Midrash Pembuka Tahun
2019
Bacaan: Mazmur 139:13-16
Albert Einstein adalah salah satu fisikawan terbesar dan
paling terkenal. Jika Anda bertanya kepada siapa pun untuk menyebutkan jawaban
fisikawan yang paling umum, Anda akan menerima “Einstein”. Einstein juga
terkenal dengan kutipannya.
Di antara banyak kutipan Einstein ada yang sangat populer di kalangan selengkapnya mengatakan, “Quantum theory yields much, but it hardly brings us close to the Old One’s secrets. I, in any case, am convinced He does not play dice with the universe” (Teori kuantum menghasilkan banyak, tetapi hampir tidak membawa kita dekat dengan rahasia terhadap Yang Satu sejak awal itu. Saya, dalam hal apapun, yakin dia tidak bermain dadu dengan alam semesta).
Di antara banyak kutipan Einstein ada yang sangat populer di kalangan selengkapnya mengatakan, “Quantum theory yields much, but it hardly brings us close to the Old One’s secrets. I, in any case, am convinced He does not play dice with the universe” (Teori kuantum menghasilkan banyak, tetapi hampir tidak membawa kita dekat dengan rahasia terhadap Yang Satu sejak awal itu. Saya, dalam hal apapun, yakin dia tidak bermain dadu dengan alam semesta).
Kalimat tersebut dialamatkan oleh Einstein kepada Max
Born (salah satu bapak Mekanika Quantum) yang dia tulis pada tahun 1926.
Istilah “Old One” dan He” yang dimaksud Einstein adalah Tuhan.
Ketenaran dari kutipan ini dari berakar dari dua sumber, Pertama,
ketidaksetujuan Einstein dengan konsep dasar mekanika kuantum perihal peringkat
alam (atom) dan alam semesta yang dianggap sepenuhnya acak, yaitu peristiwa
terjadi karena kebetulan belaka. Kedua, pandangan Einstein tentang
agama dan Tuhan. Sekalipun ada
anggapan Einstein seorang Ateis, namun dia mengatakan
dirinya sendiri dalam sebuah wawancara pada tahun 1929 perihal apa yang dia
sebut “agama kosmik” di mana kehadiran Tuhan terbukti dalam urutan dan
rasionalitas alam dan alam semesta. dalam semua aspek dan ekspresinya.
Kekacauan dan
keacakan adalah, oleh karena itu, bukan bagian dari alam (Tuhan tidak bermain
dadu). Einstein seorang Yahudi dan
penganut Yudaisme sekalipun tidak sesaleh pelaku agama Yahudi. Dalam perspektif
Kitab Suci, Tuhan menciptakan hukum dan keteraturan dalam semesta (Mzm 119:91).
Seberapa tidak pastinya kehidupan di tahun yang akan kita songsong,
percayalah bahwa Tuhan tidak bermain dadu. Sebagaimana Dia merancang hukum
dalam semesta, demikianlah Dia merancang kebaikkan bagi semua orang yang takut
akan Dia (Mzm 139:16). Sekalipun kita tidak bisa melihat dan membaca masa depan diri kita sendiri, namun lompatan iman meletakkan semua yang terjadi di masa depan dalam rencana dan rancangan kebaikkan Tuhan sebagaimana yang dijanjikan-Nya (Yer 29:11-14).
Jangan melihat dadu kehidupan kita melainkan lihatlah Tuhan dalam setiap
kehidupan yang kerap bergulir tidak pasti kian kemari seperti dadu. Melihat
Tuhan berarti menaruh percaya bahwa Dia lebih besar dari ketidakpastian yang
mungkin kita hadapi di tahun yang akan datang.
Ketidakpastian dan absurditas kerap menyelimuti kehidupan manusia namun
mereka yang melibatkan peran Tuhan mendapat penghiburan dari firman-Nya.
Saya tutup midrash ini dengan dua buah puisi sbb:
Bukan Permainan Dadu (Puisi 1)
Kita tidak tahu apa yang menunggu di lorong waktu tahun yang baru. Tiada
pula mampu memutar jarum jam kembali ke masa lalu, karena Sang Waktu hanya
mengenal jalan maju.
Kita hanya perlu menjalani dan menghadapi kehidupan sebagai sebuah
kemungkinan dengan menepis semua ragu.
Kemungkinan memperoleh kebahagiaan dan keberhasilan yang dirindu.
Kemungkinan berjumpa dengan kesedihan dan kerugian yang menghantu.
Sekalipun bukan permainan dadu, kehidupan kerap berisi kemungkinan yang tidak
sepenuhnya kita tahu.
Ketidaktahuan dan kemungkinan justru menjadi penyemangat untuk menciptakan
pengetahuan dan perubahan serta menghasilkan kemungkinan baru.
Kita adalah keberadaan yang masih terus menerus menyelesaikan diri dan mengupayakan kemungkinan-kemungkinan
menjadi kenyataan yang dituju
1 Januari 2018
Lihat dan Hadapi Saja (Puisi 2)
Siapa yang tahu apa yang terjadi di sebrang sana?
Hanya membaca dan menduga dengan tiada sempurna.
Sia-sia berdaya upaya mencari jawabannya.
Ini bukan soal apa yang akan kita terima pada akhirnya.
Tapi bagaimana kita menjalani kehidupan dengan berani dan tangan terbuka.
Mengapa harus takut terluka untuk mendapatkan bahagia?
1 Januari 2019
No comments:
Post a Comment