Mari
kita perhatikan dengan seksama terjemahan Lembaga
Alkitab Indonesia untuk Lukas 20:41-42 sbb: “Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Bagaimana orang dapat
mengatakan, bahwa Mesias adalah Anak Daud? Sebab Daud sendiri berkata dalam
kitab Mazmur: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah
kanan-Ku”. Jadi tidak ada istilah “Tuhan
Allah telah berfirman kepada Tuhanku”. Istilah Ketuhanan yang kacau balau
dan mengesankan Tuhan memiliki Tuhan.
Thursday, December 1, 2016
MELIHAT SEBAGAIMANA SIMEON MELIHAT
Berbagai buku dan film telah diproduksi di Abad 20 dengan tujuan menampik
eksistensi historis ajaran Yesus sebagaimana buku yang diterbitkan dari
kelompok Jesus Seminar al., The Five
Gospels: What Did Jesus Really Say? The Search for the Authentic Words of
Jesus, yang ditulis Robert W. Funk dengan kesimpulan, “Delapan puluh dua (82%) kata-kata yang dianggap berasal dari Yesus di
dalam Injil, tidaklah benar-benar diucapkan oleh Yesus”.
EUREKA (AKU TELAH MENEMUKAN)
Eureka adalah kata seruan dalam bahasa Yunani yang
digunakan untuk melambangkan penemuan suatu hal. Seruan ini terkenal karena
digunakan oleh Archimedes
(287-212 SM).
Ia mengucapkan kata Eureka! ketika ia
masuk kedalam bak mandi dan menyadari bahwa permukaan air naik, sehingga ia
menemukan bahwa berat (dalam Newton) air yang tumpah sama dengan gaya yang
diterima tubuhnya.
MENGHADAPI DAN MENGATASI MASALAH
Stephen Covey, penulis buku motivasi terlaris New York Times The 7 Habits of Highly Effective People
memperkenalkan tentang Hukum 90/10. Hukum tersebut mengatakan bahwa kita tidak
bisa mengendalikan 10% yang terjadi pada kita, namun 90% sisanya terletak pada
bagaimana kita bereaksi terhadap keadaan itu. Kita tidak bisa menghindari
kereta atau pesawat yang tertunda keberangkatannya, kita tidak bisa mencegah
hujan yang jatuh di kota kita saat awan telah mendung, kita tidak bisa menghindari
dari sakit, tua dan kematian. Namun kita bisa mengubah nasib kehidupan kita di
hari-hari yang akan datang dengan kita memberikan reaksi-reaksi yang benar. Dan
reaksi yang benar tersebut adalah 90% terletak dan tergantung pada diri kita.
MEMBEBASKAN DARI TORAH ATAU MEMBEBASKAN DARI DOSA?
Dalam bukunya Destine to Reign, Pastor Joseph Prince yang kerap berpenampilan
tambut dan pakaian bagaikan artis tinimbang rohaniawan menuliskan pernyataan, “Yesus Sang Mesias telah membebaskan semua
orang percaya dari Perjanjian Torah yang menghakimi. Namun, ada orang-orang
percaya yang memilih untuk terus hidup dibawah penghakiman daripada menerima Kasih
karunia yang telah dibeli oleh darah Yesus Sang Mesias. Daripada mempercayai
kebaikan Tuhan yang tidak layak mereka terima melalui Yesus Sang Mesias, mereka
justru telah memilih untuk mempercayai kemampuanN mereka untuk mematuhi Torah.
Singkatnya, mereka telah memilih pelayan kematian”.
Tuesday, November 22, 2016
KASIHILAH ATAU BENCILAH MUSUHMU?
Jika kita membaca Torah, maka kata “musuh”
dan “perlawanan” serta “binasa” menjadi begitu dominan dituliskan sebagai respon
seseorang terhadap mereka yang berlaku jahat terhadap dirinya, keluarganya atau
bangsanya, sebagaimana dikatakan, “Lima
orang dari antaramu akan mengejar seratus, dan seratus orang dari antaramu akan
mengejar selaksa dan semua musuhmu akan tewas di hadapanmu oleh pedang”(Im
26:8 - Band. Kej 24:60, Bil 14:42, 1 Sam 12:1). Bahkan dalam Mazmur banyak
tertulis doa-doa Daud yang meminta Tuhan membinasakan musuhnya antara lain, “Yahweh telah mendengar permohonanku, Yahweh
menerima doaku. Semua musuhku mendapat malu dan sangat terkejut; mereka mundur
dan mendapat malu dalam sekejap mata” (Mzm 6:11). Lantas bagaimana kita
menyelaraskan teks perihal musuh dan respon perlawanan terhadap musuh serta
doa-doa memohon kebinasaan terhadap musuh dengan sabda Yesus Sang Mesias
perihal mengasihi musuh?
Wednesday, November 16, 2016
MEMPERTAHANKAN KESETIAAN DAN KEBENARAN
Pada bagian akhir sebuah film berjudul Crime of the Century dipetik sebuah
surat seorang terdakwa mati bernama Richard Hauftman yang dituduh dan
diputuskan bersalah telah membunuh seorang bayi sekalipun dirinya telah
berusaha membuktikan tidak terlibat dan tidak bersalah. Demikian petikkan
suratnya, “Aku senang hidupku di dunia
ini yang tidak memahamiku telah berakhir. Sebentarlagi aku akan pulang dengan
Tuhanku. Karena aku sayang Tuhanku aku mati sebagai orang tidak bersalah.
