Rasul Paulus adalah tokoh rasul yang besar dan kontroversial serta hampir sebagian besar surat-suratnya menjadi fundasi bagi ajaran Gereja Kristen paska kebangkitan Yesus dari kewafatan. Jika Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) mengisahkan kehidupan dan ajaran serta karya Mesianis Yesus, maka surat-surat Rasul Paulus – bersama surat-surat beberapa rasul lainnya – menjadi pedoman dan fundasi bagaimana kehidupan Kristiani yang berpusat pada Yesus harus dilaksanakan.
Itulah sebabnya dikatakan oleh DR. C. Groenen OFM dalam bukunya, Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru, sbb: Dari semua tokoh yang tampil dalam Perjanjian Baru dan berperan pada umat Kristen semula Pauluslah yang terbaik kita kenal (menurut ukuran ilmu sejarah). Tokoh itu sebenarnya dikenal dengan lebih baik daripada Yesus sendiri. Selebihnya dalam sejarah Kekristenan selanjutnya Pauluslah yang paling berpengaruh disamping Yesus, paling tidak pada Kekristenan barat sesudah reformasi. Dan baik pengetahuan kita tentang Paulus maupun pengaruhnya berasal dari surat-suratnya yang disimpan oleh umat Kristen sampai dengan hari ini” (Yogyakarta: Kanisius 1987: 210)
Pada suatu ketika Rasul Paulus harus berhadapan dengan sidang pengadilan di kota Kaisarea atas sejumlah tuduhan yang dialamatkan padanya dari petinggi agama Yahudi. Pada tahun 13 sM, Kaisarea menjadi ibu kota sipil dan militer provinsi Yudea. Kaisarea menjadi "ibu kota administratif" mulai tahun 6 Ms serta tempat kediaman resmi gubernur Romawi, antara lain prefek Pontius Pilatus dan prokurator Antonius Feliks.
Adalah Imam Besar Ananias bersama beberapa tua-tua serta seorang pengacara bernama Tertulus menghujani Paulus dengan tuduhan sebagai “penyakit sampar” (loimon) dan “menimbulkan kekacauan (staseis) di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia” dan “melanggar (bebelosai) kekudusan Bait Tuhan” serta “tokoh sekte Nasrani” (protostasen te tes toon Nazoraion haireseos) (Kis 24:5-6).
Setelah diberikan kesempatan untuk mempergunakan hak jawabnya di hadapan Feliks, Rasul Paulus membantah dan mengatakan bahwa dia tetap beribadah kepada Tuhan nenek moyang Israel, namun dengan pola pemahaman “Jalan Tuan” sebagaimana dikatakan: “Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Tuhan nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam Torah dan dalam kitab nabi-nabi” (Kis 24:14).
Ada yang menarik untuk kita telaah dan cermati dari isi pembelaan Rasul Paulus saat dirinya berkata, aku berbakti kepada Tuhan nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Apa yang dimaksudkan dengan “Tuhan nenek moyang kami” (τω πατρωω θεω - too patroo Theoo) dan “Jalan Tuan?” (την οδον - ten Hodon)
Istilah “Tuhan nenek moyang kami” tentu saja mengandaikan bahwa baik Rasul Paulus dan orang-orang Yahudi yang menuduhnya melakukan penistaan agama dan penyesatan sebenarnya menyembah Tuhan yang sama yaitu Tuhan yang disembah orang Yahudi. Siapakah Tuhan yang disembah orang Yahudi termasuk Rasul Paulus dan Imam Besar Ananias serta petinggi agama Yahudi lainnya? Ya, Dialah YHWH (Yahweh, Yehuwa, Jehovah) yang tersemat dalam Kitab TaNaKh atau Perjanjian Lama sebanyak kurang lebih 6000 kali
Kitab Keluaran 3:15 berkata sbb:
Selanjutnya berfirmanlah Tuhan (אלהים - Elohim) kepada Musa: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: YHWH, Tuhan nenek moyangmu (אלהי אבתיכם - Elohey avotekem), Tuhan Abraham, Tuhan Ishak dan Tuhan Yakub (אלהי אברהם אלהי יצחק ואלהי יעקב - Elohey Avraham, Elohey Yitskhaq, Elohey Ya’akov), telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun (זה־שׁמי לעלם וזה זכרי לדר דר - ze shemi le’olam we ze zikri le dor dor)
Kitab Ulangan 26:7 berkata sbb:
Maka kami berseru kepada YHWH, Tuhan nenek moyang kami (יהוה אלהי אבתינו -YHWH, Elohey avoteynu), lalu YHWH mendengar suara kami dan melihat kesengsaraan dan kesukaran kami dan penindasan terhadap kami.
Dari kutipan teks Kitab Suci di atas sangat jelas bahwa yang dimaksudkan dengan “Tuhan nenek moyang kami” merujuk kepada YHWH, Tuhan Semesta Alam. Hanya, setelah pembuangan dari Babilonia, kebiasaan mengucapkan nama Tuhan dimuka publik dilarang oleh hukum rabi-rabi Yahudi sehingga diganti dengan sebutan-sebutan pengganti al., Adonai, Ha Shem, Shamayim.
Itulah sebabnya kita tidak mendapati nama Tuhan secara literal tertulis dalam Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani karena penulisan teks inipun mewarisi tradisi zamannya. Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani menggunakan sebutan Kurios untuk Adonai ketika menuliskan nama YHWH.
