Saat pertama kali
meninggalkan Bandung untuk studi Teologi di Yogyakarta. Banyak pengalaman baru
yanag tidak didapat di kota sebelumnya. Salah satunya adalah saat tinggal di
kost.
Selama tinggal di Bandung, terbiasa menggunakan air PAM yang tidak harus
menggunakan tenaga untuk mendapatkanya alias tidak harus menimba. Walaupun
bukan sama sekali tidak pernah mendapatkan pengalaman menimba di Bandung namun
sejak kost dan studi di Yogyakarta,
kegiatan menimba air untuk mengisi bak mandi menjadi kegiatan rutin harian.
Kegiatan tersebut secara tidak langsung membentuk otot-otot di tangan menjadi
lebih lebar dan besar, sekalipun tidak terlihat kekar. Setidaknya, tubuh yang
kurus dan tangan yang lurus agak terlihat berisi. Jika tidak studi dan kost di
Yogyakarta, mungkin tangan saya akan tetap kurus dan lurus tidak berisi.
Situasi hidup yang baru dan tekanan yang datang sesungguhnya menjadikan bukan
hanya tubuh melainkan pikiran beradaptasi dan berkembang.
Orang yang tidak
pernah berani menghadapi sejumlah risiko dan selalu menghindari lingkungan baru
yang penuh tantangan, akan sulit berkembang wawasan dan pengalamannya.
Kehidupannya hanya stagnan. Semakin banyak kita menghadapi tekanan, kesulitan,
pengalaman baru, tantangan, otak kita menjadi berkembang mencari solusi.
Tubuh
kita beradaptasi untuk mengikuti ritme kehidupan yang fluktuatif. Seperti
dikatakan Firman Tuhan, “Adalah baik bagi
seorang pria memikul kuk pada masa mudanya. Biarlah ia duduk sendirian dan
berdiam diri kalau Yahweh membebankannya. Biarlah ia merebahkan diri dengan
mukanya dalam debu, mungkin ada harapan. Biarlah ia memberikan pipi kepada yang
menamparnya, biarlah ia kenyang dengan cercaan” (Rat 3:27-30).
Istilah
“memikul kuk” (yisha ‘ol, Ibr)
merujuk pada situasi kehidupan yang penuh tantangan dan risiko yang harus
diterima dengan lapang dada dan sikap terbuka. Dibalik setiap tantangan dan
risiko yang dihadapi, selalu terbuka sebuah peluang dan kesempatan serta
kemungkinan baru yang lebih baik.
Karena, sebagaimana dikatakan Firman Tuhan, “Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan
mengucilkan. Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut
kebesaran kasih setia-Nya” (Rat 3:31-32). Frasa, “Dia mendatangkan susah” (hogah, Ibr) berdampingan dengan frasa
“Dia juga menyayangi” (rikham, Ibr).
Artinya, Tuhan mengijinkan semua hal yang menekan terjadi untuk kebaikkan dan
kedewasaan rohani.
No comments:
Post a Comment