Mereka pikir saat aku mati, kasus ini juga akan mati. Mereka pikir ini seperti
buku yang akan ditutup. Tapi buku itu tak akan pernah tertutup”.
MENGAKHIRI PERTANDINGAN DENGAN BAIK
Jika
kita menghadiri upacara pemakaman di kalangan mereka yang beragama Islam, kerap
muncul ujaran yang kurang lebihnya demikian, “Kiranya saudara A matinya dalam
keadaan “khusnul khotimah”, lalu akan ditimpali para hadirin , “Amin”. Apakah
makna kata “khusnul khatimah?” Artinya “akhir yang baik”. Seseorang yang
meninggal diharapkan meninggal dalam keadaan yang baik. Menurut kepercayaan
Islam mereka yang meninggal dalam keadaan baik memiliki sejumlah ciri al.,
mampu mengucapkan kalimat sahadat saat sakratul maut alias menjelang kematian.
Sebaliknya, mereka yang mengakhiri kehidupan dengan buruk disebut “shu’ul
khatimah” yang merupakan kebalikkan dari “khusnul khatimah”.
NUBUAT YANG DIBUAT
Praktik
manipulasi nubuat demi kepentingan pribadi dan kelompok rupanya sudah menjadi gejala
yang tua usianya dan bukan hanya menjadi karakter kehidupan beragama di era
modern belaka. Terbukti di masa kerajaan Israel dipimpin Ahab yang lalim, dia
selalu menginginkan nubuat-nubuat yang baik dan menyenangkan hati serta
mendukung berbagai tindakan dan keputusan yang dilakukannya tinimbang
benar-benar mendengar suara dan petunjuk Tuhan.
BIARA KEHIDUPAN
Di
kalangan gereja Ortodox dan Katolik dikenal kehidupan biara dan pertapaan
Kristen. Kehidupan membiara ini dikenal dengan sebutan Monastikisme. Akar
kehidupan membiara berasal dari tradisi Yudaisme sebagaimana dijalankan oleh
kaum Esseni di kawasan Qumran, Laut Mati dan kehidupan Yohanes Pembaptis yang
tinggal di padang gurun. Tercatat dalam sejarah kekristenan, tokoh-tokoh
pertapa Kristen pertama al., Antonius dari Thebes Mesir memulai kehidupan
membiara pada tahun 269 Ms, dilanjutkan oleh Benediktus di tahun 540 dst.
Thursday, November 3, 2016
AGAMA DAN KOMODITAS
Setiap
barang selalu memiliki dua nilai dalam dirinya yaitu “nilai guna” dan “nilai
jual” atau “nilai ekonomi”. Nilai guna berbicara perihal fungsi dan kegunaan
sebuah barang atau benda. Pisau berfungsi dan berguna untuk mengupas,
menguliti, menyobek dll. Nilai ekonomi berbicara perihal harga sebuah barang
dalam kegiatan ekonomi dan pasar. Ini yang disebut dengan istilah “komoditas”
alias barang yang dapat diperjualbelikan. Pisau memiliki nilai jual karena ada
orang yang membelinya dan membutuhkannya sementara si pembeli tidak memiliki
pisau. Namun ternyata bukan hanya benda dan barang yang memiliki nilai guna dan
nilai jual, bahkan sejumlah situasi, kondisi, tindakan, peristiwa serta
perilaku keagamaan dapat menjadi sebuah nilai jual atau nilai ekonomi.
Kemiskinan sebagai kondisi bisa diubah menjadi nilai ekonomi oleh orang-orang
yang memanfaatkan kondisi tersebut untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Sunday, October 16, 2016
GREBHEG SUKKOT SEBAGAI BENTUK AKULTURASI DAN MEMBUMIKAN MAKNA TUJUH HARI RAYA YHWH DALAM KONTEKS LOKAL
Kisah Rasul
17:16-34
Oleh:
Pdt. Teguh Hindarto, S.Sos., MTh.
Agnostho Theo
Dikisahkan, inskripsi Agnosto Theo dipahatkan atas petunjuk
filsuf Epimenides, ketika bangsa Athena menghadapi bencana wabah yang
mematikan. Rakyat Athena sudah meminta tolong kepada ribuan dewa yang
patung-patungnya dideretkan di sekitar bukit Mars, tetapi hasilnya nihil. Wabah
itu tetap melanda. Epimenides yang seorang Kreta, diminta oleh para tua-tua
Athena untuk mengadakan perdamaian dengan salah satu dewa lagi. Hal ini sebenarnya
aneh mengingat reputasi orang Atena sebagai para penyembah berhala dan
politeistik. Epimenides berkata lantang, “Kalau
ribuan dewa ini tidak mejawab doa-doa kita, kesimpulan logis saya, pastilah ada
satu-satunya Dewa yang Mahakuasa, yang entahlah, kita tidak ahu siapa nama-Nya.
Ya, kita benar-benar tidak mengenal Dia, yang namanya tidak kita ketahui, dan
oleh karena itu tidak ada patung di kota ini yang mewakilinya. Yang kedua,
bahwa Dia cukup berkuasa dan cukup baik hati untuk meredakan wabah ini, asal
kita memohon bantuannya.".
