Midrash Penutup Tahun
2020
Filipi 4:11-13
Beberapa orang memiliki kebiasaan
menuliskan peristiwa sehari-hari atau peristiwa yang berkesan dalam sebuah buku
harian. Jangan menganggap remeh sebuah catatan harian.
Sejumlah buku berpengaruh telah diterbitkan
berisikan surat-surat ataupun buku catatan harian. Sebutlah The Diary of Young Girl berisikan
coretan buku harian Anne Frank, seorang anak Yahudi yang hidup di era Nazi
Hitler. Ada juga The Travel Diaries of
Albert Einstein: The Far East, Palestine, and Spain, 1922–1923, yang
berisikan buku catatan harian Albert Einstein penemu Teori Relativitas. Di
Indonesia ada buku Catatan Seorang
Demonstran yang berisikan buku harian Soe Hok Gie yang turut serta dalam
menjatuhkan kekuasaan Presiden Sukarno pasca G 30 S.
Entahkah di era digital ini
kebiasaan tersebut masih dilakukan oleh generasi muda yang lebih akrab dengan
surat elektronik (email) dan menulis secara langsung di layar smartphone.
Mungkin isi buku harian kita hari
ini mendekati lembar terakhir yang harus diganti dengan lembar dari buku harian
yang baru. Lihatlah kembali apa yang sudah kita tulis sebelumnya.
Jika kita memperhatikan isi buku
harian kita tentu isinya sangat beragam tema yang mengungkapkan apa yang
dilihat dan dirasakan. Mulai dari ungkapan kegembiraan, kekecewaan, kesedihan,
kepanikan bahkan keluhan ataupun umpatan.
Jika dibuat grafik, mungkin akan
terlihat isi buku harian kita berisikan garis menanjak atau garis naik turun
bahkan mungkin garis menurun. Beberapa orang mungkin mengalami kegemilangan dan
kesuksesan sehingga seperti grafik yang menanjak. Beberaoa orang mungkin
mengalami kehidupan yang tidak pasti sehingga terkadang naik terkadang turun.
Atau mungkin beberapa orang lainnya menuliskan kepahitan hidup yang dialami
akibat kebangkrutan ekonomi atau sakit penyakit yang menyergap dan tidak
kunjung sembuh.
Begitulah gambaran kehidupan yang
kita jalani. Catatan-catatan yang telah dituliskan memetakan sejumlah peristiwa
yang telah terjadi dan mempengaruhi kehidupan kita di masa kini dan akan
datang.
Kehidupan memang tidak pernah
bisa kita atur seperti yang kita mau. Apa yang kita kerjakan hari kemarin
mempengaruhi apa yang kita kerjakan hari ini dan apa yang kita kerjakan hari
ini akan mempengaruhi masa datang yang akan kita masuki. Namun ada
faktor-faktor eksternal (luar) yang kadang tidak pernah kita sangka dan duga
memasuki kehidupan kita dan mempengaruhi perjalanan kehidupan kita.
Apakah ada yang akan mengira di
awal tahu 2020 akan ada wabah pandemi Covid-19 ? Pandemi yang bukan hanya memakan
korban di negara jauh seperti Tiongkok, Amerika, Italia namun juga sudah
mendekat masuk ke negara bahkan kota kita. Saat midrash penutup tahun ini
disampaikan, data kasus Covid-19 di dunia sbb: Jumlah kasus sebanyak 81.671.335
dengan angka kematian mencapai angka 1.781.505 serta kesembuhan mencapai angka 57.797.388
(https://www.worldometers.info/coronavirus/).
Apakah ada yang akan mengira di
awal tahun 2020 perusahaan kita mengalami krisis berujung kebangkrutan? Apakah
ada yang mengira di awal tahun 2020 orang-orang yang kita kasihi dipanggil
Tuhan karena sakit? Apakah ada yang memprediksi di awal tahun 2020 kita
mendapatkan proyek besar sehingga kita dapat membeli segala kebutuhan yang kita
perlukan?
Semua peristiwa tadi adalah
faktor-faktor eksternal alias yang datang dari luar baik bersifat merugikan
maupun menguntungkan yang dapat mempengaruhi perjalanan kehidupan yang kita
tempuh. Itulah sebabnya kita harus menyadari bahwa kehidupan tidak bisa kita
atur sepenuhnya sesuai keinginan kita. Terkadang ada kenyataan yang harus kita
terima dan tidak sesuai dengan harapan-harapan kita. Meminjam istilah filsuf
dan novelis Albert Camus, kehidupan itu absurd. Ada kesenjangan antara harapan
dan kenyataan.
