Bagian Kedua
Kontradiksi gaya hidup Mesias
dengan gaya hidup Kekristenan moden
Kita kerap mendengar lantunan lagu-lagu Kristiani dan bahkan kita selalu menyanyikannya al, “Kumau sprti-Mu Yesus...”, “Jalan serta Yesus, jalan serta-Nya setiap hari...”, “Saya mau iring Yesus...”. Ungkapan syair-syair lagu di atas memberikan gambaran, dorongan agar meniru Yesus. Namun semua syair lagu dan pemahaman kita terkadang masih berkutat dalam pengertian perilaku moral belaka.
Namun bagaimana dengan fakta Kekristenan modern mengenai gaya berpakaian? Bagaimana dengan fakta gaya makan dan menu makan? Kebanyakan dari kita mempraktekan gaya hidup khususnya dalam menyantap makanan tanpa adanya suatu pembatasan dan pemilahan mana yang tahor dan mana yang tame. Semua diperbolehkan. Alasan utama, Yesus telah menghapus dosa dan membatalkan Torah termasuk aturan makanan yang diatur dalam Torah. Sikap-sikap demikian semakin menguatkan kesan dan prasangka bahwa Kekristenan tidak memiliki syariat terkait makanan. Semua diperbolehkan.
Yesus telah mengatakan dalam Yohanes 13:15 sbb: “sebab Aku telah memberikan suatu TELADAN kepada kamu, supaya kamu juga BERBUAT SAMA seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. Rasul Petrus (Kefa) pun menegaskan hal yang sama dalam suratnya sbb: “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena (Mesias) pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan TELADAN bagimu, supaya kamu MENGIKUTI JEJAK-NYA”(1 Petrus 2:21).
Kata “teladan” dalam Yohanes 13:15 dipakai kata Yunani υποδειγμα (hupodeigma) dan dalam 1 Petrus 2:21 dipergunakan kata Yunani υπογραμμον (hupogrammos) dan diterjemahkan dalam bahasa Ibrani menjadi מופת (mofet) yang artinya “contoh”. Berarti Mesias Yesus telah meninggalkan bagi kita suatu contoh.
Baik Mesias Yesus maupun Rasul Petrus menekankan bahwa contoh atau teladan yang ditinggalkan Yesus Sang Mesias harus dilakukan. Kalimat “supaya kamu mengikuti jejak-Nya” dalam terjemahan berbahasa Ibrani, “Wayehi lakem lemofet LALEKET beiqqvotaiw”. Kata LALEKET berasal dari kata “HALAK” yang artinya “berjalan”. Dalam terjemahan Peshitta Aramaik diterjemahkan dengan “TAHALAKON”. Berdasarkan pemahaman bahasa di atas, maka sebagai Pengikut Mesias (apapun namanya, Orthodox, Katholik, Kristen, Mesianik) kita harus menjalankan dan melaksanakan Halakah Mesias dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain kita menjalankan dan melaksanakan Syariat Al Masih dalam kehidupan sehari-hari.
Namun apakah Yesus hanya meninggalkan teladan moral belaka? Apakah Yesus tidak meninggalkan teladan-teladan lainnya terkait masalah gaya hidup dalam mengonsumsi makanan yang menyehatkan atau makanan yang telah dipisahkan sebagaimana diatur dalam Imamat 11?
Baru-baru ini saya membeli sebuah buku yang sangat mencerahkan dengan judul MENU MAKAN YESUS. Buku ini karya seorang dokter bernama Don ColberT, MD. Buku-buku yang beliau tulis al., Walking in Divine Health, The Bible Cure Booklet Series. Dan buku yang diterjemahkan oleh penerbit Kalam Hidup Bandung 2007 merupakan terjemahan dari bukunya WHAT WOULD JESUS EAT?
Apa yang menarik dari buku ini? Buku ini mengulas fakta-fakta biblikal mengenai gaya hidup sehat yang dijalankan Yesus yang berkorespon dengan fakta-fakta ilmiah modern. Dalam kata pendahuluannya, beliau mengatakan sbb: “Kita ingin menaati ajaran-ajaran Yesus tentang penggunaan waktu, talenta dan sumber-sumber keuangan kita. Tetapi apakah kita ingin makan sama seperti menu makan Yesus? Mengapa tidak? Kita berusaha mengikuti Yesus di setiap bidang lain dalam kehidupan kita. Mengapa kita tidak mengikuti-Nya dalam kebiasaan makan kita? (Don Colbert,MD., Menu Makan Yesus, Bandung: Kalam Hidup 2007, hal 8).
Berbicara mengenai memakan daging babi (sesuatu yang teramat digemari oleh sebagian besar penganut Kristiani dengan dalih yang menggelikan) beliau memberikan ulasan sbb:
“Dewasa ini banyak orang menyatakan bahwa daging babi aman untuk dikonsumsi di zaman modern. Saya tidak setuju. Babi makan dalam jumlah banyak sekali dan ini mengencerkan asam klorida dalam perut babi. Selanjutnya hal ini mengakibatkan racun, virus, parasit dan bakteri terserap ke dalam daging binatang itu. Selain pelahap, babi juga merupakan binatang yang sangat kotor. Babi dapat memakan sampah, kotoran manusia dan bahkan daging yang sudah membusuk. Semua yang dimakan biasanya menjadi bagian dari daging babi itu sendiri. Babi tidak diragukan menjadi tempat persembunyian parasit termasuk Trichinella, cacing pita babi dan toksoplasmosis. Jika seekor babi ditinggal sendirian dengan sejumlah besar makanan, maka binatang itu pasti akan menghabiskan makanan itu sampai mati. Kalau sudah mulai makan, babi tidak mampu menghentikan nafsu makannya. Babi serupa dengan pelahap dengan kata lain, babi bagi dunia binatang adalah si pelahap bagi umt manusia. Babi merupakan salah satu ciptaan yang benar-benar direncanakan Tuhan untuk menjadi pembersih racun dunia. Apa yang dikonsumsi oleh babi pada tahap tertentu merupakan hal yang tidak boleh dikonsumsi oleh kita. Memasak babi pada suhu 70 deracat C atau lebih dapat mematikan parasit-parasit tetapi perlu diperhatikan bahwa bagian tengah dari steik babi atau irisan daging babi harus dipanaskan sampai pada suhu ini, kalau tidak parasitnya tidak akan mati. Sering hal ini, tidak dilakukan” (Ibid., hal 74).
Marilah kita mengikuti petunjuk Torah, karena gaya hidup Yesus mengejawantahkan Torah. Marilah kita mengikuti teladan Yesus, bukan hanya dalam perihal moralitas dan sikap religius melainkan gaya hidup dalam hal makan makanan yang dikonsumsi oleh Yesus Sang Mesias, teladan sempurna kita.
No comments:
Post a Comment