Dalam sebuah acara pelepasan jenazah
yang saya hadiri beberapa waktu lalu, seorang wakil keluarga memberikan
sambutan dan berkata, "Kita bakal berjumpa (kepethuk, basa Jawa) dengan
kematian di tempat yang berbeda. Bisa di rumah, di kendaraan, di kantor",
begitulah kira-kira yang terucap dalam sambutan.
Ya, tidak ada yang mengundang kematian dalam ruang kehidupan. Tapi dia selalu datang entah kapan. Dalam bahasa Paulo Coulho dalam novelnya berjudul Manucripts Found in Accra (sudah diterjemahkan dalam terbitan bahasa Indonesia, Manuskrip Yang Ditemukan di Accra) kematian adalah Unwanted Visitor alias "Tamu Tidak Diundang”.
Kita tidak bisa dan tidak perlu
menghindari diri dari “Tamu Tidak Diundang” alias maut karena ini adalah sebuah
keniscayaan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kelahiran dan kehidupan
mensyaratkan kematian sebagai pasangan abadi.
Sebenarnya bukan soal kapan kita dijumpai atau menjumpai kematian tapi seberapa benar kita telah menjalani hidup sampai tamu tidak diundang itu datang. Rasul Paul menuliskan dalam 2 Timotius 4:7 sbb:
τον αγωνα τον καλον αγωνα ηγωνισμαι τον δρομον τετελεκα την πιστιν τετηρηκα
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman”
Dalam teks Yunaninya dituliskan, Ton kalon agoona egoonismai, ton dromon teteleka,
ten pistin tetereka yang jika diterjemahkan secara literal,
“Pertarungan yang baik telah kuselesaikan, perlombaan telah kuselesaikan, iman
telah kupelihara”. Dari teks ini kita mendapatkan pemahaman bahwa kehidupan
ibarat sebuah pertandingan seumur hidup dengan akhir yang disebut kematian.
Sebagai orang yang bertanding kita harus menyelesaikan dengan baik, mencapai
garis akhir dan jangan jatuh di tengah jalan bahkan tetap memelihara keyakinan
kepada Tuhan Yang Hidup meskipun begitu banyak tekanan dan rintangan melemahkan
bahkan hendak membuat kita gagal.
Apakah selama kita hidup kita telah
melakukan perjuangan dengan sebaik mungkin, telah melakukan pertandingan hingga
garis finish serta memelihara iman dan kesetiaan pada Tuhan dan sabda-Nya? Atau
justru sebaliknya kita telah menjadi orang yang berpaling dari Anugrah Tuhan
saat akhir-akhir kehidupan kita? Apakah kita kerap melanggar sabda dan
perintah-Nya sehingga gagal mencapai garis akhir? Mengakhiri pertandingan
dengan baik atau gagal mengakhiri pertandingan dengan baik adalah sebuah
pilihan. Kita bisa memilih mengakhiri pertandingan dengan baik atau mengakhiri
dengan kekalahan.
Hidup bukan menunggu mati namun hidup
harus kita isi dengan berbagai tindakan dan karya yang membawa dampak bagi
dunia dan sesama sampai Tamu Yang Tidak diundang alias maut mendatangi.
Oleh karenanya marilah dalam waktu yang masih disediakan oleh Tuhan kita jalani dengan baik dan bertanggung jawab hingga saatnya nanti kita boleh yakin seperti Rasul Paul bahwa kita telah mengakhiri pertandingan dengan baik dan dengan yakin pula berkata, “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran (ο της δικαιοσυνης στεφανος - ho tes dikaiosunes stephanos) yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya…”(2 Tim 4:8).
Tanggal 15 September 2023 dalam kalender
Yahudi penganut Yudaisme adalah 1 Tishri 5784 yaitu jatuh Perayaan Rosh ha
Shanah. Selain dirayakan sebagai tahun baru, Rosh ha Shanah menurut Rabinik
dipercaya bahwa nasib orang benar dan orang jahat ditentukan. Orang benar tertulis
di dalam Kitab Kehidupan, dan orang jahat tertulis di dalam Kitab Kematian,
namun kebanyakan orang tidak akan dimasukkan ke dalam kedua kitab tersebut.
Mereka ini diberi waktu sepuluh hari sampai Yom Kippur untuk melakukan
pertobatan dan pemeriksaan diri dan kemudian menentukan nasib mereka. Kemudian,
pada Hari Pendamaian, setiap orang dituliskan namanya di salah satu dari dua
kitab tersebut.
Marilah kita menjalani hidup dengan
benar di waktu yang masih tersisa dan tersedia bagi kita di hari ini dan tidak
menyia-nyiakan talenta dan karunia yang kita miliki agar berguna bagi
kerajaan-Nya dan bagi sesama
Sebagaimana dikatakan dalam novel Manuskrip Yang Ditemukan di Accra
demikian, “Sang Tamu Tak Diundang menyambangi mereka yang bersedia maupun yang
tak mau berubah. Tetapi orang-orang yang mau berubah bisa berkata, “Dulu
hidupku sangat menarik. Aku tidak menyia-nyiakan berkah yang kuterima”
No comments:
Post a Comment