Sebelum kita mengupas makna kematian Yesus bagi penghapusan dosa umat manusia, kita akan mengkaji terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan Dosa Asal (Original Sin). Saya lebih memilih istilah ini karena memang istilah inilah yang lebih tepat dan dipergunakan untuk menjelaskan asal usul dosa dalam berbagai terjemahan bahasa Inggris. Tidak ada istilah Dosa Waris kecuali penafsiran beberapa golongan Kristen yang membuat istilah tersebut menjadi rancu. Karena memang dosa tidak diwariskan sebagaimana dikatakan dalam Yekhezkiel 18:20
“Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya”.
Dosa Asal (Original Sin)
Dosa berawal ketika manusia melanggar perintah Tuhan YAHWEH agar tidak memakan buah Pohon Pengetahuan Baik dan Pengetahuan Jahat sebagaimana dikatakan:
“Lalu Yahweh Tuhan (יהוה אלהים) memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”(Kej 2:16-17).
Namun ular membisikkan kata-kata dusta dengan memutarbalikkan apa yang dilarang oleh Yahweh kepada manusia, menjadi diperbolehkan, “Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Tuhan berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej 3:1) dan ketika manusia perempuan (ishah) menjawab: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Tuhan berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."(Kej 3:2-3), maka ular kembali memutarbalikkan larangan Yahweh dengan mengatakan, “Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Tuhan mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Tuhan, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
Ketika manusia perempuan itu tergoda, mulailah dia memakan buah larangan itu yaitu Buah Pengetahuan Yang Baik (ets hada’at tov) dan Buah Pengetahuan Yang Jahat (ets hada’at ra) maka diapun memberikannya pada manusia laki-laki untuk memakannya. Apa terjadi kemudian? Pertama, Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat (Kej 3:7). Manusia laki-laki dan perempuan menyadari bahwa kemuliaan sebagai ciptaan telah lenyap dengan ditandai kesadaran bahwa diri mereka telanjang. Kedua, "Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Yahweh, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk (Ibr: leruakh hayom, saat hari bertiup angin), bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan Yahweh di antara pohon-pohonan dalam taman” (Kej 3:8). Manusia laki-laki dan perempuan mengalami ketakutan terhadap Tuhan Yahweh akibat telah melakukan pelanggaran. Tidak heran jika sampai sekarang apabila manusia berbuat pelanggaran, selalu dikejar rasa takut dan bersalah.
Inilah saat pertama kalinya DOSA itu masuk dalam kehidupan manusia. Apakah dosa itu? Dalam 1 Yohanes 3:4 naskah Yunani dikatakan, “hamartia estin he anomia”. Dalam Hebrew New Testament (Kitab Perjanjian Baru berbahasa Ibrani sebagai terjemahan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani) diterjemahkan, “ha khet, mri hu ba Torah”. Dosa adalah ANOMIA atau MRI HU BA TORAH atau MELAWAN TORAH atau MELAWAN PERINTAH.
Kata hamartia bermakna “menyimpang dari sasaran”. Jadi dosa adalah “tindakan yang menyimpang dari sasaran”. Seperti orang yang memanah namun busur panah meleset dari sasaran yang hendak dituju. Demikianlah hakikat dosa. Adapun Pohon larangan Pohon Pengetahuan Baik dan Buruk serta Pohon Kehidupan) mengandung makna bahwa manusia diberikan KEBEBASAN UNTUK MEMILIH. Tuhan bukanlah dalang yang seenaknya memainkan wayang. Manusia bukanlah robot yang dimainkan semau Tuhan. Tuhan memberikan KEHENDAK BEBAS dlam diri manusia untuk mengambil pilihan antara yang baik dan yang buruk. Manusia pertama mengambil pilihan yang buruk, pilihan yang keliru. Siapa yang bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran manusia pertama? Tuhankah atau manusia? Karena Tuhan telah memberikan kehendak bebas, maka manusia yang bertanggung jawab atas pilihan yang diambilnya. Tuhan tidak menyebabkan manusia berdosa namun manusialah yang melakukan dosa.