Namun dapat dipastikan saat Kitab Perjanjian Baru atau rasul-rasul mengutip Kitab TaNaKh dimana nama YHWH muncul dan diterjemahkan Kurios, maka yang dimaksudkan adalah YHWH adanya.
Setelah kita memahami makna “Tuhan nenek moyang kami”, kita lanjutkan mengkaji makna kalimat dengan menganut Jalan Tuan. Istilah “Jalan Tuan” (ten Hodon) muncul hanya dalam Kitab Kisah Para Rasul sebanyak 9 kali dibeberapa tempat. Sebenarnya penggunaan istilah yang muncul adalah "Jalan itu" (την οδον; ten hodon), "Jalan Tuan" (τας οδους του κυριου: tas hodous tou Kuriou) serta "Jalan Tuhan" (την του θεου οδον: ten tou Theou hodon), namun Lembaga Alkitab Indonesia biasanya langsung menerjemahkan "Jalan Tuhan". Mari kita periksa satu persatu.
Kisah Rasul 9:2 menuliskan, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan itu (της οδου: Jalan itu) ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem
Kisah Rasul 13:10 menuliskan dan berkata: Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuan (τας οδους του κυριου: tas hodous tou Kuriou) yang lurus itu?
Kisah Rasul 18:25 menuliskan, Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuan (την οδον του κυριου: ten hodon tou Kuriou). Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes
Kisah Rasul 18:26 menuliskan, Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Tuhan (την του θεου οδον: ten tou Theou hodon)
Kisah Rasul 19:9 menuliskan, Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan itu (την οδον:ten hodon) depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus
Kisah Rasul 19:23 menuliskan, Kira-kira pada waktu itu timbul huru-hara besar mengenai Jalan itu (της οδου : tes hodou)
Kisah Rasul 22:4 menuliskan, Dan aku telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan itu (την οδον; ten hodon) sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara
Kisah Rasul 24:14 menuliskan, Tetapi aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Tuhan nenek moyang kami dengan menganut Jalan itu (την οδον; ten hodon), yaitu Jalan yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang ada tertulis dalam Torah dan dalam kitab nabi-nabi
Kisah Rasul 24:22 menuliskan, Tetapi Feliks yang tahu benar-benar akan Jalan itu (της οδου; tes hodos), menangguhkan perkara mereka, katanya: "Setibanya kepala pasukan Lisias di sini, aku akan mengambil keputusan dalam perkaramu
Istilah “Jalan Tuan”, "Jalan Tuhan", "Jalan itu" menunjuk pada sistem kepercayaan pada Yesus Sang Mesias Anak Tuhan Yang Hidup (Mat 16:16) yang telah dinuibuatkan dalam Torah dan Kitab Para Nabi. Orang Yahudi menyebutkan dengan “Sekte Nasrani” (Nazoraeoos Haereseoos, Kis 24:5) dan orang non Yahudi menjuluki dengan sebutan “Kristen” (Christianoi, Kis 11:24). Julukan “Sekte Orang Nasrani” ditujukan pada orang-orang Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesias dan sebutan “Kristen” ditujukan bagi pengikut Yesus dari golongan non Yahudi.
Dalam perkembangannya setelah pengikut Yesus tersebar luas ke luar Yerusalem berkembanglah penamaan terhadap pengikut Yesus menjadi Katholik (katholikos, artinya “universal”) dan Orthodox (orthos dan doxa artinya “jalan yang benar”). Kelak tahun 1054 terjadi skisma besar yang memisahkan Katolik dan Orthodox dan Katholik kelak melahirkan sejumlah pecahan denominasi yaitu Protestan, Pentakosta, Kharismatik, Advent, Baptis di era modern.
Kembali kepada keseluruhan penjelasan Kisah Rasul 24:14 perihal frasa “Tuhan nenek moyang kami” dan “Jalan Tuan”, maka sebenarnya Rasul Paulus hendak berkata bahwa dirinya adalah menyembah YHWH, Tuhan Yang Esa yang telah memberikan Torah pada Musa namun serentak Rasul Paulus beriman kepada Yesus Sang Firman yang menjadi manusia yang dinubuatkan kedatangannya dalam TaNaKh sebagai Mesias dan Anak Tuhan. Itulah sebabnya Paulus berkata, aku berbakti kepada Tuhan nenek moyang kami dengan menganut Jalan Tuan, yaitu Jalan yang mereka sebut sekte.
Konsekwensi logisnya, sekalipun Kekristenan telah melepaskan diri dari
Yudaisme namun sebenarnya kita menyembah Tuhan yang sama yaitu YHWH, Tuhan Yang
Esa namun serentak beriman kepada Yesus sebagai Mesias dan Anak Tuhan yang
telah dinubuatkan dalam Kitab TaNaKh. Sementara Yudaisme menyangkal bahwa
Mesias dan Anak Tuhan adalah Yesus dan masih menantikan kedatangan figur yang
dinubuatkan tersebut. Ini tentu persoalan lain.
Dengan demikian, baik Kekristenan dan Yudaisme sebenarnya memegang Kitab Suci yang sama yaitu TaNaKh di mana nama Tuhan YHWH tertulis di dalamnya. Namun yang memisahkan adalah kepercayaan kepada Yesus Sang Mesias dan Anak Tuhan sebagaimana yang tertulis dalam Kitab Perjanjian Baru.
No comments:
Post a Comment