Zaman yang kita hidupi hari ini sungguh berbeda dengan zaman-zaman sebelumnya. Perhatikanlah ketika kita sedang berada di rumah makan, bukan hanya ada sekumpulan orang yang sedang menunggu makanan dan mengobrol dengan teman-temannya melainkan asyik memperhatikan berita dan terlibat sebuah percakapan di layar smartphone mereka. Demikian pula ketika kita bepergian dengan menggunakan kereta api atau bis kota, bukan hanya ada gumam percakapan antara penumpang melainkan beberapa orang yang intens berinteraksi dengan “dunia” di dalam layar smartphone yang digenggamnya.
Sebuah benda bernama smartphone bisa mengerjakan banyak hal, mulai dari alat komunikasi, membaca berita-berita terkini, menonton tayangan sebuah film, menyaksikan sebuah konten berita video, menjadi alat transaksi pemesanan mulai dari makanan sampai alat transportasi sekaligus pembayaran dan masih banyak kegunaan lainnya.
Kalau Alvin Toffler penulis buku Future Shock (1970) dan Third Wave (1980) telah membagi peta zaman menjadi Era Agraris (- 1790), Era Industri (1790-1970), Era Teknologi Informasi (1970-2000) maka kini kita mengenal sejumlah istilah untuk menggambarkan wajah dunia di mana kita hidup saat ini yaitu dikenal dengan sebutan Revolusi 4.0. Apa itu Revolusi 4.0? Istilah yang diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab kurang lebihnya menggambarkan sebuah tren otomatisasi, pertukaran data terkini, komputasi awan, Internet of things (IoT), kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan semua hal virtual yang mampu memudahkan kegiatan operasional kita.
Setiap hari, miliaran orang berbagi secara online. Mereka memposting gambar, video, dan status. Mereka mengirim pesan teks. Mereka menyukai pembaruan orang lain. Bagaimana mereka membagikan semua itu? Tentunya karena mereka menggunakan perangkat yang terhubung ke internet. Miliaran orang berbagi dan diterjemahkan ke miliaran perangkat dengan sensor yang tertanam, mengirim triliunan sinyal real-time ke cloud. Hal-hal seperti koordinat GPS, data berbasis lingkungan (environmental data), clickstream, dan data kesehatan.
Intinya, kita semakin terkoneksi satu sama lain secara virtual (dunia maya) sekalipun dipisahkan jarak geografis dan jarak waktu. Manusia di era Revolusi 4.0 semakin terkoneksi dengan peristiwa-peristiwa di dalam dan di luar negeri dalam hitungan menit. Terkoneksi dengan literatur digital. Terkoneksi dengan toko-toko digital. Terkoneksi dengan pusat kesehatan. Terkoneksi dengan biro lowongan pekerjaan dan masih banyak lagi.
Namun demikian bukan berarti tanpa sebuah risiko dan dampak negatif tentunya. Penyebarluasan berita bohong (hoax) yang semakin merajalela saat ini hampir sulit dicegah apalagi setiap orang telah terkoneksi satu satu sama lain sehingga dengan begitu mudahnya tersebar luas.
Berbicara mengenai manusia semakin terkoneksi satu sama lain oleh perkembangan teknologi informasi di era Revolusi Industri 4.0 maka kita tidak boleh melupakan sebuah koneksifitas yang harus dibangun sebagai manusia yang bukan hanya terdiri dari darah dan daging melainkan roh dan jiwa. Roh adalah pusat kesadaran tentang realitas Ilahi atau Ketuhanan sementara jiwa pusat kesadaran tentang realitas bendawi. Kita bukan hanya terkoneksi dengan kehidupan di dunia virtual namun terkoneksi dengan kehidupan di dunia spiritual.
Sebagai orang Kristiani yang menambatkan dan menjangkarkan kehidupan kita pada sabda-sabda Tuhan dalam Kitab Suci baik TaNaKh atau Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru maka kita harus pula meningkatkan koneksifitas kita terhadap Tuhan sebagai realitas tertinggi. Mengapa demikian? Pertama, karena banyak hal yang tidak dapat kita atasi hanya dengan sekedar mengandalkan pengetahuan dan ketrampilan teknologi di masa kini. Kita membutuhkan kekuatan yang lebih besar dari sekedar teknologi ketika kita menghadapi tekanan pekerjaan yang menyebabkan depresi. Itulah sebabnya dikatakan, Aku senantiasa memandang kepada YHWH; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah (Mzm 16:8).
Kedua, kita membutuhkan pedoman moral mengenai yang baik dan yang buruk, sementara perkembangan teknologi informasi semakin mengaburkan batas antara baik dan buruk sehingga kita sukar membedakannya. Itulah sebabnya dikatakan, Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi pengertian kepada orang-orang bodoh (Mzm 119:130). Ketiga, kita membutuhkan kesehatan Ilahi dan kesegaran jiwa untuk dapat menghadapi kompetisi hidup. Itulah sebabnya dikatakan, Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang (1 Tim 4:8).
Keempat, kita membutuhkan perlindungan dan intervensi Ilahi saat menghadapi serangan kuasa kegelapan yang disengaja atau tidak disengaja. Itulah sebabna disabdakan, Malaikat YHWH berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka (Mzm 34:8). Kelima, kita membutuhkan kekuatan sorgawi untuk mengubah nasib hidup kita. Itulah sebabnya difirmankan, Berkat YHWHlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya (Ams 10:22).
Dengan demikian, jika kita senantiasa terkoneksi dengan Yang Maha Tinggi yaitu YHWH Bapa Surgawi di dalam Yesus Sang Mesias, Juruslamat dan Junjungan Agung Yang Ilahi maka kita akan senantiasa mendapatkan sumber kekuatan yang tidak habis untuk menghadapi berbagai persoalan, menaklukan masalah, mengubah nasib kehidupan dll.
Bagaimana agar kita senantiasa terkoneksi dengan Tuhan Yang Maha Tinggi? Senantiasa memiliki waktu untuk beribadah kepada-Nya, merenungkan sabda-sabda-Nya dan bertindak berdasarkan perspektif sabda Tuhan. Mazmur 1:1-2 berkata, tetapi yang kesukaannya ialah Torah YHWH, dan yang merenungkan Torah itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Yesus Sang Mesias dan Juruslamat bersabda, Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5)
Ayat-ayat ini berbicara mengenai membangun hubungan personal dan terkoneksi dengan Yang Maha Tinggi. Marilah kita senantiasa terkoneksi dengan Yang Maha Tinggi yaitu YHWH Bapa Surgawi di dalam Yesus Sang Mesias dan Anak Tuhan serta Junjungan Agung Yang Ilahi agar kita mendapatkan semua hal yang positif dan baik adanya, mulai dari kedamaian, sukacita, penghiburan, harapan, kekuatan, perlindungan, keberhasilan, keberuntungan, berkat dll.
Amien...
ReplyDeleteTerimakasih pencerahannya