Dalam
sebuah kegiatan Pemahaman Kitab Suci yang dihadiri beberapa warga jemaat, saya
mengajak untuk membaca Matius 13:1-23 lantas mengajukan tiga pertanyaan yang
dipersilahkan jemaat yang ditanya mengajukan jawaban sesuai apa yang
dipahaminya.
Sebagaimana
kita ketahui teks Matius 13:1-23 berisikan percakapan dan ajaran Yesus kepada
murid-murid-Nya yang disampaikan dalam bentuk perumpaaan yaitu perihal penabur
yang menaburkan benih.
Ada
benih yang jatuh di tepi jalan dan ada pula yang jatuh di tanah berbatu dan
juga ada yang jatuh di semak-semak dan akhirnya ada yang jatuh di tanah yang
baik
Dan
kita semua sudah memahami makna perumpamaan tersebut. Kepada setiap orang yang
mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si
jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang
ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu
ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan
gembira. Tetapi ia tidak berakar dan
tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman
itu, orang itupun segera murtad. Yang
ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu
kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan
menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah
yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia
berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang
tiga puluh kali lipat
Tiga
pertanyaan yang saya lontarkan ke jemaat al., Pertama, dari jenis lokasi benih tersebut jatuh, dimanakah posisi Anda
saat ini? Tanah yang baik atau berbatu-batu atau semak atau pinggir jalan? Jawaban
pertama dijawab dengan yakin oleh masing-masing jemaat bahwa mereka adalah ibarat
tanah yang baik darimana benih firman Tuhan jatuh.Meskipun mereka menyadari
terkadang jatuh dalam kekeliruan namun meyakini bahwa hati mereka tetap tanah
yang baik tempat Sabda Tuhan bertumbuh.
Jawaban
tersebut menimbulkan pertanyaan kedua yang harus dijawab mereka.Mengapa mereka
begitu yakin bahwa hati mereka ibarat tanah yang gembur padahal mereka
terkadang gagal dan jatuh? Terkadang emosional,dikuasai kekuatiran berlebihan, belum
bisa memaafkan dsj.Jawaban mereka beragam namun benang merahnya adalah
sekalipun mereka terkadang gagal dan jatuh serta khilaf, mereka cepat menyadari
dan kembali mengambil kendali atas semua peristiwa dan tidak dikuasai oleh emosi,
hawa nafsu ataupun pengaruh eksternal. Mereka menyadari ketidaksempurnaan
melekati hidup mereka namun kesadaran untuk tetap terkoneksi dengan Yang Maha Tinggi
menjadikan mereka meyakini bahwa hati mereka adalah benih yang baik tempat
jatuhnya Sabda Ilahi yang membentuk kehidupan mereka sehari-hari.
Pertanyaan
ketiga dan terakhir saya kepada mereka adalah, pernahkah kondisi hatinya bukan
tanah yang baik melainkan dari tanah yang berbatu atau semak-semak? Dengan kata
lain apakah sejak dahulu hati kita selalu menjadi tanah yang baik dan tidak
mengalami perubahan sama sekali. Ternyata jawabannya hampir seragam bahwa
mereka pernah merasa bahwa hati mereka bukan tanah yang baik tempat benih Sabda
Ilahi jatuh untuk tumbuh. Seiring usia dan kedewasaan rohani, mereka mengalami
perubahan dan meyakini hati mereka bukan lagi tanah berbatu atau semak atau pinggir
jalan melainkan tanah yang baik.
Dari
keseluruhan diskusi dalam Pemahaman Kitab Suci yang saya pimpin dapat
disimpulkan satu perkara penting bahwasanya menjadikan hati kita sebagai tanah
yang baik sebagai tempat jatuh tumbuhnya Sabda Ilahi bukan bermakna bahwa kita
tidak pernah gagal sama sekali alias menjadi seseorang yang sempurna tanpa
cela.
Yang
penting adalah bertumbuh dan berbuah, berapapun buah yang dihasilkan. Apa yang
tumbuh dan berbuah? Bukan hanya imannya melainkan perbuatan yang bisa dilihat
dan diukur. Jika Yesus mengajar dan memerintahkan kita untuk mengasihi,
mengampuni, menolong orang lain, berkata baik, bukankah kita harus bertumbuh ke
arah yang diajarkan dan diperintahkan bukan? Itulah pertumbuhan dan itulah
buah-buah roh sebagaimana dikatakan dalam Galatia 5:22-26 sbb, “Tetapi buah Roh
ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada
hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia
telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau
kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah
kita saling menantang dan saling mendengki”.
Jika
kita gagal kita harus mencoba kembali. Jika kita jatuh kita harus bangun
kembali. Jika kita khilaf kita harus sadar kembali. Itulah tanah hati yang baik
dan gembur tempat jatuh dan tumbuhnya Sabda Ilahi. Jangan tersandera untuk
menjadi sempurna tanpa cela. Tidak ada satupun diantara kita yang sempurna
tanpa cela.
Marilah
kita menjadikan hati kita tempat yang baik untuk jatuh tumbuhnya Sabda Ilahi
yang memandu keseluruhan jalan hidup kita sehingga kita selalu menemukan cahaya
yang membimbing dalam kegelapan dan kekuatan yang menopang dalam kelemahan.
No comments:
Post a Comment