Thursday, June 26, 2025

MEMILIH JALAN HIDUP ANDA SENDIRI

Pada suatu hari, seorang petani dan anaknya membawa keledai mereka untuk dijual kepada peternak hewan. Sepanjang jalan mereka bertemu dengan tetangganya. “Buang-buag waktu saja! Kata salah seorang tetangga. “Kenapa tidak dinaiki saja keledainya?” Maka sang petani berhenti sejenak kemudian menaikkan anak lelakinya ke atas keledai.

Kemudian mereka berdua melintasi seorang tua yang sedang duduk di bawah pohon sembari berteduh dari panas terik matahari.”Sungguh memalukan!”, lelaki tua tersebut berseru. “Tidakkah  anakmu memiliki rasa hormat terhadap orang tua?” Mendengar celaan tersebut, sang anak segera turun dan sang ayah bergantian naik ke atas keledai.

Kemudian perjalanan berlanjut dan seorang guru tiba-tiba menegur dengan berkata, “Betapa kasarnya sang ayah, sementara dia mengendarai keledai anaknya malah berjalan kaki!”. Tanpa banyak bicara sang ayah mengambil anaknya dan mendudukkannya di atas keledai kemudian mereka menungganginya bersama.

Sang keledai sekarang berjalan lebih lambat karena menanggung dua beban sekaligus. Saat melintasi seorang pandai besi, dia menghentikan pekerjaanya dan berseru keras, “Betapa kejamnya kalian ini memberikan beban berlebihan pada keledai. Kenapa tidak kalian gendong saja keledai tersebut?”

Meski canggung, keduanya akhirnya menggendong keledai yang mereka tunganggi sebelumnya. Mereka mendatangi seorang pembayar yang hendak membeli seekor keledai. Sang pembeli tertawa terbahak dan berkata, “Bagaimana saya akan membeli seekor hewan yang tidak bisa berjalan dan harus digendong?” Dengan berjalan sedih kembali pulang, sang ayah berkata kepada anak lelakinya, “Kita tidak bisa menyenangkan semua orang nak!”

Apa moral cerita di atas? Pertama, jika kita membiarkan opini orang lain mengatur diri kita maka kita kehilangan kendali dan arah hidup yang kita jalani. Kedua, kebijaksanaan sejati adalah memilih kedamaian di hati tinimbang persetujuan orang lain. Ketiga, tidak peduli apapun yang kita lakukan, seseorang selalu memiliki suatu alasan untuk memberikan komentar.

Sebagai warga masyarakat dimana komunalisme dan kolektivisme masih menjadi norma sosial, terkadang kita mengalami kebingungan ketika orang lain selalu ingin mencampuri keputusan dan jenis kehidupan yang kita jalani. Kita masih kerap tersandera oleh perasaan sungkan ketika setiap orang mulai memberikan komentar tentang apa yang kita pakai, apa yang kita makan, apa yang kita harus ucapkan, apa yang harus kita putuskan.

Kita memang perlu second opinion ketika kita mendengar sebuah pendapat yang memberatkan untuk kita putuskan menjadi sebuah tindakan. Artinya kita selalu membutuhkan orang lain khususnya mereka yang lebih berpengetahuan dan berpengalaman untuk menjadi referensi ketika kita harus mengambil sebuah keputusan. Namun demikian, kita harus menyadari bahwa jenis kehidupan yang kita lakukan adalah kehidupan yang kita pilih untuk kita jalani. Kita nahkodanya jika kita berada di lautan. Kita pilotnya jika ada di udara. Kita drivernya jika ada di darat. Kita membutuhkan saran dan perspektif orang lain namun Anda dan kita sebagai pribadi yang harus mengambil keputusan.

Bukankah Yosua pernah berkata, “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; tuhan yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau tuhan orang Amori  yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku,  kami akan beribadah kepada YHWH” (Yos 24:15). Kehidupan adalah soal memilih. Siapa yang memilih? Bukan orang lain tapi Anda sendiri. Karena Anda tidak hidup sendiri dan ada orang tua, anak, kawan, sahabat maka mintalah saran dan nasihat. Namun Andalah yang memutuskan apa yang harus dilakukan setelahnya dan bukan orang lain yang mengarahkan dan mengendalikan serta menentukan jenis kehidupan macam apa yang harus dijalani.

Ketika kita berada dalam kebimbangan memilih sebuah keputusan dan jenis kehidupan yang harus kita jalani, berdoalah sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 27:11, Horeni YHWH darkeka, unekheni beorakh mishor, lema’an shoreray (Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya YHWH, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku). Kata Ibrani horeni merupakan bentuk hiphil imperatif dari kata  yara yang artinya “melempar sasaran” atau “mengajar”. Jika dibaca secara hurufiah, maka kalimat הורני יהוה דרכך (Horeni YHWH darkeka) dapat diterjemahkan, “Ajarkanlah jalan-Mu ya YHWH”.

Namun karena kalimat ini merupakan suatu bentuk permohonan kepada YHWH, maka kata horeni dapat diartikan memohon petunjuk kepada YHWH. Dalam beberapa ayat dikatakan al., Derakeka YHWH hodi’eni (Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya YHWH, tunjukkanlah itu kepadaku, Mzm 25:4). Kata hodi’eni merupakan bentuk hiphil imperatif dari kata yada yang artinya “mengenal”, “mengetahui”.

Marilah kita menjadi diri sendiri dan tidak membiarkan diri kita dikendalikan oleh pendapat orang lain. Mintalah saran jika diperlukan namun Andalah yang memutuskan. Mintalah petunjuk pada Tuhan saat diliputi kebimbangan. Namun Andalah yang harus berjalan dan menghadapi semua kemungkinan.

No comments:

Post a Comment