Apakah hari raya Khanukah itu? Apakah Yesus Mesias kita merayakan Khanukah? Apakah Khanukah relevan dirayakan oleh Kekristenan? Keterangan mengenai Yesus merayakan Khanukah dapat kita simak dalam kesaksian Kitab Yohanes sbb: “Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Tuhan di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Tuhan, di serambi Salomo” (Yoh 10:22-23). Tanpa pemahaman latar belakang keagamaan Yudaisme Abad 1 Ms dan latar belakang kebudayaan Yahudi pada zaman itu, maka kita akan kerap gagal memahami pesan-pesan yang tertulis dalam Kitab Perjanjian Baru karena banyak perkataan Yesus, ajaran Yesus, perumpamaan Yesus yang terekam dalam keempat Injil dibungkus dalam idiom Ibrani sekalipun dikisahkan dalam bahasa Yunani. Demikian pula surat-surat rasuli baik rasul Paul, rasul Yakobus, rasul Yudas dll.
Michael D. Marlowe dalam
artikelnya The Semitic
Style of the New Testament menjelaskan sbb: “Meskipun bahasa Kitab
Perjanjian Baru secara mendasar adalah bahasa koine atau bahasa Yunani yang umum dipergunakan saat kitab ini
dituliskan, namun para penulis Kitab Perjanjian Baru, menuliskan dalam corak Hebraik atau Semitik yang tidak sepenuhnya bersifat idiomatik Yunani.
Karakter bercorak khas ini meliputi beberapa bagian seperti, tata bahasa,
kalimat, arti kata dan ciri-ciri yang bersifat retorika suatu naskah.
Contoh-contoh khusus corak khas ini, secara kebahasaan dinamai Hebraism atau secara lebih luas, Semitism (sebuah istilah yang
meliputi pengaruh-pengaruh Aramaik sebagaimana pula Ibrani)”[1]
DR. David Stern penulis Jewish New Testament Commentary menegaskan, “Traditional rabbinic viewpoint are an
essential element to take into account in understanding the text of the New
Testament” [2](Sudut
pandang tradisional rabinik merupakan elemen dasar untuk mendapatkan pengertian
yang jelas mengenai naskah Kitab Perjanjian Baru).
Oleh karenanya dengan pendekatan latar belakang keagamaan Yudaisme
dan latar belakang kebudayaan Yahudi Abad 1 Ms maka kata Yunani τα
εγκαινιατοις ιεροσολυμοις (ta egkainiatois ierosolumois) dan kata Aramaik “dekhudata burishalem” bermakna sebuah perayaan Yahudi kuno yang
disebut dengan Khanukah.
Oleh karenannya dalam terjemahan bahasa Ibrani modern oleh Franz
Delitzh dalam Hebrew New Testament dituliskan ויהי
חנכה בירושלים (wayehi
khanukah birushalayim).
Sementara DR. David Stern dalam Complete Jewish Bible menerjemahkan dalam
bahasa Inggris dengan, “Then came Hanukkah in
Yerushalayim”.
