Meditasi dan Refleksi Januari 2018
Kita
tentu pernah mendengar istilah tabula rasa bukan? Tabula rasa adalah
ungkapan Latin yang sering diterjemahkan sebagai “blank slate” (batu
tulis kosong) dalam bahasa Inggris dan berasal dari tabula Romawi yang
digunakan untuk mencatat yang dituliskan dengan memanaskan lilin dan
kemudian menghaluskannya.
Sebelum
berkembang menjadi teori filsafat pendidikkan yang dipopulerkan oleh
John Locke, konsep ini telah dimulai sejak Aristoteles, filsuf Yunani
dalam karyanya Peri Psuches (On the Soul) lalu dikembangkan kembali oleh
filsuf mazhab Stoa kemudian filsuf Persia Avicenna lantas filsuf
Andalusia Ibn Tufail hingga teolog Kristen Abad Pertengahan Thomas
Aquinas. John Locke (1632-1704) secara khusus menjelaskan konsep tabula
rasa-nya dalam buku Essay Concerning Human Understanding.
Dalam
filosofi Locke, tabula rasa adalah teori bahwa pikiran (manusia) ketika
lahir berupa “kertas kosong” tanpa aturan untuk memroses data, dan data
yang ditambahkan serta aturan untuk memrosesnya dibentuk hanya oleh
pengalaman alat inderanya. Pendapat ini merupakan inti dari empirisme
Lockean. Anggapan Locke, tabula rasa berarti bahwa pikiran individu
“kosong” saat lahir, dan juga ditekankan tentang kebebasan individu
untuk mengisi jiwanya sendiri. Setiap individu bebas mendefinisikan isi
dari karakternya - namun identitas dasarnya sebagai umat manusia tidak
bisa ditukar. Dari
asumsi tentang jiwa yang bebas dan ditentukan sendiri serta
dikombinasikan dengan kodrat manusia inilah lahir doktrin Lockean
tentang apa yang disebut alami.
Tahun baru yang kita masuki saat ini ibarat kertas kosong nan baru yang siap kita isi dengan pikiran, tindakkan, karya dan prestasi yang tertunda untuk kita realisasikan di tahun-tahun sebelumnya.
Kita
memiliki kebebasan untuk memilih hendak menorehkan kebaikkan atau
keburukkan pada kertas putih kehidupan. Jika buku lama kita penuh
catatan keburukkan, inilah saatnya menutup buku lama dan memulai
menuliskan kebaikkan yang baru. Menuliskan keburukkan dalam hidup kita
sama buruknya dengan membiarkan kehidupan kita ditentukkan oleh orang
lain dan bukan diri kita sendiri.
Tiap-tiap
kehidupan yang kita jalani meninggalkan jejak di belakang kita.
Sebagaimana kita saat menyusuri tepian pantai berpasir, maka kita akan
melihat jejak-jejak kaki kita mengikuti langkah di belakang kita.
Ketika
seseorang menceritakan tentang perilaku buruk seseorang akibat
melakukan tindakan yang melanggar norma atau melakukan pekerjaan yang
harus berhadapan dengan hukum karena melanggar aturan, itulah bukti
bahwa kehidupan yang kita jalani selalu meninggalkan jejak yang terbaca
oleh khalayak.
Ketika
seseorang menceritakan kebaikkan orang yang meskipun sudah meninggal
namun meninggalkan kisah kehidupan yang inspiratif dan mendorong orang
lain untuk berbuat kebaikkan dan bermanfaat bagi orang banyak, itulah
bukti bahwa kehidupan yang dijalani seseorang meninggalkan bekas yang
terdokumentasi dalam memori masyarakat.
Semua
mengisahkan perihal jejak kehidupan yang sudah mereka tinggalkan, baik
atau buruk. Semua kenyataan itu membuktikan bahwa kehidupan seseorang
selalu meninggalkan jejak dan bekas yang tertinggal di dalam relasi dan
interaksi sosial dengan orang lain. Jika kehidupan yang kita jalani
sudah pasti meninggalkan jejak dan bekas, maka sudah selayaknya kita
meninggalkan jejak kehidupan yang baik dan bermanfaat bukan?
Meninggalkan
jejak kehidupan yang baik adalah pilihan dan keputusan seseorang dan
bukan datang dengan sendirinya dalam hati kita. Seseorang bisa memilih
untuk meninggalkan jejak kehidupan yang baik atau jejak kehidupan yang
buruk. Orang benar (tsadiq) atau orang beriman (maaminim) tentulah harus
meninggalkan jejak kehidupan yang baik sebagaimana dikatakan, ארח לצדיק
מישׁרים ישׁר מעגל צדיק תפלס - orakh latsadiq mesharim, yashar me’agal
tsadiq tefales (Jejak orang benar adalah lurus, sebab Engkau yang
merintis jalan lurus baginya, Yes 26:7).
Jika
Daud berkata, בידך עתתי - Beyadka itotay (masa hidupku ada dalam
tangan-Mu-Mzm 31:16), marilah kita tuliskan berbagai kebaikkan pada sisa
waktu yang disediakkan Tuhan bagi kita agar kita meninggalkan jejak
kebaikkan dalam lintasan tahun yang dikenang orang selamanya dan membawa
manfaat bagi kemanusiaan.
Selamat Memasuki Tahun 2018 dan menorehkan karya dan kebaikkan bagi sesama sebagai jalan memuliakan Tuhan.
No comments:
Post a Comment