SUKKOT (Pondok Daun) DAN SHEKINAH (Kemuliaan YHWH)
Yohanes 1:14
Midrash Sukot 5777 – 2016
Oleh:
Pdt. Teguh Hindarto, S.Sos., MTh.
Pilar-Pilar Ibadah Kristiani
Ibadah Kristiani pada awalnya berakar pada Yudaisme. Yesus Sang Mesias adalah seorang Yahudi (Ibr 7:14) dan beribadah secara Yahudi. Demikian pula murid-murid Yesus dan para rasulnya meneruskan tata cara ibadah Yudaisme tersebut. Pilar ibadah Kristiani yang berakar pada Yudaisme meliputi sbb: Ibadah Harian tiga kali sehari (Tefilah Sakharit, Minkhah, Maariv – Kis 3:1; 10:3), Ibadah Pekanan (Sabat – Kis 13:14,27,42,44), Ibadah Bulanan (Rosh kodesh – Kol 2:16-17), Ibadah Tahunan atau Tujuh Hari Raya (Sheva Moedim – Kis 20:16, 1 Kor 16:8).
Para ahli liturgi Kristen pun mengakui bahwa beberapa tradisi liturgis dalam gereja Katholik, Orthodox dan Protestan, sebenarnya berakar dari Yudaisme. Pdt. Theo Witkamp, Th.D., menjelaskan dalam artikelnya sbb: “Gereja Kristen dimulai sebagai suatu sekte Yahudi. Oleh karena itu, kalau kita ingin tahu tentang asal-usul dan latar belakang ibadah Kristen awal, kita terutama harus memandang kebiasaan-kebiasaan liturgis dan musikal dari agama Yahudi pada Abad Pertama Masehi”(Mazmur-Mazmur Kekristenan Purba Dalam Konteks Yahudi Abad Pertama, dalam Jurnal Teologi GEMA Duta Wacana, No 48 Tahun 1994, hal 16). Rashid Rahman mengatakan,“Gereja awal tidak memiliki pola ibadah tersendiri dan asli. Mereka beribadah bersama dengan umat Yahudi dan kemudian mengambil beberapa ritus Yahudi untuk menjadi pola ibadah harian”(Ibadah Harian Zaman Patristik, 2000: 36).
Monday, October 10, 2016
KELAHIRAN YESUS DALAM PERAYAAN SUKOT
Sukot (Pondok Daun) adalah perayaan puncak
dari Tujuh Hari Raya (Sheva Moedim) yang ditetapkan YHWH di Sinai (Im 23:
39-43) untuk memperingati penyertaan Tuhan YHWH terhadap leluhur Israel selama
berada di padang gurun sebelum memasuki tanah perjanjian. Sukot merupakan
perayaan yang bermakna profetik karena dihubungkan dengan pemerintahan YHWH di
akhir zaman sebagaimana dinubuatkan dalam Zakaria 14:16. Mengapa kita
seharusnya merayakan Sukkot? (1) karena Yesus Sang Mesias merayakan Tujuh Hari
Raya demikian pula dengan Sukkot (Yoh 7:1-2, 37-38). (2) Tujuh Hari adalah
bayangan yang menunjuk pada karya Mesianis Yesus (Kol 2:16).
PENGORBANAN YESUS DALAM PERAYAAN YOM KIPPUR
Rasul Yohanes
menggemakan makna Yom Kippur menunjuk
pada karya pengorbanan Yeshua dengan mengatakan, “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk
dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yoh 2:2).
Penulis Kitab Ibrani menggemakan hal yang sama, “Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari
pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama
sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya
satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan
Tuhan...”(Ibr 10:11-12).
KEDATANGAN YESUS YANG KEDUA DALAM PERAYAAN ROSH HA SHANAH
Perayaan Rosh ha Shanah
(tahun baru Ibrani) atau Yom Shofar
(peniupan sangkakala) menunjuk pada peniupan shofar
(tanduk domba yang panjang) sebagai
penanda tahun baru sipil Ibrani dan juga
peringatan penghakiman YHWH. Barney
Kasdan dalam bukunya berjudul God’s
Appointed Times: A Practical Guide for Understanding and Celebrating the
Biblical Holidays”(p.64-67)
memberikan penjelasan mengenai Rosh ha Shanah
sbb: “Tujuan hari raya ini diungkapkan dengan satu kata yaitu
pengumpulan kembali”. Karena hari raya ini mengajak semua orang
Yisrael untuk kembali kepada iman yang murni kepada Tuhan. Rosh ha Shanah mewakili hari pertobatan. Ini adalah hari dimana
Bangsa Israel mengambil persediaan kondisi
spiritual mereka dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan bahwa
tahun baru yang akan datang akan berkenan pada Tuhan.
PENCURAHAN ROH KUDUS DALAM HARI RAYA SHAVUOT
Perayaan Shavuot menunjuk pada beberapa peristiwa sbb: (1) Pesta panen hari kelima
puluh setelah menghitung buah sulung. (2) Dalam tradisi
Yahudi, Pentakosta atau Yom Shavuot dirayakan bukan hanya sebagai pesta panen
melainkan perayaan turunya pewahyuan Torah di Sinai karena Bangsa Israel
berangkat menuju Sinai pada bulan ketiga setelah Pesakh yaitu bulan
Siwan (Kel 19:1). Oleh
karenanya nama lain hari raya Pentakosta atau Shavuot adalah Zmaan Matan
Torateynu (Waktu Pemberian Torah kita). Keyakinan ini berpengaruh pada tradisi
perayaan ini. Sinagoga-sinagoga Yahudi dihias dengan tumbuhan hijau, bunga dan
keranjang buah-buahan untuk melambangkan aspek panen di masa Shavuot. Pembacaan
Kitab Suci diambil dari Keluaran 19-20 (pemberian Torah) dan Yekhezkiel 1
(penglihatan nabi mengenai kemuliaan Tuhan). Demikian pula gulungan Kitab Ruth
dibacakan selama masa panen Shavuot.