Makna Kata Khanukah
Kata Khanukah
berasal dari kata Ibrani Khanak yang
artinya “menahbiskan” atau “menetapkan”. Beberapa kasus dimana kata Khanak dan
Khanukah muncul al.,
“Pada hari yang kedelapan mereka mengadakan
perkumpulan raya, karena mereka telah merayakan pentahbisan mezbah (khanukat hamizbeakh)selama tujuh hari, dan
perayaan Pondok Daun selama tujuh hari”. (2 Taw 7:9 )
“Sebagai korban keselamatannya kepada
YHWH Salomo mempersembahkan dua puluh dua ribu ekor lembu sapi dan seratus dua
puluh ribu ekor kambing domba. Demikianlah raja dan segenap Israel mentahbiskan rumah YHWH itu (wayakhneu et bet YHWH)”
(1Raj 8:63 )
“Untuk pentahbisan rumah Tuhan ini (lehaqrivu khanukat bet Elaha denah)
mereka mempersembahkan lembu jantan seratus ekor, domba jantan dua ratus ekor
dan anak domba empat ratus ekor; juga kambing jantan sebagai korban penghapus
dosa bagi seluruh orang Israel dua belas ekor, menurut bilangan suku Israel”. (Ezr 6:17)
Latar Belakang Historis
Perayaan Khanukah Modern berasal dari sebuah peristiwa sejarah Israel di
Abad VII sM tepatnya Desember (Kislew) 164 sM. Tahun tersebut merupakan tahun
penting kemenangan peperangan dan perlawanan yang dilakukan oleh Yehuda Makabbe
(Judas Macabeus) untuk melawan Anti Semitisme yang diberlakukan oleh Anthiokus
Ephiphanes dari Wangsa Seleukus yang menguasai Syria saat berupaya melakukan
proses Helenisasi (Yunanisasi
pemikiran dan kebudayaan dalam keseluruhan aspek kehidupan wilayah yang
dikuasainya) terhadap orang-orang Yahudi. Perang besar lainnya dalam sejarah
Yahudi terjadi pada tahun 135 Ms di bawah kepemimpinan Simon Barkhokhba.
Saat Anthiokus Epiphanes berkuasa tahun
167 sM, dia berusaha menaklukan Yerusalem dan Bait Suci. Ketika dia berhasil
merebut Bait Suci, dia melakukan kenajisan dengan membuang darah babi di dalam
Bait Suci serta mendirikan patung dewa Yupiter sebagai pusat penyembahan.
Kejadian ini menyedihkan umat Yahudi
dan di bawah kepemimpinan Yehuda Makabee disiapkan sebuah taktik perlawanan
gerilya untuk merebut kembali Bait Suci. Dalam pertempuran gemilang di musim
dingin di bulan Desember tahun 164 Yehuda Makabee dengan pasukannya yang
jumlahnya jauh lebih kecil dari pasukan Syria berhasil memukul mundur prajurit
musuh dan merebut Bait Suci.
Karena hari sudah petang dan harus
menyalakan menorah yang ada di Bait Suci serta membersihkan berbagai patung
dewa-dewa, maka dibutuhkan minyak untuk menyalakan api. Sayangnya minyak yang
tersedia hanya cukup untuk satu atau dua hari. Dan untuk membuat minyak baru
dibutuhkan sekitar 8 hari. Mukjizat terjadi bahwa menorah tetap menyala sampai
8 hari lamanya hingga orang-orang Yahudi mampu membuat minyak yang baru.
Peristiwa mukjizat tersebut diperingati
sejak saat itu hingga kini dengan sebutan Khanukah yang ditandai dengan
penyalaan lilin selama 8 hari di setiap rumah tangga Yahudi. Masing-masing hari
menyalakan satu lilin hingga hari ke delapan lilin menyala semuanya.
Ada pararelisasi antara perayaan Khanukah dengan Christmass oleh Kekristenan di bulan Desember dimana penggunaan
lilin menjadi bagian yang utama. Apakah Perayaan Christmass merupakan perayaan yang dipengaruhi tradisi perayaan
Khanukah Yahudi? Atau sebuah upaya kontekstualisasi Kekristenan Barat untuk
membuang unsur pagan dalam perayaan Natalis
Sol Invicti yang dirayakan pada tanggal 25 Desember?[3]
Atau penggabungan keduanya yaitu sebuah upaya kontekstualisasi ibadah pagan
Romawi yaitu perayaan ulang tahun dewa matahari yang semula dirayakan orang
Romawi penyembah berhala untuk kemudian didedikasikan bagi Yesus Sang Mesias
oleh orang Romawi Kristen dengan mengadaptasi nilai-nilai dalam perayaan Yahudi
yaitu Khanukah?
Perayaan Berlapis Makna
Kita tinggalkan sejenak kontroversi
siapa yang mempengaruhi siapa (Khanukah
mempengaruhi Christmass atau Natalis Sol Invicti mempengaruhi
Christmas). Kita renungkan dengan seksama lapisan makna dari perayaan Khanukah
tersebut.
