Latar Belakang Historis
Membaca perikop Lukas 22:14-23, tanpa memahami latar belakang sejarah dan keagamaan serta kebudayaan Yahudi Abad 1 Ms akan membuat kita kehilangan akar historis dan essensi dibalik peristiwa tersebut. Kekristenan Barat menyebut peristiwa tersebut dengan Last Supper (Perjamuan Terakhir). Seolah-olah Yesus Sang Mesias makan malam terakhir sebelum Dia ditangkap oleh prajurit Romawi untuk dihukum, disiksa dan disalibkan.
Peristiwa Yesus dan murid-murid-Nya makan Pesakh merupakan ritual tahunan tiap jatuh Tgl 14 Nisan yang di namakan Seder Pesakh. DR. David Stern menjelaskan, “Seder adalah, Tata Cara, namun istilah ini menunjuk pada tata cara makan dan perayaan yang dilaksanakan saat Pesakh. Hari ini, bagian-bagian dari peristiwa Paskah, doa-doa, cerita dan berbagai hidangan yang dimakan dipersiapkan dalam bentuk Haggadah (penceritaan) yang mengumpulkan cerita Kitab Suci mengenai keluarnya Bangsa Israel dari Mesir dengan tambahan-tambahan Rabinik. Banyak dari ciri-ciri dalam Seder Modern tetap dilaksanakan dimasa hidup Yeshua”[1]. Untuk dapat memahami makna yang terkandung dalam Seder Pesakh, maka perlu mengkaji unsur-unsur liturgis dan berbagai hidangan yang tersedia selama pelaksanaan Seder Pesakh, yaitu :
Cawan Berkat/Pengudusan
Meminum anggur pertama, dengan terlebih dahulu mengucap syukur dan mengucapkan Berakhah (berkat). Anggur yang diminum bukanlah anggur berfermentasi sebagai lambang tanpa dosa dan cela.
Cawan Tulah
Meminum anggur kedua, sebagai lambang peringatan terhadap peristiwa YHWH membebaskan Bangsa Israel dari Mesir. Nama-nama tulah disebutkan sambil mencelupkan jari kelingking kedalam cawan sebagai simbol berkurangnya sukacita.
Shulen Orekh
Memakan Matsah, Maror, Karpas dan Kharoset. Makanan ini (Matsah, Maror, Karpas) merupakan lambang pahitnya penderitaan di Mesir. Namun demikian ada rencana yang indah dan manis dibalik berbagai penderitaan yang pahit. Ini dilampangkan dengan Kharoset.
Karpas : Selada
Karpas : Selada
Kharoset : Campuran kacang tanah, apel dan madu
Memakan Afikomen
Ada tiga Matsah (roti tidak beragi) yang ditaruh dalam kantung. Matsah yang ditengah diambil dan dipatahkan. Matsah yang dipatahkan, dibungkus dengan kain putih dan disembunyikan. Nama Matsah yang dipatahkan dan dibungkus kain putih disebut dengan Afikomen yang artinya ‘hidangan penutup’. Afikomen inilah yang dipergunakan oleh Yesus saat melaksanakan Seder Pesakh, untuk melambangkan tubuh-Nya yang akan dipecah-pecah dan diserahkan bagi penebusan manusia dari kutuk dosa. 11:23-24).
Cawan Penebusan
Meminum anggur ketiga yang melambangkan penebusan Israel dari tulah YHWH terhadap Mesir. Yesus memakai anggur dalam Cawan Penebusan untuk melambangkan darah-Nya yang akan ditumpahkan untuk menebus manusia dari kutuk dosa.
Cawan Pujian
Meminum anggur keempat yang merupakan penutup sebagai simbol ucapan syukur kepada Bapa Sorgawi yang telah mengaruniakan segala sesuatu yang baik.
Cawan Elia
Meminum anggur kelima sebagai tambahan. Dalam tradisi Yahudi Ortodox, yaitu yang belum menerima Mesias Yahshua, anggur kelima ini berisikan pengharapan erhadap Elia yang akan datang untuk meratakan jalan Mesias (Mal 4:5-6). Sampai hari ini, mereka mengharapkan kedatangan Nabi Elia. Namun bagi orang-orang Yahudi pengikut Mesias, tradisi ini dipelihara dengan pemahaman baru bahwa Elia sudah datang, yaitu Yohanes Pembaptis namun diakhir zaman, Elia akan datang kembali untuk mempersiapkan kedatangan Yesus yang kedua kali.
Makna Teologis Unsur-unsur dalam Seder Pesakh
Apakah unsur-unsur di atas (empat cawan anggur, matsah, maror, karpas, kharoset) dilakukan oleh Yesus bersama muridnya, tidak ada keterangan detail dalam Lukas 22:14-23. Namun jika ritual Seder sedemikian telah dilakukan sejak orang Yahudi pulang dari Babilon, maka kita patut menduga bahwa usur-unsur tersebut ada dalam pelaksanaan Seder oleh Yesus. Paling tidak, ada dua unsur yang dicatat dalam Lukas 22: 17 dan 19 mengenai “cawan” dan “roti”. Padahal minum cawan berisi anggur dalam perintah Pesakh di Sinai tidak disebutkan. Ritual ini ditambahkan setelah orang Yahudi pulang dari pembuangan. Maka kuat diduga bahwa Yesus pun memakan unsur-unsur lain dalam Seder Pesakh seperti makan maror dan karpas, serta karoset.
