Seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja,
secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya
tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya
cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat
mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan
keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang
tinggi itu.
Teman-teman karyawan yang lain juga turut membantu
mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan.
Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan
semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut.
Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan
mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia
menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali
arloji kesayangan si tukang kayu tersebut.
Tentu si tukang kayu itu amat
gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar
tumpukan serbuk namun sia-sia. Kini hanya dia seorang diri saja, dan berhasil
menemukan arloji itu. “Bagaimana caranya
engkau mencari arloji ini?” Tanya si tukang kayu. “Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya
bisa mendengar bunyi ‘to-tak, tok-tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu
berada” Anak itu menjawab.
Di dunia yang semakin memuja kecepatan dan ketepatan
sebagai konsekwensi modernitas dan perkembangan teknologi informasi, nampaknya
berdiam diri dan bersikap tenang bisa dianggap tindakan yang tidak efisen dan
membuang waktu. Namun sejatinya dalam ketenangan kita bisa mendapatkan kekuatan
kembali. Air yang keruh saja akan mengendap keruhnya saat kembali menjadi
tenang dari goncangan dan riak sehingga kita bisa melihat segala sesuatunya
menjadi bening dan bersih.
Sebagaimana dikatakan sabda Tuhan, “...behashqet uvevitkhah tihyeh gevuratekem..” (dalam tinggal
tenang dan percaya terletak kekuatanmu, Yes 30:15) maka kita bukan hanya
membutuhkan kecepatan dalam mengambil keputusan melainkan ketenangan (shaqat).
Ketenangan bukan hanya menghasilkan kekuatan dan kemampuan menemukan solusi
terhadap persoalan melainkan memberi kesegaran pada tubuh (Ams 14:30) dan
membuat seseorang dapat berdoa (1 Ptr 4:7), sekalipun ketenangan itu hanya segenggaman sebagaimana dikatakan, "Segenggam ketenangan (melo kaf nakhat) lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin" (Pengkt 4:6)
No comments:
Post a Comment