KEBANGKITAN YESUS DALAM PERAYAAN YOM BIKURIM/SFIRAT HA OMER
Perayaan Bikurim (buah sulung) atau
Sfirat ha Omer, menunjuk hari raya panen Bangsa
Yisrael setelah memasuki tanah Kanaan. Tiap jatuh panen mempersembahkan buah
sulung panen dan
menghitung omer (Im 23:9-14). Ada perbedaan pendapat
diantara mazhab agama Yahudi di zaman Mesias sampai sekarang mengenai kapan
ditetapkannya perayaan Buah Sulung (sfirat ha omer/bikurim). Perbedaan tersebut
dikarenakan perintah YHWH yang menimbulkan multitafsir dalam Imamat 23:9-11 mengenai
kalimat “mimmohorat ha Shabat” (sesudah Sabat itu).
PENGUBURAN YESUS DALAM PERAYAAN ROTI TIDAK BERAGI
Perayaan ha Matsah (roti tidak beragi) menunjuk pada peristiwa historis
dimana nenek moyang Yisrael memakan roti
tidak beragi selama perjalanan menuju Laut Teberau setelah meninggalkan negeri Mesir negeri perbudakan
mereka. Pelaksanaan makan roti tidak beragi
selama satu minggu (Im 23:6-8). Dalam Perjanjian Baru menunjuk
penguburan Yesus selama
tiga hari tiga malam di rahim bumi. Rasul Paul menggemakan kembali
makna perayaan Roti Tidak Beragi sebagai
refleksi jemaat Kristen untuk membuang berbagai kejahatan dan kefasikan dalam
hidup sebagaimana dikatakan: “Karena itu
marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi
keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian
dan kebenaran” (1 Kor 5:8).
KEMATIAN YESUS DALAM PERAYAAN PESAKH
Membaca perikop Lukas 22:14-23, tanpa memahami latar belakang sejarah dan keagamaan serta kebudayaan Yahudi Abad 1 Ms akan membuat kita kehilangan akar historis dan essensi dibalik peristiwa tersebut. Kekristenan Barat menyebut peristiwa tersebut dengan Last Supper (Perjamuan Terakhir). Seolah-olah Yesus Sang Mesias makan malam terakhir sebelum Dia ditangkap oleh prajurit Romawi untuk dihukum, disiksa dan disalibkan. Peristiwa Yesus dan murid-murid-Nya makan Pesakh merupakan ritual tahunan tiap jatuh Tgl 14 Nisan yang di namakan Seder Pesakh.
YESUS DALAM TUJUH HARI RAYA
Di Sinai YHWH memberikan Torah. Dalam Torah, YHWH menetapkan Moedim (waktu-waktu yang tetap) atau hari-hari raya yang
berjumlah tujuh (sheva
moedim). Ketujuh
perayaan tersebut adalah (Imamat 23:1-44) sbb: Pesakh (14 Nisan), Ha Matsah
(roti tidak beragi, 15 Nisan), Sfirat ha Omer (menghitung omer setelah shabat hari raya),
Shavuot (hari kelimapuluh
setelah menghitung omer), Yom
Truah /Rosh ha Shanah (peniupan shofar atau tahun baru Ibrani, 1 Tishri), Yom Kippur (hari pendamaian, 10 Tishri),
Sukkot (perayaan pondok daun, 15-21
Tishri).
KEKRISTENAN SEBAGAI SALAH SATU MAZHAB DALAM YUDAISME
Dalam Kisah Rasul 28:22, kita mendapati
pernyataan orang-orang Yahudi di Roma yang meminta penjelasan Rasul Paulus
perihal Injil yang berpusat pada figur Yesus yang diberitakannya dengan
berkata, “Tetapi kami ingin mendengar
dari engkau, bagaimana pikiranmu, sebab tentang mazhab ini kami tahu, bahwa di
mana-mana pun ia mendapat perlawanan”. Apakah makna kata “mazhab” itu? Dan
mengapa Injil Yeshua yang diberitakan Rasul Paul disebut dengan “mazhab?” Dalam
Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani, kata Haereseis diterjemahkan secara berbeda tergantung konteks
kalimatnya yaitu sbb: “sekte” (Kis 24:5, 14), “bidat” (Tit 3:10), “roh perselisihan”
(Gal 5:20), “perpecahan” (1 Kor 11:19), “pengajaran sesat” (2 Ptr 2:1),
“mazhab” (Kis 5:17; 24:5, 26:5, 28:22). Adapun istilah “mazhab” sendiri diambil
dari bahasa Arab yang artinya, “jalan yang dilalui”, “mengikuti sesuatu yang
dipercayai”.