Perayaan Terang
Karena Khanukah berpusatkan pada penyalaan Menorah sebanyak 9 buah (Khanukiah) dimana lilin yang ditengah
yang disebut Shamash menjadi sumber penyalaan lilin lainnya. Maka perayaan Khanukah adalah perayaan Terang
Perayaan Kemenangan
Melawan Anti Semitisme
Peristiwa kemenangan Yehuda Makabee
sebagai panglima perang Yahudi melawan pasukan Anthiokus Epifanes merupakan
peristiwa kemenangan melawan Anti Semitisme dan Helenisme.
Perayaan Mukjizat
Peristiwa menorah menyala selama
delapan hari sekalipun persediaan minyak hanya cukup untuk satu hari merupakan
mukjizat dan intervensi Tuhan yang menunjukkan kuasa dan pemeliharaannya
terhadap bangsa Yahudi dan keberlanjutan Yudaisme yang berpusatkan pada YHWH
dan Torah-Nya. Semboyan yang terkenal saat Khanukah
adalah, Nesh Gadol Shamah (Ada
perbuatan ajaib di sana)
Relevansi Bagi
Kekristenan
Apakah Kekristenan perlu dan relevan
merayakan Khanukah? Indonesian Judeochristianity Institute
(IJI) yang menggulirkan Teologi Judeochristianity[4]
di Indonesia memiliki tugas untuk melakukan restorasi dan rekonstruksi
pilar-pilar ibadah Kekristenan perdana yang berakar pada Yudaisme pra modern.
Sebagaimana Indonesian Judeochristianity Institute (IJI) mengangkat relevansi
ibadah harian tiga kali sehari (Tefilah Sakharit, Minkhah, Maariv), ibadah
pekanan (Sabat), ibadah bulanan (Rosh Qodesh), ibadah perayaan tahunan (Sheva
Moedim) sebanyak tujuh perayaan, maka perayaan Khanukah sekalipun di luar Tujuh Hari Raya yang ditetapkan YHWH,
tetap dapat diadaptasi dan diberlakukan dalam ibadah Kekristenan mazhab
Judeochristianity.
Bagi Kekristenan mazhab Judeochristianity, Khanukah merupakan
momentum untuk merayakan hal-hal berikut: Perayaan
penegasan pada dunia pada umumnya dan bangsa Yahudi khususnya bahwa Yesus Sang
Mesias (adalah Terang Dunia. Yesus bersabda, "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku,
ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang
hidup”. Yesus adalah “Terang Dunia” (or ha olam, Ibr – nuhreh d’alama, Arm –
phos tou kosmou, Yun) dan barangsiapa mengikut Yesus mereka tidak akan berjalan
dalam kegelapan melainkan berjalan dalam terang. Mengapa demikian? Karena Yesus
adalah Anak Tuhan yaitu Firman Tuhan YHWH yang menjadi manusia (Yoh 1:14, Ibr
1:1-3), maka sebagaimana Tuhan YHWH Sang Bapa adalah Terang maka di dalam Yesus
Terang Sang Bapa itu sampai pada kita dan berdiam dalam diri kita.
Tanpa cahaya, kita akan kesulitan dalam
menentukan jalan yang kita lalui ini benar atau salah. Saya masih ingat saat
saya masih SMU dan aktif dalam kegiatan kepramukaan. Sebelum mencapai
tingkatan-tingkatan dalam kepramukaan saya biasanya menjalani jurit malam
dimana saya dan teman-teman harus menempuh jalanan pedesaan yang gelap
semalaman hanya dengan bimbingan lilin ditangan. Tanpa lilin di tangan,
berjalan serasa sendirian dan mengalami disorientasi serta takut jikalau
menabrak sesuatu yang mengancam keselamatan. Betapa pentingnya nyala sebuah
lilin dalam perjalanan yang dikepung kegelapan.
