Tuhan memerintahkan umatnya
bukan hanya melakukan kesalehan individual yaitu beribadah dan berdoa namun
Tuhan menghendaki umatnya pergi ke luar untuk mempraktikkan kesalehan sosial.
Tuhan menghendaki umatnya terlibat dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya
asyik masyuk menikmati hadirat Tuhan dalam persekutuan pribadi dengan-Nya.
Yeremia 29:7 berkata, “Usahakanlah
kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada
YHWH, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu”. Ayat ini tidak hanya
memerintahkan kepada umat-Nya “berdoalah untuk kota” melainkan “usahakanlah
kesejahteraan kota”. Apa artinya? Umat Tuhan seharusnya turut berkontribusi
memperbaiki kehidupan sosial. Ini berarti menuntut keterlibatan sosial atau
keterlibatan dalam kehidupan sehari-hari.
Gereja yang adalah kumpulan orang-orang
yang telah ditebus dari kutuk dosa dan diutus kembali ke dunia untuk menjadi
pewarta kabar gembira, seharusnyalah membawa terang Kristus (Mesias) dalam
berbagai bidang kehidupan baik sosial, politik, budaya, ekonomi, seni dll.
Sayangnya umat Kristiani kerap terjebak
dalam interpretasi yang keliru mengenai istilah “dunia” sehingga memandang
negatif dunia dan keterlibatan apapun dalam aktifitas dunia baik sosial,
politik, seni dan budaya dsj.
Kita memang bukan dari dunia namun di
utus ke dunia namun tidak serupa dengan dunia. Itu artinya gereja atau umat
Kristiani seharusnya mengakar dalam kehidupan keseharian dan bukan hanya
berbicara perihal kehidupan rohani dan keagamaan belaka di sebuah gedung
peribadatan.
Jika frasa, “usahakanlah kesejahteraan
kota” dimaknai umat Tuhan seharusnya turut berkontribusi memperbaiki kehidupan
sosial. Pertanyaannya, “bagaimana kita dapat berkontribusi memperbaiki
kehidupan sosial?”, “Bukankah itu sebuah pekerjaan berat yang hanya bisa
dilakukan oleh orang-orang pandai dan berkedudukan sosial yang tinggi?”
Mengusahakan kesejahteraan kota atau
memperbaiki kehidupan sosial melalui keterlibatan sosial adalah tugas semua
umat Kristiani. Ini bukan pekerjaan muluk-muluk dan pelik namun sebuah
keterlibatan umat sesuai dengan talenta dan karunia yang mereka miliki.
Umat Kristiani ada yang berprofesi
sebagai pedagang, guru,bisnisman, pemilik perusahaan, akademisi, peneliti dll.
Dengan semua keragaman profesi tersebut umat Kristiani diajak untuk
mengorientasikan talenta, karunia dan profesinya untuk menciptakan suasana
kehidupan di masyarakat agar lebih baik.
Jika berdagang maka berdaganglah yang
jujur dan memberikan barang-barang dagangan berkualitas yang baik. Bukankah
dikatakan, “Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu
pakai” (Imamat 19:36)
Seorang direktur perusahaan harus
berbuat adil dan memperhatikan kesejahteraan karyawannya dan bukan sekedar
berorentasi pada hasil dan keuntunagn belaka. Sebagaimana dikatakan dalam
Imamat 19:13, “Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau
merampas; janganlah kautahan upah
seorang pekerja harian sampai besok
harinya”.
Mereka yang berprofesi guru hendaklah
mengajar dengan penuh dedikasi untuk menciptakan generasi berkualitas di masa
yang akan datang. Titus 2:7-8 berkata, “dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan
dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam
pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan
menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang
kita”.
Kita kerap mendengar istilah
“transformasi” didengungkan di mimbar gereja
tentunya. Namun kita kerap hanya menghubungkan istilah transformasi
masyarakat atau transformasi sosial dengan sebuah kata yaitu “doa”. Kita lebih
banyak berdoa untuk terjadinya transformasi sosial namun kita tidak terlibat
dengan persoalan-persoalan sosial, politik, budaya, ekonomi.
Kita hanya membiarkan orang-orang non
Kristen mengurusi kehidupan sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya namun
kita enggan terlibat di dalamnya dan hanya menaikkan doa-doa ke langit untuk
terjadinya transformasi sosial di masyarakat.
Teks Yeremia 29:7 mengingatkan kita
sekalian bahwa kita bukan hanya diminta hitpalelu
ba’adah el YHWH (berdoa untuk kesejahteraan kota kepada YHWH) di mana kita
tinggal dan berada melainkan kita diminta, dirshu
et shelom ha’ir (mengusahakan kesejahteraan kota). Kita diminta terlibat
dalam kehidupan sosial dan keseharian demi terciptanya kehidupan yang lebih
baik di mana kita tinggal.
Untuk apa semua yang dilakukan dan
kemana muara semua yang kita kerjakan tersebut? Jawabannya, ki beslomah yihyeh lakem shalom (sebab
kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu). Artinya, kita akan mengalami kebaikan
dari hasil jerih payah kita memperbaiki kehidupan sosial di mana kita berada.
No comments:
Post a Comment