Dampak Dosa Asal (Effect of Original Sin)
Seberapa jauhkan DAMPAK DOSA dalam kehidupan manusia pertama? Dosa menimbulkan KUTUK dan kutuk yang tidak teratasi adalah MAUT. Kutuk dosa dapat kita lihat secara terinci sbb:
- Permusuhan manusia dengan Tuhan (Kej 3:23-24), dimana manusia kehilangan relasi yang benar dengan Tuhan
- Permusuhan manusia dengan hewan (Kej 3:15). Terjadilah siklus ekologis dimana manusia memangsa hewan dan sebaliknya
- Permusuhan manusia dengan alam (Kej 3:17-19). Manusia harus bekerja menaklukan alam yang telah kena kutuk
- Permusuhan manusia dengan manusia (Kej 4:1-16), Qayin membunuh Qabel.
- Perempuan melahirkan dengan kesakitan (Kej 3:16)
- Manusia mengalami kefanaan yaitu maut (Kej 3:19)
Rasul Paul menjelaskan bahwa dosa mengakibatkan manusia kehilangan kemuliaan Tuhan (Rm 3:23) dan upah dosa adalah maut (Rm 6:23). Dosa dan maut adalah realitas yang dialami semua umat manusia. Tidak ada satupun manusia yang tidak mengalami maut. Maut adalah upah dosa dan konsekwensi hilangnya kemuliaan Tuhan dalam diri manusia. Semua manusia MEWARISI UPAH DOSA yaitu kehilangan kemuliaan Tuhan, yaitu MAUT. Maut, bukanlah takdir Tuhan melainkan buah dosa manusia.
Dalam perspektif Kristen, dibedakan antara DOSA MULA-MULA (Original Sin) dan DOSA PERBUATAN (Behaviour Sin). Dosa mula-mula dilakukan oleh Adan dan Hawa. Sementara dosa perbuatan adalah turunan dari dosa mula-mula. Darimana manusia bisa berbuat dosa perbuatan? Bukan karena Tuhan menakdirkan dengan memberi kemampuan berbuat dosa pada manusia melainkan akibat manusia pertama, Adam dan Hawa telah berbuat dosa maka potensi dosa itu masuk dalam kehidupan keturunan Adam dan Hawa termasuk kita, apapun agamanya.
Maka seorang anak kecil berusia 7 tahun tidak perlu diajari berbohong, jika dia memecahkan sebuah gelas tanpa sepengetahuan kita, dalam sejumlah kasus ditemukan mereka berbohong dan mengatakan bukan mereka yang memecahkan gelas, ketika ditanyai orang tuannya. Berbohong adalah dosa perbuatan sebagai sebuah turunan dari potensi dosa yang telah masuk dalam kehidupan manusia. Dan masih begitu banyak lagi dosa perbuatan yang dapat kita daftarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Qur’an pun menyitir soal kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa sebagaimana dikatakan:
“Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Qs 2:35-37)
“Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (Qs 20:120-123).
Mengapa mengutip ayat dalam Qur’an? Pengutipan ayat Qur’an dimaksudkan sebagai pembanding fakta bahwa manusia pertama telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan (sebagaimana diakui dalam Torah dan Qur’an) sehingga tidak ada alasan bagi Muslim yang kerap menyangkal dosa asal dan dampaknya yaitu kefanaan yang menghinggapi umat manusia semesta.
Sekalipun ada perbedaan redaksional antara Torah (Kitab Kejadian) dan Quran mengenai siapa yang digoda dan nama buah apa yang dimakan Adam dan Hawa serta dimana Adam dan Hawa tinggal saat terjadi peristiwa kejatuhan dalam dosa tersebut, namun kedua Kitab menyepakati beberapa hal berikut:
1. Adam dan Hawa BERDOSA
2. Adam dan Hawa MEMINTA PENGAMPUNAN TUHAN
3. Adam dan Hawa MENANGGUNG HUKUMAN TUHAN
Penghapusan Dosa
Bagaimana Tuhan Yahweh mengatasi dosa yang masuk dalam dunia dan merusak hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta? Kejadian 3:15 menyatakan, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya".
