Saturday, December 31, 2022

KESEIMBANGAN ANTARA PENDERITAAN DAN KEBAHAGIAAN

Foto: https://thedailyguardian.com

Saya gemar membaca berbagai buku, mulai dari genre Teologi, Filsafat, Sosiologi, Arkeologi, Sejarah, Sastra termasuk Biografi orang-orang besar dan orang-orang yang mengalami kesuksesan dalam hidup mereka.

Ketika kita melihat kehidupan seseorang yang sukses secara material, sesungguhnya kita hanya melihat ujung dan muara dari kehidupan seseorang. Lalu kita mulai membayangkan alangkah indah dan menyenangkannya kehidupan orang tersebut sehingga kitapun membayangkan seandainya kita berada dalam posisi orang tersebut.

Namun kita belum melihat awal atau hulu dan hilir kehidupan seseorang yang mengalami kesuksesan. Apakah kesuksesannya merupakan sebuah barang jadi atau telah melewati sebuah proses yang melelahkan? Di sinilah pentingnya membaca biografi seseorang yang telah mengalami kesuksesan dalam kehidupan.

Dari beberapa buku yang saya baca, khususnya beberapa orang yang mengalami kesuksesan material sebagai pengusaha ternyata mereka memulai dengan sebuah kehidupan yang tidak serta merta mapan secara finansial.

Ada yang memulai sebagai sebuah keluarga yang miskin ada yang memulai sebagai keluarga yang pas-pasan. Mengalami bagaimana rasanya kesulitan keuangan, hinaan, ketidakmampuan membeli apa yang diinginkan. Namun karena kombinasi ketekunan, kerja keras, disiplin, manajemen keuangan, menjalin jejaring pertemanan maka seseorang akhirnya bangkit dari nothing menjadi something.

Kalau dihitung-hitung sejumlah pengalaman seseorang mendapatkan kesuksesan tidak ada yang seragam. Ada yang mencapai keberhasilan pada usia 20, 30, 40 bahkan 50 tahun. Apapun kisah keberhasilan mereka, satu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa mereka pernah mengalami masa-masa suram, masa-masa yang sulit dan penuh dengan keprihatinan.

Kenyataan ini membantu kita untuk memahami apa yang dituliskan dalam Mazmur 90:10 sbb, “Masa hidup kami tujuh puluh tahun   dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap”. Frasa Ibrani werohbam a’mal weawen (kebanggannya adalah kesukaran dan penderitaan) bukan hendak mengatakan bahwa kehidupan manusia hanya melulu berisikan penderitaan dan kesukaran serta tidak ada kebahagiaan sama sekali. Sebaliknya, ayat ini hendak memberitahukan pada kita bahwa kehidupan yang kita jalani dalam kurun masa tertentu, entah 70 atau 80 bahkan lebih, kerap didominasi oleh kenyataan hidup yang tidak selalu kita inginkan dan harapkan.

Seorang anak yang biasa bepergian diantar kenadaraan mewah orang tuanya tiba-tiba berubah drastis menjalani kehidupan yang sulit setelah orang tuanya bermasalah secara hukum sehingga harus mengalami penyitaan aset. Sebuah fase kehidupan yang sukar dimulai dan membutuhkan waktu untuk mendapatkan kembali kemewahan dan kenyamanan.

Kebahagiaan sebuah rumah tangga tiba-tiba terampas manakala sang ayah sebagai kepala rumah tangga dan penopang hidup rumah tangga terpapar Covid-19 yang menghilangkan nyawanya sehingga seorang ibu harus memulai sebuah pekerjaan baru untuk melanjutkan kehidupan kedua anaknya yang masih kecil.

Contoh-contoh di atas memperlihatkan betapa kemalangan tidak pernah memilih akan menghampiri siapa dan setiap orang tidak pernah memikirkan apalagi merencanakan sebuah kehidupan yang penuh kesukaran dan penderitaan, namun kesukaran dan penderitaan itu bisa datang merusak dan meninggalkan lubang menganga dalam hati kita. Inilah makna frasa Ibrani werohbam a’mal weawen (kebanggannya adalah kesukaran dan penderitaan).

Kita telah menutup tahun 2022 dan memulai tahun 2023. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dan kita alami di tahun 2023. Sebagaimana di tahun sebelumnya kita mengalami kenyataan yang disebut “kesukaran dan penderitaan”, bisa jadi di tahun yang baru kita akan berjumpa kembali dengan “kesukaran dan penderitaan”, karena itu melekati kehidupan manusia.

Namun bagi kita anak-anak Tuhan, orang-orang yang beriman pada sabda Sang Jurusmalat, berbagai kesukaran dan penderitaan bukanlah sebuah penghalang untuk mendapatkan keberhasilan, kesuksesan, kebahagiaan. Kesukaran dan penderitaan hanyalah bagian lain dari kehidupan untuk melengkapi sebuah kesempuraan.

Orang-orang berhasil dan sukses tidak ada satupun yang tidak mengalami kesukaran dan penderitaan. Demikian pula kita harus melihatnya bahwa kesukaran dan penderitaan membuat kita menjadi semakin dewasa secara mental dan spiritual dan cakap menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupan sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 12:11, “Memang tiap-tiap ganjaran (paidea, didikan) pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran (karpon eirenikon) yang memberikan damai  kepada mereka yang dilatih olehnya”.

Marilah kita memasuki tahun 2023 dengan sebuah keyakinan bahwa dibalik berbagai “kesukaran dan penderitaan” yang harus kita hadapi, kita senantiasa meminta kasih setia, kuasa, kekuatan, mukzizat, sukacita, kedamaian yang daripada Tuhan YHWH Sang Bapa Surgawi di dalam Yesus Sang Putra dan Juruslamat kita senantiasa melimpahi dan menyertai hidup kita sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 90: 14-15, “Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu,  supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari  kami. Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka”.

Senantiasalah menaikan permohonan agar kita diberikan hati dan pikiran yang bijaksana dalam melewati kehidupan sepanjang tahun yang baru ini sebagaimana dikatakan, Limnot yamenu ken  hoda wenavi lebab khokmah (Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm 90:12). Dengan hati yang bijaksana kita diberikan kearifan menyikapi berbagai persoalan sehingga tidak mudah jatuh pada pengambilan keputusan yang keliru.

Apapun yang terjadi, tetaplah menjadikan Tuhan Yang Hidup, Tuhan yang Esa yaitu YHWH Sang Bapa Surgawi di dalam Yesus sang Mesias, Sang Putra dan Junjungan Agung kita Yang Ilahi menjadi pemandu dan perlindungan hidup kita sebagaimana dikatakan Mazmur 90:1-2, “Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan  kami turun-temurun. Sebelum gunung-gunung dilahirkan,  dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Tuhan”.

Jika kita berlindung pada yang tetap ada selamanya sebelum segala sesuatu ada dan akan tetap ada sekalipun yang lain menjadi tidak ada, maka ketika kita diizinkan berjumpa dengan kesukaran dan penderitaan, kita tidak akan dikalahkan dan dibinasakan melainkan kita tetap diberikan kekuatan untuk mengalahkan dan berkemenangan.

No comments:

Post a Comment