Niccolo Paganini, seorang pemain biola yang terkenal di abad 19, memainkan konser untuk para pemujanya yang memenuhi ruangan. Dia bermain biola dengan diiringi orkestra penuh.
Tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai
membasahi dahinya tapi dia meneruskan memainkan lagunya. Kejadian yang sangat
mengejutkan senar biolanya yang lain pun putus satu persatu hanya meninggalkan
satu senar, tetapi dia tetap main.
Ketika para penonton melihat dia hanya
memiliki satu senar dan tetap bermain,mereka berdiri dan berteriak, “Hebat, hebat.” Setelah tepuk tangan
riuh memujanya, Paganini menyuruh mereka untuk duduk. Mereka menyadari tidak
mungkin dia dapat bermain dengan satu senar.
Paganini memberi hormat pada para
penonton dan memberi isyarat pada dirigen orkestra untuk meneruskan bagian
akhir dari lagunya itu. Dengan mata berbinar dia berteriak, “Peganini dengan satu senar.” Dia
menaruh biolanya di dagunya dan memulai memainkan bagian akhir dari lagunya
tersebut dengan indahnya.
Tokoh hakim-hakim Israel bernama Samson melakukan
tindakkan ajaib sekalipun hanya dengan tulang rahang keledai yang tidak berarti
untuk mengalahkan seribu orang Filistin sebagaimana dikatakan, “Kemudian ia menemui sebuah tulang rahang keledai yang
masih baru, diulurkannya tangannya, dipungutnya dan dipukulnya mati seribu
orang dengan tulang itu” (Hak 15:15).
Senar biola dalam hidup kita mungkin ada yang putus atau tidak lagi kokoh
sehingga mendukung suara kehdupan yang harmoni. Apa yang ada di tangan kita
hari ini mungkin hanya segenggam tulang. Bukan alasan bagi kita untuk menyerah
dan berhenti menjalani dan memainkan musik kehidupan.
Jika Paganini bisa
memainkan biolanya sekalipun salah satu senar penopang harmoni nada lagunya
putus. Jika Samson dapat mengalahkan seribu orang Filistin dengan rahang
keledainya. Demikian pula kita dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang
mungkin hari-hari ini kita miliki karena kita kehilangan pendapatan, kehilangan
pekerjaan, kehilangan jabatan, kehilangan masa depan, kehilangan anggota
keluarga, kehilangan harta benda dan kehilangan lainnya.
Apapun itu, kehidupan
harus tetap berlanjut. Bukan mundur tapi maju. Show must go on (pertunjukkan harus jalan terus). Jika Tuhan
beserta kita, maka apapun dapat kita jalani dan hadapi.
No comments:
Post a Comment