ADAM DAN MESIAS (KRISTUS)
Dengan membandingkan keberadaan dan kehadiran Adam dan Yesus, Rasul Paul hendak menyampaikan pesan yang penting dan mendalam sbb: Pertama, Adam menjadi pintu masuk dosa namun Yesus menjadi pintu masuk kehidupan kekal (Rm 5:12-17). Adam yang diciptakan Tuhan gagal mematuhi perintah dan larangan Tuhan agar tidak makan buah Pengetahuan Baik dan Pengetahuan Buruk sehingga mengalami kehilangan kemuliaan Tuhan berujung kefanaan alias maut. Inilah yang disebut upah dosa. Maut yang dialami Adam dan Hawa sebagai upah dosa telah masuk (eiselthen, Yun) dan menjalar (dielthen, Yun) ke dalam dunia dan dalam kehidupan manusia. Melalui ayat ini kita bisa mengerti mengapa semua orang berpotensi mengalami kematian termasuk bayi yang belum mengerjakan dosa dan kejahatan karena buah dosa yaitu kematian Adam dan Hawa “terwariskan” dalam semua DNA keturunan Adam dan Hawa.
MISSION IMPOSIBLE
Jika kita pernah menyaksikan film layar lebar produksi tahun 1996 berjudul Mision Imposible (yang didasarkan pada serial televisi) dengan tokohnya Ethant Hunt yang diperankan Tom Cruise sebagai seorang spion IMF. Dinamai Mission Imposible karena berbagai aksi spionase yang dilakukan dalam membongkar sebuah kejahatan atau menyadap kegiatan musuh kerap bersifat imposible (tidak mungkin), mulai dari penyamaran, penyusupan, penyergapan, meloloskan diri dll. Namun itu hanya terjadi dalam dunia film dan fiksi. Kitab Suci Perjanjian Baru, menyaksikan sebuah mission imposible dalam Roma 8:1-4. “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Mesias Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Mesias dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Tuhan. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh”.
MENGEJAR BARANG YANG SIA-SIA
Masih ingat perilaku sejumlah orang tertentu yang mempercayai perihal keberadaan “Harta Gaib Sukarno”, “Dana Revolusi”, “Harta Amanah Sukarno?” Bermula dari scan foto dan foto copy-an dua lembar surat wasiat tertanggal 12 Januari 1967 atas nama Sukarno dan Hatta dengan bubuhan stempel UBS. Dengan menggunakan ejaan lama dan tintas hijau khas Sukarno, semua orang yang pernah hidup di era beliau seketika akan yakin betul perihal otentisitas dan keberadaan harta yang diwasiatkan dalam surat tersebut. Saya kutipkan penggalan kalimat dalam surat wasiat tersebut sbb: “Bersama ini, Soekarno atas nama seluruh Rakyat yang tercinta dan atas nama Pemegang Harta yang Rakyat titipkan dan percayakan kepadaku, karena mengingat kondisi dari kesehatanku dan kondisi dalam tubuh Kabinetku sendiri, maka sangat perlu aku mengambil jalan yang aku pikir sangat tepat untuk mengamankan nasib Bangsa dan Rakyat yang sebagian tidak tahu tentang harta yang aku tinggalkan di Luar Negeri….”.
MANIPULASI DIRI
Di era teknologi informasi yang menghasilkan sejumlah modern gadget dan social media, ternyata membuat banyak orang tergoda untuk melakukan
berbagai manipulasi diri, mulai dari mengedit foto diri agar terlihat lebih
tampan dan cantik, berfoto di sejumlah tempat liburan mahal dan prestisius
untuk mengirim pesan betapa mapannya diri kita, menyandingkan barang-barang
mahal (mobil, motor, handphone, rumah, dll) seolah-olah kita adalah pemilik
atau konsumen utama. Mengunggah foto menu makanan mahal di restoran terkemuka
untuk mendapatkan pengakuan perihal selera makan. Ukuran keberhasilan dan
kesuksesan saat ini ditentukan oleh apa yang kita unggah di media sosial (facebook, instagram, you tube, line, whatsap,
dll).
Sunday, October 9, 2016
MEMPERTANGGUNGJAWABKAN IMAN
Teks yang kita baca ini memerintahkan pada segenap umat Kristen untuk bersiap sedia memberikan dirinya untuk melakukan “pertanggungan jawab” perihal iman dan kepercayaannya. Kata yang diterjemahkan dengan “pertanggungan jawab” dalam bahasa Yunaninya apologian bentuk akusatif feminin dari apologia. Kata apologia muncul dan diterjemahkan secara berbeda sesuai konteks kalimatnya yaitu “pembelaan diri” (2 Korintus 7:11) dan “membela Injil” (Fil 1:16). Jadi apologia bisa bermakna memberikan jawaban, tanggapan, pertanggungjawaban, pembelaan terhadap Injil.
TURUN KE DALAM DUNIA ORANG MATI
Saat saya masih kuliah strata satu teologi, saya berkenalan dengan
sebuah kelompok persekutuan doa yang dipimpin oleh salah seorang pemimpinnya
yang kerap melakukan “penginjilan arwah”. Dalil yang dipercayai pemimpin ini
berdasarkan kisah Yeshua turun ke dalam dunia orang maut yang dilaporkan 1
Petrus 3:19-20). Benarkah saat Yeshua wafat tiga hari tiga malam beliau
memberitakan Injil pada mereka yang telah wafat? Kata yang diterjemahkan
“memberitakan Injil”, dalam naskah Yunani, ekeruzen dari akar kata keruzo
yang artinya “mengumumkan”.