Dalam kehidupan yang kita jalani, kita
kerap berada dalam situasi kegelapan dan disorientasi. Kita tidak tahu harus
berbuat apa dan hendak kemana kita melangkah. Kita disergap kebuntuan dan
kegalauan dalam mengambil keputusan.
Jika kita bersama Yesus dan tinggal di
dalam Yesus, maka kita telah tinggal di dalam Sang Bapa karena Yesus bersabda, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan
menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam
bersama-sama dengan dia” (Yoh 14:23). Jika kita tinggal di dalam Yesus
maka Terang Yesus akan membimbing seluruh langkah kehidupan kita sehingga kita
terhindar dari menempuh jalan yang keliru nan menyesatkan.
Ketika seseorang berada dalam kegelapan
dan kebuntuan ekonomi, mereka akan melakukan jalan pintas dengan melakukan
pekerjaan yang melanggar hukum dan norma agama. Ketika seseorang kehilangan
orang yang dikasihinya dan gagal mengiklaskan kepergiannya maka kehidupannya
akan dihantui rasa bersalah dan kesedihan. Ketika seseorang gagal mengendalikan
emosi kejiwaannya karena kegagalan dalam bekerja, gagal membangun rumah tangga,
gagal memelihara hubungan cinta kasih maka dirinya tergoda untuk melakukan
tindakan bunuh diri. Semua kasus di atas menunjukkan bahwa kita kerap menemui
kegelapan dalam menjalani hidup.
Tanpa kehadiran Yesus di hati kita yang
kita pelihara melalui ibadah harian dan mendengarkan sabda-sabdanya, maka kita
akan kehilangan terang yang membuat kita gagal menempuh jalan yang benar. Jika
Yesus bersama dan tinggal di dalam diri kita maka terang Yesus akan mencegah
kita menempuh perbuatan yang mencerminkan kegelapan dan kebinasaan.
Perayaan penegasan pada dunia untuk melawan segala bentuk Antisemitisme. Anti Semitisme modern terjadi saat
Hitler memusnahkan keberadaan 6 juta orang Yahudi di Jerman melalui Pogrom
yaitu memasukkan dalam kamar gas untuk meracuni orang Yahudi hingga tewas.
Peristiwa tersebut dikenal dengan sebutan Holocaust (Shoah, Ibr). Presiden
Ahmadinejad dalam beberapa kali kesempatan kerap meragukan peristiwa tersebut
dan menyebutnya sebagai mitos dan isapan jempol yang diciptakan Yahudi. Namun
berbagai bukti dan kajian yang dapat disimak dalam berbagai chanel televisi
seperti National Geographic Channel dan History telah menggugurkan upaya untuk
mengaburkan tindakan keji terhadap kemanusiaan tersebut.
Judeochristianity
bukan pembela negara Israel modern, bukan pula pembela Zionisme, bukan pembela
segala kepentingan Israel secara politis, bukan pula alat propaganda Israel
secara politis[5].
Namun Judeochristianity pun menentang
segala bentuk kejahatan kemanusiaan dan kebencian ras yang diekpresikan dalam
bentuk Anti Semitisme[6].
Mengapa kita harus menjauhkan dari
segala bentuk Anti Semitisme? Pertama,
Yesus Sang Mesias secara kemanusiaan adalah Yahudi[7]
(Ibr 7:14). Jika kita membenci Yahudi dengan mengikuti opini dunia membenci
Yahudi, maka kita pun turut membenci Mesias kita yang Yahudi. Kedua, melalui bangsa Yahudi kita
menerima keselamatan (Yoh 4:22) yaitu Yesus Sang Mesias. Ketiga, melalui bangsa
Yahudi kita menerima harta rohani (Rm 15:27) yaitu Torah.
Perayaan penegasan pada dunia dan bangsa Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias
yang dijanjikan yang menggenapi nubuatan para nabi. Dalam percakapan Yesus dengan orang
Yahudi di Bait Suci yang terjadi saat
perayaan Khanukah, terkait dengan pembuktian apakah Yesus Mesias atau bukan, “Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia
dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup
dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias,
katakanlah terus terang kepada kami” (Yoh 10:24). Dan Yesus memberikan
jawaban, “Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi
kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku,
itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku” (Yoh 10:25).