Cawan apa? Roti apa? Dengan mengikuti latar belakang historis dan keagamaan Yudaisme paska pembuangan Babilonia, maka cawan yang dimaksud adalah cawan berisi anggur dan roti yang dimaksud adalah roti tidak beragi (Ibr: matsah). Gereja dan Kekristenan pada umumnya yang tidak memiliki pemahaman terhadap akar Ibrani sebagai akar Kekristenan, memaknai roti dan anggur sebagai unsur utama yang harus ada dalam Pesakh namun melepaskan dua unsur tersebut dari unsur-unsur yang lain (maror, kharoset, matsah). Bahkan roti yang dipergunakan oleh Gereja dan Kekristenan pada umumnya dipergunakan roti biasa yang beragi.
Pemahaman tentang Roti Tidak Beragi (matsah) didasarkan atas perintah YHWH di Sinai untuk dilakukan Bangsa Israel turun temurun sebagaimana dikatakan dalam Imamat 23:5-8 sbb: “Dalam bulan yang pertama, pada tanggal empat belas bulan itu, pada waktu senja, ada Paskah bagi (YHWH). Dan pada hari yang kelima belas bulan itu ada hari raya Roti Tidak Beragi bagi (YHWH); tujuh hari lamanya kamu harus makan roti yang tidak beragi. Pada hari yang pertama kamu harus mengadakan pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat. Kamu harus mempersembahkan korban api-apian kepada (YHWH) tujuh hari lamanya; pada hari yang ketujuh haruslah ada pertemuan kudus, janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan berat."
Perintah YHWH di Sinai untuk mereklamasi peristiwa historis keluarnya Bangsa Israel dari Mesir untuk menerima pembebasan dan penebusan YHWH sebagaimana dikatakan dalam Keluaran 12:1-15 sbb: “Berfirmanlah (YHWH) kepada Musa dan Harun di tanah Mesir: "Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun. Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh masing-masing seekor anak domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga. Tetapi jika rumah tangga itu terlalu kecil jumlahnya untuk mengambil seekor anak domba, maka ia bersama-sama dengan tetangganya yang terdekat ke rumahnya haruslah mengambil seekor, menurut jumlah jiwa; tentang anak domba itu, kamu buatlah perkiraan menurut keperluan tiap-tiap orang. Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing. Kamu harus mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja. Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya. Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit. Janganlah kamu memakannya mentah atau direbus dalam air; hanya dipanggang di api, lengkap dengan kepalanya dan betisnya dan isi perutnya. Janganlah kamu tinggalkan apa-apa dari daging itu sampai pagi; apa yang tinggal sampai pagi kamu bakarlah habis dengan api. Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi (YHWH). Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, (YHWH). Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir. Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi (YHWH) turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya. Kamu makanlah roti yang tidak beragi tujuh hari lamanya; pada hari pertama pun kamu buanglah segala ragi dari rumahmu, sebab setiap orang yang makan sesuatu yang beragi, dari hari pertama sampai hari ketujuh, orang itu harus dilenyapkan dari antara Israel.
Dengan pemahaman historis dan keagamaan Yahudi Abad I Ms yang merupakan kelanjutan keturunan Israel yang mengalami pembebasan dari perbudakan Mesir dan yang telah menerima Torah di Sinai, maka konteks peristiwa ritual yang dilaksanakan Yesus dalam Lukas 22:14-23 menjadi utuh. Yesus dan para murid-murid-Nya melaksanakan Seder Pesakh pada petang hari saat memasuki Tgl 14 Nisan.
Dalam Seder Pesakh malam itu, Yesus memberikan makna baru dalam setiap unsur-unsur di dalamnya. Khususnya simbolisasi matsah ( roti tidak beragi) dan kos (cawan) berisi pri hagafen (hasil buah anggur).
Mengenai cawan berisi anggur, Yesus berkata dalam Matius 22:17 dan 20 sbb: “Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.
Mengenai roti tidak beragi, Yesus berkata dalam Lukas 22:19 sbb: ”Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."