PERHIASAN WANITA
Berbicara mengenai wanita, tentu tidak bisa
dilepaskan dari kecantikkan dan perhiasan yang memperlengkapi kecantikannya.
Tidak mengherankan jika kita melihat penampilan seorang wanita dari kelas
sosial tertentu akan memperlihatkan simbol-simbol statusnya salah satunya
melalui perhiasan yang dikenakannya. Perhiasan, bukan sekedar simbol
pencapapaian prestasi melainkan simbol status sosial seorang wanita. Berhias
dan perhiasan yang melekat dengan citra seorang wanita bukanlah sebuah
kesalahan ataupun kejahatan, namun ada sesuatu yang lebih besar dan lebih
penting dari itu semua adalah adakah para wanita khususnya wanita Kristen telah
memiliki dan mengenakan perhiasan yang bukan “lahiriah” belaka melainkan
perhiasannya adalah “manusia batiniah”. Apakah “perhiasan lahiriah” (exotheen, Yun) itu? “mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan
mengenakan pakaian yang indah-indah” (1 Ptr 3:3).
BERSIMAHARAJELANYA KETIDAKSOPANAN
Seiring maraknya teknologi informasi dalam
bentuk internet yang bisa kita akses bukan hanya di laptop ataupun personal computer di rumah kita
melainkan melalui hand phone, kita kerap dibanjiri dengan berbagai informasi
perihal semakin maraknya perilaku tidak sopan dari masyarakat kita. Ironisnya,
perilaku ketidaksopanan itu bukan hanya diperlihatkan oleh orang-orang yang
tidak terpelajar melainkan orang-orang terpelajar, terdidik bahkan dengan
status sosial yang tinggi dan berpengaruh di mata publik. Kita sudah kenyang
disuguhi informasi perihal pemukulan seorang murid pada gurunya atau kekerasan
orang tua terhadap guru, menghina pemimpin negara dengan gambar dan kalimat
seronok, melecehkan sebuah kebijakkan publik bukan dengan argumentasi logis
melainkan hinaan dan caci maki tanpa bobot argumentasi logis sama sekali,
makian-makian berbau rasialis dan agama yang kerap dipertontonkan pejabat,
politisi, akademisi di muka publik secara verbal tanpa rasa malu dan sungkan.
CYBER BULLYNG
Bagi mereka yang aktif di media sosial
seperti Facebook, Twetter, Whatsap,
Instagram, Line dll pasti tidak asing dengan istilah Cyber Bullyng. Jika ada istilah Real
World dan Real Community maka di
era teknologi informasi dan internet ini ada istilah Cyber World dan Cyber
Community. Namun bukan hanya nilai-nilai yang positip yang dipindahkan ke
dunia maya (cyber world) melainkan kejahatan dan berbagai bentuk perkataan
serta perilaku menyimpang dapat masuk ke dunia maya. Oleh karenanya ada istilah
Cyber Crime (kejahatan dunia maya)
dalam bentuk penipuan, pemalsuan yang merugikan siapapun yang menjadi korban
pelaku kejahatan di dunia maya. Gejala lainnya yang saat ini marak adalah Hate Speech (ujaran kebencian) yang bisa
dimanifestikan secara verbal (melalui kata-kata langsung) atau non verbal
melalui media sosial.
SALAH MEMBACA KITAB SUCI
Ada seorang yang ingin mengetahui kehendak
Tuhan tentang sesuatu hal. Dia mengambil Kitab Suci dan membuka secara
sembarangan serta menjatuhkan jari telunjuknya pada halaman tertentu dengan
mengadaikan bahwa ayat yang ditunjukkan oleh jarinya akan mengatakan kepadanya
apa yang patut diperbuat. Betapa menyedihkan hatinya sebab jarinya menunjuk
pada teks Matius 27:5 yang mengatakan bahwa Yudas keluar dan menggantungkan
diri. Kali ini jari telunjukknya menunjuk pada teks Lukas 10:37 yang berbunyi, “Pergilah dan perbuatlah yang sama”. Ketika
dia mengikuti metode yang sama untuk ketiga kalinya, jarinya jatuh pada teks
Yohanes 13:27 yang berbunyi, “Bergegaslah
dengan apa yang hendak engkau laksanakan!”. Cerita di atas mungkin saja
tidak terjadi secara persis dalam kehidupan keseharian kita namun dalam bentuk
lainnya metode membaca Kitab Suci dengan cara demikian masih banyak terjadi di
kalangan umat Kristen.
TENANGLAH, INI AKU, JANGAN TAKUT!
Malam itu murid-murid Yesus Sang Mesias
terombang-ambing di lautan oleh karena datangnya angin sakal. Mereka
terperangkap dalam ributnya angin yang mempermainkan mereka sehingga mereka
kehilangan orientasi dan kepercayaan diri. Dalam kondisi panik mereka tidak
lagi dapat membedakan obyek-obyek yang mereka lihat dan jumpai di depan mereka.
Demikian pula saat angin sakal menghempaskan perahu mereka, “murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di
atas air, mereka terkejut dan berseru: ‘Itu hantu!’, lalu berteriak-teriak
karena takut” (Mat 14:26). Barulah saat Yesus bersabda, "Tenanglah! Aku ini, jangan
takut!" (Mat 14:27) muncul keberanian dan ketenangan diantara para
murid, walaupun salah satu murid yaitu Petrus masih ingin meyakinkan apa yang
dilihatnya sebagai kebenaran dengan mengajukan bukti agar dapat berjalan di
atas air menghampir Yeshua (Mat 14:28).