Perayaan Khanukah dalam konteks Kekristenan khususnya mazhab Judeochristianity sebagai penegasan dan
panggilan bagi bangsa Yahudi yang belum menerima Yesus sebagai Mesias bahwa di
dalam Yesus terdapat kepenuhan nubuatan para nabi dalam TaNaKh[8].
Dan saat Yesus bertanya mengenai siapakah dirinya di muridnya khususnya Petrus
dan ketika Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Tuhan Yang Hidup” (Mat 16:16),
beliau membenarkan dengan mengatakan, “Berbahagialah
engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan
Bapa-Ku yang di sorga” (Mat 16:17).
Barney Kasdan memberikan komentar
terhadap jawaban Yesus, “the answer to
this very appropriate question is contained in Yeshua’s hanukkah message. He
clearly reiterates his claim and the proof of his Messiahship” (John 10:25-39)”[9]
(jawaban terhadap pertanyaan yang tepat tersebut terdapat dalam pesan Khanukah
Yesus. Dia secara tegas mengulangi pernyataannya dan membuktikan
kemesiasannya).
Ada sejumlah anggapan yang salah
diantara komunitas Kekristenan yang kembali ke akar Ibrani dengan mengatakan,
“kita tidak perlu memberitakan Injil kepada orang Yahudi karena mereka telah
memperoleh keselamatan dan lebih mengetahui Torah lebih dari kita”. Ini
pernyataan yang bertentangan dengan keseluruhan kesaksian dalam Kitab Kisah
Rasul dimana para rasul memberitakan kematian dan kebangkitan Yesus sebagai
Mesias dan Anak Tuhan baik kepada bangsa Yahudi dan non Yahudi.
Jika pekabaran Injil kepada bangsa
Yahudi tidak diperlukan, lalu untuk apa Apolos seorang yang fasih berdiskusi
mengenai topik-topik keagamaan harus bersusah payah meyakinkan orang Yahudi
bahwa Yesus adalah Mesias sebagaimana dikatakan, “Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus
mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia.
Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Tuhan, menjadi seorang yang
sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah
Mesias”(Kis 18:27-28).
Jika pekabaran Injil kepada bangsa
Yahudi tidak diperlukan, lalu untuk apa paulus dan Silas memberitakan Yesus
sebagai Mesias di sinagoga Yahudi sebagaimana dikatakan, “Paulus dan Silas
mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia dan tiba di Tesalonika. Di situ
ada sebuah rumah ibadat orang Yahudi. Seperti biasa Paulus masuk ke rumah
ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka
bagian-bagian dari Kitab Suci. Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan,
bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia
berkata: "Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu” (Kis
17:1-3)
Perayaan Mukjizat
Manusia membutuhkan mukjizat. Mukjizat
adalah wujud intervensi Tuhan atas kesulitan yang dihadapi manusia dengan
tujuan membuktikan keberadaan dan kekuasaan Tuhan. Kitab TaNaKh menampilkan
kisah-kisah mukjizat Tuhan membelah laut Teberau, menyediakan Manna di padang
gurun bagi leluhur Israel, mengeluarkan air di bukit karang di masa dan Meriba,
tulah-tulah yang dikirmkan YHWH terhadap Mesir yang tidak dapat ditandingi oleh
para ahli sihir Mesir, kemenangan pasukan Gideon yang berjumlah 300 mengalahkan
ribuan pasukan musuh Israel, dll. Kitab Perjanjian Baru berisikan mukjizat dan tindakan
YHWH di dalam dan melalui Yesus Putra-Nya yang Tunggal. Membangkitkan orang
mati, menyembuhkan berbagai sakit penyakit, mengusir roh-roh jahat.
