Tujuh Jemaat di Asia Kecil merupakan tujuh gereja di Provinsi Romawi yaitu Asia (meliputi wilayah Asia Kecil, bukan seluruh benua Asia). Yohanes sedang berada di pulau Patmos dalam pembuangan atas perintah Kekaisaran Romawi karena mengajarkan iman Kristen.
Ketika
di sana ia mendapatkan penglihatan di mana ia melihat dan mendengar Yesus Sang
Mesias berbicara kepadanya dan memerintahkannya untuk menulis surat kepada
tujuh jemaat tertentu. Ke tujuh jemaat itu adalah: Efesus (Wahyu 2:1-7), Smirna (Wahyu 2:8-11), Pergamus
(Wahyu 2:12-17), Tiatira (Wahyu 2:18-29), Sardis (Wahyu 3:1-6), Filadelfia
(Wahyu 3:7-13), Laodikia (Wahyu 3:14-22). Julukan pembuka “malaikat jemaat”
menurut Origenes dianggap sebagai “malaikat pelindung” namun Ephipanius
menganggapnya sebagai “penilik jemaat” atau “penatua”.
Kelebihan
Jemaat Efesus: Bertekun dalam iman dan mampu menelanjangi perbuatan para nabi
palsu yang meyelusup dan sabar menderita oleh karena nama Yesus (Why 2:2-3). Kelemahan
Jemaat Efesus: Telah kehilangan kasih yang mula-mula (Why 2:4). Apakah yang
disebut dengan την αγαπην σου την πρωτην Aαφηκες (ten agapen sou ten protoon agapekes) atau “kasih yang mula-mula?” Kasih yang mula-mula adalah pengalaman
pertama saat seseorang mengenal dan bertumbuh dalam kebenaran setelah menerima
Yesus sebagai Mesias dan Anak Tuhan.
Sebuah
pengalaman yang memberikan pengetahuan dan pengenalan serta intimasi dengan
Tuhan yang mengubah cara pandang kita mengenai hidup, sesama manusia, masa
depan, ibadah dll. Namun kasih yang mula-mula itu tidak bertahan lama karena
mulai mengalami perubahan dan kemerosotan.
Himpitan
ekonomi,
tekanan lingkungan, berbagai peristiwa yang bertubi-tubi menimbulkan kedukaan
dan kekecewaan, kehidupan yang bergelimang harta, semuanya itu dapat
menyebabkan seseorang kehilangan kasih yang mula-mula. Kitapun dapat kehilangan
kasih yang mula-mula, oleh karena itu, Rasul Paul mengingatkan, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor,
biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam
pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Rm
12:11-12).
Dengan menjaga jarak
dari persoalan-persoalan yang bertubi-tubi datang dalam kehidupan kita dan menjaga
jarak dari kehidupan materil yang bertubi-tubi mendatangi diri kita, maka kita
terhindar dari kesedihan yang mendalam ataupun kebahagiaan yang melenakkan dan
membunuh kasih kita yang mula-mula pada Tuhan.
Bacaan sebelumnya:
MIDRASHIM:
KEUTAMAAN MEMBACA KITAB WAHYU (bet-midrash.blogspot.com)
Terinakasih untuk renungannya p. Teguh H.
ReplyDelete