WAKTU ARITMETIK DAN WAKTU EKSISTENSIAL
Seorang raja muda dari Timur ingin menjadi
orang baik dan bijaksana serta memerintah rakyatnya menurut kehendak Tuhan. Dia
mengumpulkan semua orang paling bijaksana dari seluruh kerajaan dan
memerintahkan mereka untuk mengumpulkan semua kebijaksanaan ke dalam buku-buku
sehingga dia dapat membaca dan belajar sendiri bagaimana memerintah dengan
baik. Orang-orang bijaksana itu segera memulai pekerjaan raksasa dan sesudah
tiga puluh tahun pekerjaan itu selesai. Satu barisan unta panjang membawa lima
ribu jilid buku berjalan menuju istana. Raja pada saat itu sudah berusia
tengahan dan dipenuhi dengan banyak tugas dan rencana. Dia melihat unta-unta
yang bermuatan itu dan berkata, “Saya
terlalu sibuk untuk membaca begitu banyak buku. Bawa semua buku ini dan
ringkaskan lagi untuk saya”. Pekerjaan meringkaskan memakan waktu lima
belas tahun dan kemudian orang-orang bijaksana itu dengan bangga menghasilkan
lima ratus jilid. Raja itu mengatakan, “Masih
terlalu banyak. Lima puluh cukup”.
MEWASPADAI RADIKALISME DAN FANATISME AGAMA
Survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian
(LaKIP), yang dipimpin oleh Prof Dr Bambang Pranowo, yang juga guru besar
sosiologi Islam di UIN Jakarta, pada Oktober 2010 hingga Januari 2011,
mengungkapkan hampir 50% pelajar setuju tindakan radikal. Data itu menyebutkan
25% siswa dan 21% guru menyatakan Pancasila tidak relevan lagi. Sementara 84,8%
siswa dan 76,2% guru setuju dengan penerapan Syariat Islam di Indonesia. Jumlah
yang menyatakan setuju dengan kekerasan untuk solidaritas agama mencapai 52,3%
siswa dan 14,2% membenarkan serangan bom. Survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP), yang dipimpin oleh
Prof Dr Bambang Pranowo, yang juga guru besar sosiologi Islam di UIN Jakarta,
pada Oktober 2010 hingga Januari 2011, mengungkapkan hampir 50% pelajar setuju
tindakan radikal. Data itu menyebutkan 25% siswa dan 21% guru menyatakan
Pancasila tidak relevan lagi. Sementara 84,8% siswa dan 76,2% guru setuju
dengan penerapan Syariat Islam di Indonesia. Jumlah yang menyatakan setuju
dengan kekerasan untuk solidaritas agama mencapai 52,3% siswa dan 14,2%
membenarkan serangan bom (bbc.com).
SINDROM STOCKHOLM
Sindrom Stockholm adalah respon
psikologis dimana dalam kasus-kasus tertentu para sandera penculikan
menunjukkan tanda-tanda kesetiaan kepada penyanderanya tanpa memperdulikan
bahaya atau risiko yang telah dialami oleh sandera itu. Sindrom ini dinamai
berdasarkan kejadian perampokan Sveriges Credit Bank di Stockholm pada tahun
1973. Perampok bank tersebut, Jan-Erik Olsson dan Clark Olofsson, memiliki
senjata dan menyandera karyawan bank dari 23 Agustus sampai 28 Agustus pada
tahun 1973. Ketika akhirnya korban dapat dibebaskan, reaksi mereka malah
memeluk dan mencium para perampok yang telah menyandera mereka. Mereka secara
emosional menjadi menyayangi penyandera, bahkan membela mereka. Sandera yang
bernama Kristin bahkan jatuh cinta dengan salah satu perampok dan membatalkan
pertunangan dengan pacarnya setelah dibebaskan.
Sunday, August 28, 2016
TIGA ASPEK SALIB
Kita mungkin kerap menemui sejumlah perilaku
beragama yang berlebihan saat ada seseorang yang dengan bersemangat melarang
orang Kristen menggunakan lambang salib baik dalam bentuk accecories ataupun hiasan dinding. Alasan naif yang kerap
dilontarkan adalah “itu lambang kehinaan”, “lambang paganisme”, “lambang kutuk”
dll. Orang-orang fanatik tersebut tidak mengerti istilah salib baik secara
historis ,teologis serta simbolis.
Secara historis, istilah salib menunjuk pada
sebuah peristiwa historis dan benda yang dipakai untuk menyulakan seorang
bernama Yesus dari Natzaret di bukit bernama Golgota dengan tuduhan menyamakan
dirinya dengan Tuhan karena menyebut diri-Nya Anak Tuhan dan Mesias. Itulah
sebabnya dikatakan, “Tuhan nenek moyang
kita telah membangkitkan Yesus yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu
bunuh” (Kis 5:30).
Friday, August 26, 2016
APA YANG SALAH DENGAN YUDAS ISKARIOT?
Tahun 2006
terbit dalam bahasa Indonesia buku dengan judul The Gospel of Judas
Dari Kodeks Tchacos oleh Gramedia Pustaka Tama. Buku tersebut hasil
upaya penerjemahan naskah kuno Gnostik oleh Rodolphe Kasser dkk terhadap salah
satu isi naskah yang ada dalam Kodeks Tchacos yang ditemukan pada tahun 1970.