Beberapa saat lagi kita akan
menutup tahun 2020. Apa yang akan kita tuliskan di halaman terakhir buku harian
kita? Apa yang akan kita persiapkan untuk memasuki tahun baru 2021? Sebagai
orang beriman tentu kita berusaha memaknai semua peristiwa yang sudah kita
lalui bukan sekedar sebuah peristiwa yang terjadi secara kronologis belaka.
Filipi 4:11-13 berkata:
Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar
mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu
apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu
yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal
kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku.
Dengan melihat catatan harian
atau mengingat apa yang sudah terjadi dalam hidup kita sepanjang tahun 2020 –
manis atau pahit, untung atau rugi, sedih atau gembira, kelimpahan atau
kekurangan – kita belajar untuk menerima dan mensyukuri semua hal yang terjadi
dalam hidup kita.
Jangan memaksakan diri harus dan
harus selalu mendapatkan apa yang kita inginkan. Waspadalah dengan ajaran yang
mengharuskan kesuksesan material dan keberhasilan sebagai tanda berkat dan
keberpihakan Tuhan. Dibalik ajaran positivisme ada sisi negatif dan keangkuhan
memutlakan jalan hidup kita dengan mengabaikan Tuhan yang berdaulat atas waktu
dan nasib seseorang.
Ketika kita lapar dan kekurangan
kita belajar untuk bergantung pada Tuhan agar memampukan kita keluar dari
kesukaran dan berpindah menuju tangga kehidupan selanjutnya yang lebih baik.
Ketika kita kenyang dan berkelimpahan kita belajar untuk mensyukuri penyertaan
Tuhan yang telah membawa kita sampai di tangga tersebut.
Kita harus siap dan bersedia
untuk melawati situasi yang berkekurangan ataupun berkelimpahan. Semua
peristiwa itu menjadikan diri kita dewasa dan matang secara rohani serta
dilimpahi kearifan dan kebijaksanaan. Apa rahasianya semua perkara yang datang
itu dapat mendewasakan dan menjadikan kita bijaksana? Jika kita berkata dan
bertindak seperti yang dituliskan Rasul Paulus, Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.
Sebenarnya teks Yunani Filipi
4:13 berbunyi παντα ισχυω εν τω ενδυναμουντι με χριστω (panta ischuo en too
endunamounti me Christoo) yang jika diterjemahkan adalah, Segala perkara dapat kutanggung di dalam Mesias (Kristus) yang memberi
kekuatan kepadaku.
Frasa Yunani panta ischuo secara literal dapat diterjemahkan semua dapat aku kerjakan. Jadi bukan
hanya “menanggung” melainkan “melakukan”. Darimana kekuatan untuk melakukan
semua perkara yang terjadi? Tanpa adanya kekuatan Ilahi dari Sang Bapa yaitu
YHWH di dalam Sang Putra yaitu Yesus Sang Mesias dan Juruslamat kita maka kita
tidak mampu menanggung semua peristiwa yang terkadang “melubangi” kesadaran
eksistensial kita. Kata “kekuatan” dipergunakan kata Yunani endunamoo. Kita masih ingat kata “dinamo”
dan “dinamit” bukan? Dinamo merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah energi
gerak menjadi listrik. Dinamit adalah peledak berdasarkan potensi ledakan dari nitrogliserin.
Jika kita senantiasa melibatkan
Sang Juruslamat sebagai jurumudi kehidupan kita, maka segala perkara dapat kita
kerjakan baik di masa kekurangan maupun di masa kelimpahan. Karena di mata
orang beriman semua peristiwa dirancang untuk kebaikan umat-Nya sebagaimana
dikatakan:
Kita tahu sekarang, bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka
yang terpanggil sesuai dengan rencana Tuhan (Rm 8:28)
Selamat menutup tahun 2020 dan
menyongsong tahun 2021. Kasih Karunia Tuhan YHWH, Bapa Surgawi menyertai dan
melimpah di dalam Yahshua sang Mesias, Juruslamat dan Junjungan Agung Yang
Ilahi beserta Roh-Nya Yang Suci, Amen we Amen.
No comments:
Post a Comment