Dalam banyak kotbah atau percakapan mengenai ajaran Yesus khususnya keterkaitannya dengan Torah, perikop yang kita baca ini dan beberapa perikop lainnya kerap disalahfahami sebagai dasar untuk menyatakan bahwa Yesus datang untuk meniadakan hukum-hukum lama dan aturan-aturan yang diperintahkan dalam Torah, khususnya mengenai aturan apa yang boleh dan tidak boleh dimakan.
Ambil contoh perihal penglihatan
yang diterima Petrus mengenai kain yang terbentang di langit berisikan
hewan-hewan yang tidak kosher untuk dimakan dan suara yang memerintahkan kepada
Petrus, Apa yang dinyatakan halal oleh Tuhan,
tidak boleh engkau nyatakan haram (Kis 10:15). Teks ini kerap dijadikan
dalil bahwa perintah mengenai hewan yang tahor
(bersih) dan tame (kotor) atau Lembaga
Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkannya dengan halal dan haram telah
dibatalkan. Padahal konteks perikop sama sekali bukan hendak membicarakan
perihal Imamat 11 yang berisikan peraturan mengenai hewan yang boleh dimakan
karena berstatus tahor dan hewan yang
tidak boleh dimakan karena berstatus tame.
Jika penglihatan dan suara yang
diterima Petrus adalah perihal pembatalan Torah dan aturan perihal hewan yang
boleh dan tidak boleh dimakan sebagaimana diatur dalam Imamat 11:1-47, mengapa
dikatakan dalam Kisah Rasul 10:17, Petrus
bertanya-tanya di dalam hatinya, apa kiranya arti penglihatan yang telah
dilihatnya itu? Arti penglihatan dan suara yang didengar Petrus sebenarnya
hendak menyampaikan pesan bahwa tidak lama lagi Petrus akan berjumpa Kornelius,
seorang perwira Italia dan bukan bangsa Yahudi dan Petrus diperintahkan untuk
menerima Kornelius sebagai murid Yesus karena ajaran Yesus bukan hanya untuk
orang Yahudi melainkan semua non Yahudi.
Itulah sebabnya setelah berjumpa
Kornelius, Petrus mengerti arti penglihatan tersebut sebagaimana dikatakan, Kamu tahu, betapa kerasnya larangan bagi
seorang Yahudi untuk bergaul dengan orang-orang yang bukan Yahudi atau masuk ke
rumah mereka. Tetapi Tuhan telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh
menyebut orang najis atau tidak tahir (Kisah Rasul 10:28). Penglihatan
mengenai hewan tame yang diperintahkan untuk disembelih dan dimakan
melambangkan bangsa non Yahudi. Sementara pernyataan, Apa yang dinyatakan halal oleh Tuhan, tidak boleh engkau nyatakan haram
bermakna agar Petrus jangan lagi membeda-bedakan bangsa dan golongan manapun
untuk menerima Yesus Sang Mesias dan Juruslamat dunia
Demikianlah perikop kita kali ini
dari Matius 15:1-20 bukan berbicara mengenai pembatalan berbagai aturan dalam
Torah melainkan sebuah sikap yang ditunjukkan oleh Yesus perihal kedudukan adat
istiadat ketika disandingkan dengan perintah-perintah Tuhan. Murid-murid Yesus
disalahkan oleh orang Farisi dan ahli Torah manakala mereka memakan dengan
tidak mencuci tangan terlebih dahulu (Mat 15:2). Tidak ada pembahasan perihal
Imamat 11 dan diskusi rabinik mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dimakan.
Itulah sebabnya dikatakan pada bagian terakhir Matius 15:20, Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan
dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.
Baiklah, kita tidak hendak
membahas panjang lebar perihal kedudukan Torah termasuk berbagai aturan-aturan
etis dan kultis yang tertulis di dalamnya dihadapkan dengan kedatangan dan
ajaran Yesus Sang Mesias dan Juruslamat. Dalam kesempatan lain kita akan
membahas dan memperdalamnya.
Apa yang hendak kita beri stressing kali ini adalah sabda Yesus
yang berkata, Tidak tahukah kamu bahwa
segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di
jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan,
percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.
Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak
dibasuh tidak menajiskan orang (Mat 15:18-19). Ya, hati bukan sekedar organ
tubuh yang memiliki fungsi menghancurkan racun di dalam darah, menghasilkan
protein, hingga membantu proses pencernaan. Dalam perspektif Kristiani, hati
adalah ruang pengambilan keputusan mengenai apa yang baik dan buruk untuk
dikeluarkan. Itulah sebabnya Yesus mengatakan Karena dari hati timbul segala
pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan
hujat. Bukankah kita bisa sakit hati, kecewa, pahit hati, mendendam, iri
hati dsj?
Ketika hati yang tercemari oleh segala pikiran jahat, pembunuhan,
perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat maka ketika
keluar dalam bentuk perkataan dan tindakan akan merugikan alias menajiskan
orang lain. Ada banyak anak remaja atau pemuda tidak bertumbuh kepribadiannya
dengan sehat hanya dikarenaka sejak kecil menerima perlakuan orang tuanya baik
dalam bentuk perkataan dan tindakan yang merusak gambar dirinya. Diejek, dicaci
maki, direndahkan oleh orang tuanya sehingga dirinya bertumbuh menjadi remaja
atau pemuda yang rendah diri atau bahkan sebaliknya menjadi kriminal. Inilah
salah satu contoh hati yang berisi kekotoran menumpahkan isinya dalam perkataan
jahat pada akhirnya menajiskan kehidupan seseorang.
Oleh karena hati adalah sebuah
ruang pengambilan keputusan mengenai yang jahat dan yang buruk, maka seyogyanya
kita sebagai anak-anak Tuhan menjaga dan merawat hati kita agar senantiasa
berisikan perbendaharaan yang baik dan bersih. Perbendaharaan yang baik itu
adalah semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci ,
semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan
patut dipuji. Inilah seharusnya yang kita masukkan dalam hati kita dan pikiran
kita sebagaimana dikatakan Filipi 4:8 sbb: Jadi
akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil,
semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Apa yang kita lihat dan dengar
mempengaruhi apa yang kita pikirkan dan rasakan serta lakukan. Semakin banyak
kita mengasup informasi negatif maka kita akan mengeluarkan yang negatif dan
bukan positip. Semakin kita mengasup informasi yang positif maka kita akan
mengeluarkan yang positif dan bukan yang negatif.
Mari kita menjaga dan merawat
hati kita dengan melihat dan mendengar semua hal yang positif dan membangun
iman agar hati kita berisikan perbendaharaan yang baik dan mengeluarkan yang
baik dalam wujud perkataan dan tindakan sehingga menjadikan orang yang bertemu
dan berbicara dengan kita mengalami kekuatan, penghiburan, kedamaian, sukacita,
keberanian dsj. Bukankah semua hal ini mentahirkan dan bukan menajiskan orang?
No comments:
Post a Comment