Monday, July 25, 2016
MENOLAK KECERDASAN MEMUJA KEBODOHAN
Jika mengingat peristiwa yang satu ini, bukan saja saya geli tapi
prihatin. Saat saya masih bergiat mengikuti persekutuan kharismatik pada
tahun 90-an saat masih studi strata satu teologi di Yogyakarta. Suatu
ketika saat mengikuti persekutuan rutin yang dilaksanakan tiap-tiap hari
jum’at di sebuah kawasan sentra ekonomi bakpia di wilayah Yogyakarta,
saat yang lain sedang menaikkan pujian dalam bentuk nyanyian dan doa,
saya pergi ke kamar kecil untuk buang air kecil. Menurut informasi teman
saat usai persekutuan, saat saya keluar untuk pergi ke kamar kecil, ada
seseorang yang mendoakan dan “menengking roh kepandaian” dalam diri
saya karena saya seorang siswa teologi. Mungkin pikirnya kecerdasan,
kepandaian, rasionalitas, ilmu adalah musuh Tuhan dan para orang
kudusnya.
Sunday, June 5, 2016
APAKAH NAMA “IESOUS” (YESUS DALAM BAHASA YUNANI) BERKAITAN DENGAN NAMA “ZEUS?”
Masih saja ada yang memposting status di media sosial yang menghubungkan nama Yesus dengan nama dewa Zeus bahkan yang lebih ekstrim melakukan "gothak gathuk mathuk" bahwa nama Yesus berhubungan dengan angka Anti Mesias yaitu “666” sebagaimana disebutkan dalam Wahyu 13:18. Supaya komunitas Kristen "Akar Ibrani" dan "Sacred Name" tidak dituding berlebihan dan kurang cerdas, marilah membebaskan diri dari guru-guru dan pengajar eksentrik dengan minus literatur.
Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani menuliskan perihal nama Mesias dalam logat Yunani sbb:
και καλεσεις το ονομα αυτου ιησουν (Iesoun)
"...dan engkau akan menamai Dia Yesus"(Mat 1:21)
Jauh sebelum ada Kitab Perjanjian Baru Yunani ditulis dan nama Mesias dilaporkan dalam Kitab Perjanjian Baru Yunani sebagaimana dituliskan di atas, nama yang dieja Iesous telah dituliskan dalam Kitab Septuaginta (terjemahan Torah dalam bahasa Yunani pada Abad 3 sM) untuk dua nama yaitu Yehoshua (menurut ejaan Masoretik. Ada yang mengeja dengan Yahushua dan Yahshua) dan Yeshua.
Nama Yehoshua disalin Septuaginta sbb:
ויהי אחרי מות משׁה עבד יהוה ויאמר יהוה אל־יהושׁע בן־נון משׁרת משׁה לאמר
"Sesudah Musa hamba YHWH itu mati, berfirmanlah YHWH kepada Yehoshua Ben Nun, abdi Musa itu, demikian:.." (Yos 1:1)
Saturday, April 9, 2016
KEDUANYA MENJADI SATU DAGING
Kotbah Pernikahan:
Kejadian 2:21-25 (Nats ay 24)
Auditorium
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 8 April 2016
Pernikahan, dalam perspektif iman
Kristiani bukan sekedar penetapan secara legitimatif hubungan antara seorang
laki-laki dan perempuan yang telah mengakhiri masa lajangnya melalui sebuah
prosesi dan ritual suci secara gerejawi. Pernikahan bukan sekedar peristiwa
penetapan secara legitimatif oleh negara dimana seorang laki-laki dan seorang
perempuan diikat oleh kewajiban-kewajiban satu sama lain. Lebih dari itu,
pernikahan adalah hubungan yang dikuduskan dan diberkati agar laki-laki dan
perempuan saling melekatkan dan menyatukan diri satu sama lain sebagaimana
dikatakan, על־כן יעזב־אישׁ את־אביו ואת־אמו ודבק באשׁתו והיו לבשׂר אחד “al ken ya’azav ish et aviw we et
immo wedavaq beishto wehayu lebashar ekhad - Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging”
(Kej 2:24).
Ada tiga kata kunci penting dalam
ayat ini yaitu, “meninggalkan” (azav),
“melekat” (davaq), “menjadi satu
daging” (bashar ekhad). Ketika
seseorang memutuskan untuk hidup berumah tangga, maka mereka harus menyadari
seutuhnya bahwa mereka akan membangun sebuah kehidupan yang baru dimana mereka
berdualah yang mengelola kehidupan yang baru tersebut. Kehidupan yang baru
tersebut harus diawali dengan “meninggalkan ayah dan ibunya”. Dengan
meninggalkan kedua orang tuanya, kedua pasangan telah mengikrarkan kemandirian
dan kesiapan dirinya memasuki bahtera rumah tangga. Ketika kehidupan yang baru
diikrarkan dalam upacara pernikahan, maka sepasang laki-laki dan perempuan
telah mengikatkan dirinya untuk melekat satu sama lain dan menjadi satu daging.
Kata Ibrani ekhad mengindikasikan
sebuah kesatuan atau unitas. Sepasang
laki-laki dan perempuan yang telah menikah adalah pribadi yang saling
menyatukan pikirannya, kehendaknya, kekuatannya, tekadnya untuk membangun
tujuan yang sama yaitu masa depan yang bahagia.