Mukjizat yang sama dirasakan oleh
orang-orang Yahudi di zaman Yehuda Makabee saat minyak yang hanya mampu
menyalakan menorah selama satu hari akhirnya mampu bernyala selama delapan
hari. Nesh Gadol Shamah (ada
perbuatan ajaib di sana) adalah semboyan yang selalu diucapkan saat perayaan Khanukah untuk menandai peringatan
perbuatan ajaib Tuhan bagi umat-Nya tersebut.
Perayaan Khanukah menjadi momentum bagi kita untuk meminta mukjizat Tuhan
atas berbagai kebutuhan yang kita perlukan. Perayaan Khanukah menjadi momentum
mukjizat Tuhan menolong rumah tangga kita yang hendak diambang kehancuran.
Perayaan Khanukah menjadi momentum
mukjizat Tuhan membuka pintu rezeki dan menyelamatkan kita dari krisis keuangan
dan jeratan hutang piutang. Perayaan Khanukah
menjadi momentum mukjizat Tuhan bagi mereka yang telah bertahun-tahun meminta
seorang anak untuk menyempurnakan kehidupan sebuah keluarga. Perayaan Khanukah menjadi momentum mukjizat Tuhan
mempertemukan kita dengan jodoh yang kita harapkan selama ini. Perayaan Khanukah menjadi momentum mukjizat Tuhan
menolong kita dari jeratan fitnah yang menjerumuskan kita pada sejumlah kasus
pidana. Perayaan Khanukah menjadi momentum mukjizat Tuhan menolong anak, suami,
istri, orang tua yang sedang terancam maut oleh penyakit mematikan. Dan masih
ada sejumlah persoalan yang membutuhkan mukjizat dan intervensi Tuhan di
dalamnya.
Mari kita jadikan perayaan Khanukah sebagai momentum mukjizat Tuhan
menyentuh dan mengintervensi kehidupan kita sehingga kita mengalami kekuatan
dan kegairahan baru yang membuat kita semakin menghayati keberadaan dan
kedaulatan Tuhan atas kehidupan kita.
[1] Michael Marlowe, The Semitic Style of the New Testament
[2] DR. David Stern, Jewish New
Testament Commentary JNTP, 1998, p. 33
[3] Teguh Hindarto, Benarkah Yesus Lahir Pada Tanggal 25
Desember?
https://pijarpemikiran.blogspot.co.id/2012/01/benarkah-yesus-sang-mesias-lahir-pada.html
[4] Simak kajian dan penjelasan
saya terkait Judeochristianity sbb:
Teguh Hindarto, Judeochristianity (Kristen Yahudi): Pemahaman Terminologis)
https://pijarpemikiran.blogspot.co.id/2012/02/kristen-yahudi-judeo-christianity.html
Teguh Hindarto, Judeochristianity: Dimana Kita Berdiri Dalam Sejarah Gereja?
https://pijarpemikiran.blogspot.co.id/2012/07/judeochristianity-dimana-kita-berdiri_21.html
[5] Teguh Hindarto, Berdoalah Untuk Kedamaian Yerusalem
https://pijarpemikiran.blogspot.co.id/2012/11/berdoalah-untuk-kedamaian-yerusalem.html
[6] Teguh Hindarto, Antisemitisme
https://pijarpemikiran.blogspot.co.id/2011/02/antisemitisme.html
[7] Teguh Hindarto, Yesus, Yahudi,
Yudaisme
https://pijarpemikiran.blogspot.co.id/2011/03/yesus-yahudi-yudaisme.html
[8] Teguh Hindarto, Yesus dan Konsep Mesias Dalam TaNaKh dan
Literatur Rabbinik
https://pijarpemikiran.blogspot.co.id/2011/10/yesus-dan-konsep-mesias-dalam-tanakh.html
[9] Barney Kasdan, God’s Appointed Times: A Practical Guide for
Understanding and Celebrating the Biblical Holliday, Baltimore: Messianic
Jewish Publisher 1993, p. 114
Silahkan Anda membaca artikel saya berikut ini untuk ayat yang dikutip sepenggal tersebut
ReplyDeletehttp://bet-midrash.blogspot.co.id/2011/09/apakah-torah-telah-dibatalkan-menurut.html?m=1