Kisah Yesus digoda satan di padang gurun memberikan beberapa pelajaran penting bagi
kita sbb: Pertama, Satan tahu titik
kelemahan manusia yang beberapa diantaranya, harta dan kekuasaan serta
kesombongan. Ketika Satan menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti (Luk 4:4),
kita teringat kisah raja tamak bernama Midas yang menginginkan kemampuan agar
semua yang disentuhnya dapat dijadikan emas yang akhirnya menyulitkan dirinya
karena dia tidak bisa makan karena apa yang akan dimakannya telah berubah
menjadi emas.
Ketika Yesus dijanjikan kekuasaan atas seluruh bumi asalkan
menyembah Satan (Luk 4:6), kita teringat bagaimana banyak pemimpin memperoleh
kekuasaan dengan jalan mengorbankan kemanusiaan dan menyalahgunakan
kekuasaannya demi kepentingan dirinya sebagaimana nampak dalam perilaku demagog
semacam Nero dan Hitler.
Ketika Satan menggoda Yesus untuk menjatuhkan
diri-Nya dari bubungan Bait Suci karena malaikat YHWH (Yahweh) akan menolong (Luk
4:9-10), kita diingatkan betapa kita kerap menyombongkan diri dengan dalih iman
kepada sabda Tuhan sehingga kita kerap melakukan tindakan yang dengan tidak
kita sadari kita telah menggoda Tuhan (ketika sakit parah tidak berobat, ketika
saatnya ujian tidak belajar, ketika kesusahan tidak mau menerima pertolongan
orang dll).
Kedua, Yesus mengajar kita untuk menghadapi semua penggodaan dalam
hidup dengan dasar Firman Tuhan. Yesus selalu menjawab semua godaan dengan
berkata: “Ada tertulis” (Gegraptai,
Yun/hen Katuv, Ibr). Firman Tuhan adalah pedang roh, sebagaimana dikatakan, "dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh yaitu firman Tuhan" (Ef 6:17). Maka ketika
pikiran-pikiran jahat atau nasihat-nasihat kotor mulai menggoda kita untuk
melakukan jalan pintas dalam memperoleh kesuksesan atau saat kita terhimpit
dalam kesulitan, kita harus menepis semuanya dan mencari petunjuk Tuhan dalam
Firman-Nya agar terbuka jalan lurus untuk semua persoalan yang kita hadapi.
Ketika kita mampu melewati semua ujian dan godaan, ingatlah bahwa itu bukan
kondisi akhir karena Satan akan terus mencari celah dan kesempatan untuk
menjatuhkan kita pada saat yang tepat sebagaimana dikatakan, "Sesudah Iblis (Satan) mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik" (Luk 4:13). Frasa Yunani αχρι καιρου (achri kairou) diterjemahkan oleh King James Version (KJV) "for a season" dan oleh Young's Literal Translation (YLT), "till a convenient season". Kata "waktu", dalam bahasa Yunani dibedakan antara chronos dan kairos. Waktu dalam terminologi bahasa Yunani dikenal sebagai χρόνος (kronos) dan καιρός (kairos). Kata χρόνος (kronos) berarti waktu berjalan seperti jam ke jam, hari ke hari, minggu, bulan hingga tahun ke tahun. Dari sinilah muncul istilah kronologis. Sementara καιρός (kairos) lebih bersifat kualitas pada peristiwa yang ada. Hal-hal yang bernilai pada peristiwa, kronos, itulah kairos. Sederhananya, kairos ada dalam kronos, namun kronos bisa saja tanpa kairos. Peristiwa bermutu ada dalam waktu, tapi tidak tiap waktu yang ada bermutu. Dalam bahasa Inggris, kairos diterjemahkan juga dengan opportune momen (moment yang tepat).
Nah, Satan selalu menunggu momentum yang tepat (kairos) di dalam perjalanan waktu (kronos), agar kita terjatuh dan mengikuti hasutannya. Bukankah Satan tidak pernah
lelah berkeliling mencari kesempatan untuk menerkam mangsanya bagai singa? Oleh
karenanya, waspadalah! (1 Ptr 5:8)
No comments:
Post a Comment