untuk memberi peringatan orang beriman bahwa waktu untuk pertobatan telah tiba. Banyak kaum Orthodox Yahudi (Orthodox Jew) melakukan ritual penyucian diri dengan melakukan baptisan air (tevilah mikveh) untuk melambangkan pembersihan hati. Karena hari ini dipahami sebagai hari pertobatan maka suasana perayaan diliputi oleh suasana penyesalan diri, namun demikian selalu dengan sebuah harapan adanya pengampunan dosa oleh Tuhan. Dalam keluarga-keluarga tradisional Yahudi, petang hari saat jatuh Rosh ha Shanah dimulai dengan pesta perayaan makan malam dengan banyak hidangan khas (customary dishes,Ing). Setiap sinagog menghentikan aktivitas pelayanan petang hari saat jatuh Rosh ha Shanah namun keesokkan harinya akan dihabiskan dengan ibadah.
Liturgi, musik dan doa menekankan pengulangan tema pertobatan, kembali kepada Tuhan. Dikarenakan ini merupakan hari Shabat, maka seluruh kegiatan dan aktivitas seperti sekolah dan pekerjaan dihentikan untuk melaksanakan hari raya ini dengan benar. Pada keluarga Yahudi tradisional lainnya pada siang hari saat jatuh Rosh ha Shanah, mereka akan menghabiskan waktu untuk berada di pantai, aliran sungai untuk melaksanakan ritual kuno dengan nama Tashlik yang artinya “membuang”. Kata ini diambil dari Mikha 7:19, “Biarlah Dia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan (taslik) segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut”. Untuk menghayati kebenaran yang indah ini, keluarga Yahudi biasanya melempar remukan roti atau membuang kerikil ke dalam air sungai dan menikmati janji Tuhan mengenai pengampunan-Nya.
Pada hari tersebut ditandai pula dengan saling mengirim kartu ucapan selamat Tahun Baru dengan isi doa dan harapan tentang berkat Tuhan. Kebiasaan yang nampak saat itu adalah peniupan shofar. Di sinagog, shofar akan dibunyikan dalam empat suara yang berbeda yaitu Tekiah (suara yang panjang), Shevarim (nada terputus),Teruah (peringatan), Tekiah Gedolah (keras memekakan telinga dan panjang). Penggunaan shofar dalam Kitab Suci dan sejarah Israel kuno al., memuliakan raja, peringatan peperangan. Dengan peniupan shofar dalam konteks perayaan Rosh ha Shana adalah untuk “membangunkan”, suatu panggilan untuk melaksanakan hari raya.
Selain dikaitkan dengan tema pertobatan, hari raya ini dihubungkan juga dengan tema prophetik atau peristiwa yang akan datang. Banyak literatur para rabbi Yahudi menghubungkan Rosh ha Shanah dengan hari pengumpulan orang Israel dan orang-orang yang sudah mati dan Mesias akan menjadi perantara pengumpulan tersebut sebagaimana dituliskan dalam salah satu literatur Abad VIII Ms sbb: “Mesias Putra Dawid, Eli-Yah dan Zerubavel – damai atas mereka- akan turun di Bukit Zaitun. Dan Mesias akan memerintahkan Eli-Yah meniup shofar. Cahaya enam hari Penciptaan akan kembali dan terlihat, cahaya bulan akan seterang matahari, dan Tuhan akan mengirim kesembuhan sepenuhnya atas semua orang Israel yang sakit. Tiupan Eli-Yah yang kedua akan menyebabkan orang mati bangkit. Mereka akan bangkit dari dalam debu dan mengenali sesama mereka, suami dan istri mereka, ayah, anak, saudara dengan saudara. Seua akan datang kepada Mesias dari keempat pencuru bumi, dari timur dan barat, dari utara dan selatan. Anak-anak Israel akan terbang pada sayap burungrajawali menghampiri Mesias…” (Ma’ashe Daniel).
Kita sudah dapatkan kata kunci perayaan Yom Truah atau Rosh ha Shanah yaitu pertobatan dan pembaruan diri serta pengadilan akhir zaman. Tema yang sama digemakan oleh Yohanes Pembaptis saat beliau mempersiapkan kedatangan Mesias dengan berkata, “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni dosamu” (Luk 3:3). Bahkan Yesus Sang Mesias memulai karya Mesianisnya pada Bulan Tishri saat orang Yahudi merayakan Yom Truah dengan ditandai pertobatan dan pembaruan diri sebagaimana disaksikan, “Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Luk 3:21-22).
Mari kita telaah ajakan Yohanes Pembaptis mengenai pertobatan untuk kita renungkan dalam suasana perayaan Rosh ha Shanah kali ini. Apakah Pertobatan itu? Kata pertobatan dalam bahasa Ibraninya Teshuvah dari akar kataShuv yang bermakna “berpaling”, “berbalik” (beshuvah, Yes 30:15/weshav, Yer 18:8/shuvu wehashivu, Yekhz 18:30). Dalam bahasa Yunaninya dibagi dua yaitu Metanoia (perubahan pikiran) dan Epistrophe (perubahan perilaku). Dengan demikian kata pertobatan selalu mengandaikan tindakan berpaling dari kejahatan dan perubahan pola pikir dan perilaku hidup yang berdosa.
Yohanes memberikan penjelasan makna pertobatan dan aplikasinya dalam berbagai situasi kehidupan saat orang-orang bertanya. Jika dia seorang pemungut cukai yang biasa melakukan penagihan dan manipulasi maka menjadi seorang pemungut cukai yang bertobat bukan bermakna meninggalkan pekerjaannya tersebut melainkan mengubah tindakannya yang jahat dengan cara, "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu” (Luk 3:13). Jika dia seorang prajurit yang biasa mempertontonkan kekerasan dan kesombongan, Yohanes bersabda, "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu” (Luk 3:14).
Pertobatan bukan berarti meninggalkan pekerjaan dan menekuni dunia spiritual dan keagamaan. Pertobatan bermakna mengubah pola pikir dan perilaku dengan membuang segala bentuk kejahatan dalam pikiran dan tindakan yang kita bawa dalam berbagai pekerjaan dan status sosial kita. Kita harus membuang mentalitas korupsi dan menyuap untuk mendapatkan jabatan dan kedudukan. Kita harus membuang sikap menjilat untuk mendapatkan promosi. Kita harus membuang sikap lalim dan semena-mena sebagai pimpinan. Kita harus membuang sikap tidak adil dan menindas terhadap pegawai kita.
Oleh karenanya Yohanes bersabda, “Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Tuhan dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!” (Luk 3;8)
Marilah perayaan Rosh ha Shanah 1 Tishri 5774 (4 September 2013) kita hayati dengan meninggalkan berbagai pikiran dan perbuatan yang mendatangkan kemurkaan Tuhan dan marilah kita menghasilkan buah-buah perbuatan yang mencerminkan pertobatan di segala bidang kehidupan.
Shameakh Yom Truah 1 Tishri 5774 – 4 September 2013
No comments:
Post a Comment