Tahun 2006
terbit dalam bahasa Indonesia buku dengan judul The Gospel of Judas
Dari Kodeks Tchacos oleh Gramedia Pustaka Tama. Buku tersebut hasil
upaya penerjemahan naskah kuno Gnostik oleh Rodolphe Kasser dkk terhadap salah
satu isi naskah yang ada dalam Kodeks Tchacos yang ditemukan pada tahun 1970.
Kodeks ini berisikan al., suatu versi dari Surat Petrus kepada Filipus, sebuah
naskah berjudul Yakobus, Injil Yudas, sebuah naskah yang sementara disebut
dengan Kitab Allogenes. Sebagaimana dikatakan Marvin Meyer dalam pengantarnya,
“Injil Yudas dapat diklasifikasikan sebagai Injil gnostik. Kemungkinan besar
disusun pada pertengahan abad kedua, amat mungkinberdasarkan gagasan dan
sumber-sumber awal, Injil Yudas mewakili model kerohanian awal yang amat
menekankan pentingnya gnosis atau pengetahuan – yaitu pengetahuan mistik
rahasia, ilmu gaib, pengetahuan mengenai Tuhan dan kesatuan esensial antara
kita dan Tuhan” (2006:xxvi).
Injil Yudas
yang diterjemahkan ini merupakan kitab kelompok Bidah yang pernah disinggung
oleh Bapa Gereja Irenaeus. Tokoh Yudas dalam Injil Yudas lebih diposisikan
positif dan memiliki jasa besar untuk membebaskan Yesus dari belenggu dunia
materil melalui kematiannya yang diartikan sebagai keterbebasan dari belenggu.
Penemuan Injil Yudas dan terjemahannya sempat menggegerkan dikarenakan Kitab
Injil kanonik hanya melaporkan sedikit perihal Yudas yang berakhir dengan
pengkhianatannya yang berujung pada penangkapan dan penghukuman mati Yesus di
kayu salib.
Yudas
Iskariot, nama yang selalu dikenang dan diingat sebagai seorang murid yang
mengkhianati gurunya. Bahkan Kitab Injil selalu menambahi dengan istilah
“pengkhianat” saat mengisahkan bahwa Yudas pun adalah salah satu dari dua belas
murid yang terpilih dan diutus sebagai rasul. Perhatikan kata “pengkhianat”
atau “yang mengkhianati Dia” (kata Yunani yang dipergunakan sebenarnya paradidomi yang
artinya “menyerahkan” bukan “mengkhianati”) yang ditambahkan dalam laporan
Matius 10:4, Markus 3:19, Lukas 6:16.
Lantas apa
yang salah dengan Yudas Iskariot, sementara kita ketahui menurut narasi keempat
Injil Yudas selalu bersama-sama Yesus dalam berbagai situasi dimana Yesus
mengajar dan menyampaikan sabda-sabda yang memberikan pencerahan? Injil Matius,
Markus, Lukas tidak melaporkan indikasi apapun perihal perilaku Yudas Narasi
Yohanes 12:1-8 memberikan data penting perihal karakter Yudas.
Sekalipun narasi
di atas dilaporkan dalam Matius 26:6-13 dan Markus 14:3-9, namun nama Yudas
tidak disebutkan di dalamnya. Hanya Yohanes yang menyebutkan nama Yudas sebagai
seorang yang mencela tindakan Maria saudara Marta saat menuangkan minyak
narwastu dan dipakai untuk membersihkan kaki Yesus. Kita perhatikan
perbandingan ketiga narasi dalam Injil Matius, Markus dan Yohanes sbb:
“Ketika
Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, datanglah seorang perempuan
kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal.
Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan. Melihat
itu murid-murid gusar dan berkata: ‘Untuk apa pemborosan ini? Sebab
minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada
orang-orang miskin’. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: ‘Mengapa
kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang
baik pada-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak
akan selalu bersama-sama kamu. Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku,
ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang
dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia” (Mat 26:6-13).
“Ketika
Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan,
datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak
narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu,
dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus. Ada orang yang menjadi gusar dan
berkata seorang kepada yang lain: "Untuk apa pemborosan minyak narwastu
ini? Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat
diberikan kepada orang-orang miskin." Lalu mereka memarahi
perempuan itu. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu
menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku. Karena
orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana
kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Ia telah
melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai
persiapan untuk penguburan-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja
Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga
untuk mengingat dia” (Mark 14:3-9).
“Enam hari
sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang
dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia
dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah
Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal
harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau
minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang
dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: ‘Mengapa
minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada
orang-orang miskin?’ Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib
orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering
mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus:
‘Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena
orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada
kamu” (Yoh 12:1-8)
Perkataan
Yudas yang mencela tindakkan Maria sebagai pemborosan bukan dikarenakan Yudas
peduli dengan orang-orang miskin melainkan karena Yudas seorang “pencuri” (kleptes,
Yun) karena, “…ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang
dipegangnya” (Yoh 12:6). Sumber masalah ada pada Yudas sendiri. Yudas
memiliki guru yang bijaksana, pemimpin yang bertanggungjawab, gembala yang
melindungi yaitu Yesus. Namun perkataan dan perilaku Yesus sebagai teladan
tidak menyentuh hatinya dan mengubah perilakunya sama sekali bahkan cenderung
memanfaatkan kepercayaan yang diberikan padanya sebagai pemegang keuangan untuk
kepentingan dan agendanya sendiri.
Kegagalan
Yudas Iskariot bisa menjadi sebuah rujukkan dan permenungan dalam kehidupan
gereja modern masa kini bahwa seseorang bertanggung tanggung jawab atas
perbuatannya sendiri dan bukan pendeta, majelis atau orang lain sebagaimana
dikatakan dalam Yehezkiel 18:20, “Orang yang berbuat dosa, itu yang
harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak
akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat
kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya”.
Pelajaran berikutnya adalah mengikut Yesus seharusnya mengalami transformasi
personal dalam hati, pikiran dan perilaku sebagaimana dikatakan, “…menjadi
serupa dengan gambaran Anak-Nya…” (Rm 8:29).
Sebanyak yang kita telah
dengar dan ketahui, demikianlah segarusnya berbanding lurus dengan apa yang
seharusnya kita perbuat atau kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Hanya mereka
yang telah mengalami transformasi dalam pikiran dan hati serta perilaku akan
dengan sukacita melakukan semua sabda Tuhan yang diperintahkan dan tidak
menjadikannya sebagai beban.
No comments:
Post a Comment