Yesus menghubungkan matsah dengan tubuh-Nya yang akan diserahkan untuk untuk semua orang. Artinya, diri-Nya akan ditangkap, disiksa dan dibunuh di kayu salib untuk menggenapkan rencana Bapa-Nya, penebusan manusia dari kutuk dosa yaitu maut. Dan cawan berisi anggur dihubungkan dengan darah-Nya yang akan ditumpahkan untuk membasuh dosa semua orang. Darah ini menjadi meterai “perjanjian yang diperbarui” (Ibr: brit khadasha). Perjanjian pertama dimeteraikan oleh darah, demikian pula perjanjian yang diperbarui dimeteraikan oleh darah, sebagaimana dikatakan Ibrani 9:22 sbb: “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut (Torah) dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”
Ir. Ester A. Sutanto, M.M., M.Min. menjelaskan sbb: “Yesus memulai Perjamuan Malam Terakhir menurut tata cara Taurat dan tradisi Yahudi. Namun ada yang tidak lazim pada Perjamuan Malam Terakhir di Yerusalem itu: Yesus memaknai roti dan anggur secara baru, memberi perspektif eskatologis yang baru dan menetapkan perjamuan malam...Perjamuan yang Yesus inginkan adalah seperti pada perayaan Paskah Yahudi, suatu peringatan akan Keluaran, tetapi yang ditarik lebih jauh sampai pada peristiwa Salib yang pada waktu itu masih akan terjadi, dan dalam pengharapan akan kedatangan Kerajaan (Tuhan) di masa depan”[2]
Ada beberapa catatan penting berkaitan dengan meminum anggur dan roti tidak beragi. Pertama, sebelum meminum anggur dan memakan roti, Yesus “mengucap syukur”. Dalam teks Yunani digunakan kata ευχαριστησας (eucharistesas) yang merupakan bentuk orang pertama tunggal lampau dari kata ευχαριστεω (eucharisteoo). Dari kata ini kelak kita mengenal istilah Ekaristi dalam Gereja Katholik yang dilaksanakan setiap moment penting dalam peribadahan dan hari raya. Namun pengertian Ekaristi akhirnya menjadi istilah dan ritual yang terlepas dari Seder Pesakh dan menjadi sebuah ritual yang bersifat magis dan eksklusif. Jika kita memahami budaya dan keagamaan Yahudi, maka kata “mengucap syukur” disana adalah ucapan berakah yang ditandai dengan mengucapkan, “Baruk Atta YHWH Eloheinu hu Melek ha Olam bore pri hagaven” (Diberkatilah Engkau YHWH Tuhan kami Raja Alam Semesta yang telah menciptakan buah anggur) dan ucapan “Baruk Atta YHWH Eloheinu Hu Melek ha Olam we tsiwanu al akelat matsah” (Diberkatilah Engkau YHWH Tuhan kami Raja Alam S yanemesta yang telah memerintahkan kami makan roti tidak beragi). Namun Lukas 22:17 ini tidak tercantum dalam Peshitta Aramaik. Tidak jelas mengapa demikian.
Kedua, kalimat “memecah roti”. Dalam Kitab Perjanjian Baru, ada beberapa kali kalimat “memecah roti” muncul. Saat Yesus memberi makan 4000 orang (Mat 14:19), saat Yesus melakukan perjamuan malam sebelum Pesakh yang jatuh tgl 14 Nisan (Mat 26:26) dan saat paska kenaikan Yesus ke Sorga. Para rasul dan murid-murid Yesus bertekun dalam persekutuan, doa, pengajaran dan memecah roti dirumah-rumah (Kis 2:42, 46, Kis 20:7).
Namun demikian, makna “memecah roti” dalam beberapa peristiwa diatas, memiliki makna yang berbeda. (1) Memecah roti dalam Matius 14:19, menunjuk pada pengucapan syukur yang ditandai dengan mengucap Berakhah dengan kalimat “Barukh Atta Yahweh Eloheinu Melekh ha Olam ha Motsi Lehem min ha Arets” (diberkatilah Engkau ya YHWH Tuhan Raja Alam Semesta yang telah memberikan kami roti dari bumi). (2) Memecah roti dalam Matius 26:26 merupakan bagian dari Seder Pesakh. (3) Memecah roti dalam Kisah Rasul 2:42,46, Kis 20:7, menunjuk pada tata cara makan dan pengucapan syukur Ibrani setiap hari atau pada harihari khusus seperti Sabat atau pada waktu hari raya. Kisah 20:7 merupakan kegiatan Havdalah atau penutupan Sabat yang ditandai dengan makan khallah (Roti Beragi) dengan anggur. Kisah Rasul 2:42,46 dapat juga dimaknai sebagai perluasan Seder Pesakh secara praktis untuk mengingat Mesias (1 Kor 11:25-26).
Ketiga, kata “pokok anggur” dalam Lukas 22:18 dalam teks Yunani digunakan kata γεννηματος (genematos) bukan οινος (oinos). Apa artinya? Kata genematos dipergunakan untuk buah anggur yang telah mengalami pemerasan dan belum mengalami fermentasi atau peragian. Sementara oinos adalah anggur yang berfermentasi. Ketika Rasul Paul mengatakan, “janganlah kamu mabuk oleh anggur” (Ef 5:18) kata yang digunakan adalah oinos bukan genematos. Kitab Hebrew New Testament yang merupakan terjemahan Ibrani dari naskah Yunani, menggunakan פרי הגפן (pri hagaven) untuk menerjemahkan genematos dan יין (yayin) untuk oinos. Penggunaan anggur tidak berfermentasi ini sebagai konsekwensi penggunaan roti tidak beragi sebagai lambang kesucian, tanpa dosa.