Oleh para Bapa Gereja (Church Fathers), ayat ini disebut sebagai PROTO EVANGGELIUM atau Injil Mula-mula, karena di dalamnya dideklarasikan bahwa keturunan manusia perempuan yang jatuh, akan melahirkan seorang anak yang akan meremukkan kepala ular. Secara teologis, ayat ini menunjuk pada karya Mesias yang mengalahkan maut sebagaimana dikatakan dalam 1 Korintus 15:25-26, ”Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai (Tuhan) meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut”.
Namun Secara universal, ayat ini merupakan suatu wewenang yang diberikan kepada orang-orang yang telah mengalami penebusan di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paul dalam Roma 16:20, “Semoga Tuhan, sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Shatan di bawah kakimu. Kasih karunia Yesus, Junjungan Agung kita, menyertai kamu!”. Dan juga dikatakan dalam Wahyu 12:17, “Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Tuhan dan memiliki kesaksian Yesus”. Tuhan Yahweh telah MENJANJIKAN Penebus atas manusia yang mengalami kutuk dosa yaitu maut.
Dan manusia pertama yang jatuh dalam dosa, telah mengalami penebusan saat itu. Darimana kita memperoleh fakta ini? Kejadian 3:17 melaporkan, “Dan Yahweh Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka” (Kej 3:21). Kata “pakaian dari kulit binatang” (Ibr: katnot o’r/Septuaginta: khitonas dermatinous) menunjukkan adanya suatu hewan yang dikorbankan. Korban adalah LAMBANG penebusan yang kelak akan dilakukan oleh Yahshua Sang Mesias. Kulit hewan yang telah dikorbankan, dipakai menjadi pakaian atau jubah yang menutupi ketelanjangan manusia.
Qur’an pun memberikan konformasi mengenai pengampunan Tuhan. Redaksional Qs 2:37 mengatakan, “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya". Dan Qs 20:122, “Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk”. Orang yang bertobat artinya orang yang telah berdosa. Adam dan Hawa telah mengawali sebuah perbuatan berdosa.
Kalau manusia pertama telah mengalami penebusan, mengapa Tuhan Yahweh masih menjanjikan Penebus? Pertama, penebusan dengan menggunakan korban hewan hanyalah temporal dan bayangan dari penebusan sejati yang akan dilakukan oleh Yesus Sang Mesias (Ibr 10:1, 4, 11-12). Kedua, umat manusia akan bertambah banyak dan bertambah banyak pulalah orang yang mengalami kematian akibat dosa. Maka Tuhan memberikan Penebus sejati untuk mengatasi dosa yang berujung pada maut, yaitu Yesus Sang Mesias. Mereka yang menerima karya kematian dan kebangkitan Yesus dari maut untuk menghapus dosa, maka beroleh penebusan dan kehidupan kekal.
Sampai di sini, baik Torah, Injil dan Qur’an mulai bersimpangan menjelaskan mengenai Penebusan. Sejak manusia pertama Adam dan Hawa terjatuh dalam dosa, dan setelah Tuhan Yahweh memberikan contoh mengenai pengorbanan hewan sebagai penghapus dosa, maka tradisi pengorbanan hewan menjadi sebuah kebiasaan di Timur Tengah kuno. Bahkan Tuhan Yahweh mengatur secara detail pengorbanan hewan tersebut dalam Torah (Kitab Imamat).
Dalam perspektif iman Kristen, pengorbanan hewan dan penumpahan darah hewan adalah bayangan dari wujud sejati yang akan datang yaitu Mesias yang telah dijanjikan dalam Kejadian 3:15. Kitab Ibrani 10:1-4 dikatakan:
“Di dalam Torah hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, Torah tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa”.
Wujud sejati dari bayangan yang akan dan sudah datang itu adalah Yeshu d’Meshikha/Yeshua ha Mashiakh/Yahshua ha Mashiakh/Iesous ho Christos/Yesus Sang Mesias sebagaimana dikatakan dalam Ibrani 10:10-14 berikut ini:
“Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Sang Mesias. Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Tuhan, dan sekarang Ia hanya menantikan saatnya, di mana musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”
Pernyataan dalam Kitab Ibrani tersebut menggemakan sabda Yesus Sang Mesias dalam kesadaran dirinya yang mengemban tugas sebagai Mesias, Anak Tuhan yang menyerahkan dirinya untuk menghapus KUTUK DOSA seluruh umat manusia yaitu MAUT sebagaimana dikatakan:
“Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Mat 26:26-28)
Sabda Yesus di atas menepis dugaan dan tuduhan bahwa ajaran penghapusan dosa (ini istilah yang lebih tepat tinimbang penebusan dosa) tidak berasal dari Yesus Sang Mesias melainkan dogma Gereja atau penafsiran murid-murid Yesus belakangan. Ajaran mengenai penghapusan dosa dan penebusan kutuk dosa yaitu maut berasal dari sabda Yesus itu sendiri dan memiliki latar belakang dalam Torah mengenai kejatuhan manusia.
Barangsiapa percaya dan menerima Yesus Sang Mesias, Putra Tuhan, Sang Firman yang nuzul dan menjadi manusia (Yoh 1:14) maka mereka akan dibebaskan dari maut sebagaimana disabdakan Yesus sbb:
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Tuhan, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri” (Yoh 5:24-26).
Tidak ada satupun manusia yang dapat membebaskan dirinya dari kutuk dosa yaitu maut. Semua manusia bahkan bayi sekalipun yang belum tahu berbuat dosa perbuatan MEWARISI KUTUK DOSA yaitu MAUT. Semua manusia berpotensi mengalami maut.
Maut tidak bisa diatasi dengan perbuatan baik, ibadah, kesalehan, sedekah dll. Maut hanya bisa dibebaskan oleh Tuhan sendiri Sang Pemiliki Kehidupan. Dengan cara apa? Dengan cara mengutus Putra-Nya, Sang Firman menjadi manusia untuk membebaskan dari kutuk dosa yaitu maut sebagaimana dikatakan:
“Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).
Pertanyaannya, jika orang yang menerima Yesus Sang Mesias sebagai Anak Tuhan diyakini akan terbebas dari maut/kematian, namun faktanya sampai hari ini orang-orang Kristen/Nasrani masih mengalami kematian? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita simak sabda Yesus sbb:
“Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yoh 11:25)
Kematian fisik adalah pintu mengalami kehidupan sejati, kehidupan kekal sebagaimana dijanjikan Yesus Sang Mesias. Kehidupan kekal milik Tuhan Yahweh telah dilimpahkan pula kepada Putra-Nya yaitu Yesus Sang Mesias sebagaimana sabda Yesus, “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri” (Yoh 5:26)
Pengampunan Dosa Akibat Ketidaksempurnaan Manusia
Apakah manusia yang telah mengalami penghapusan dosa dan penebusan dari kutuk dosa melalui keimanan kepada karya pengorbanan Yesus Sang Mesias dan Juruslamat, lalu kemudian tidak bisa berbuat dosa kembali dan menjadi sempurna? Tidak! Manusia yang telah mengalami penebusan kutuk dosa memang telah dijadikan manusia baru dan diberikan Roh Kudus yang akan menuntun dia selalu dalam jalan yang benar sebagaimana konsekwensi kehidupan baru sebagaimana dikatakan Rasul Paul sbb:
“Dan Mesias telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Mesias menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. Jadi siapa yang ada di dalam Mesias, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor 5:15-17)
Namun demikian, manusia tetap berpotensi berbuat kesalahan dan pelanggaran. Oleh karenanya Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami dimana salah satu frasa berbunyi, “Ampunilah kami akan kesalahan kami, sebagaimana kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Mat 6:12)
Demikianlah pengkajian singkat mengenai konsep Iman Kristen mengenai Asal Usul Dosa (Original Sin) dan Penghapusan Dosa serta Penebusan Kutuk Dosa yaitu Maut. Kiranya kajian singkat ini memberikan pembukaan wawasan sekaligus pintu hidayah untuk mengenai Yesus Sang Mesias (Yasu’a al Masih) yang adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup sebagaimana disabdakan Yesus sbb:
"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6)
sangat memberkati tulisannya pak..
ReplyDelete