Mereka yang menggemari
film Mandarin era tahun 1960-1970-an tentu pernah menyaksikan film berjudul, Love Without End (Bo Liao Qing) yang
ditayangkan tahun 1961dan 1970 dengan tokoh utama dalam kisah romantika
tersebut bernama Li Qingging (diperankan Linda Lin Dai, 1961 dan Jenny Hu,
1970) dan Tan Pen Nian (diperankan Guan Shan, 1961 dan Ling Yun, 1970).
Terlepas dari kisah romantikanya, lagu yang menjadi populer dinyanyikan dan menjadi judul film tersebut adalah yaitu Bo Liao Qing dimana salah satu penggalan baitnya berbunyi, Wang bu liao yu zhong di san bu (Bagaimana aku bisa melupakkan saat kita berjalan di tengah hujan) / Ye wang bu liao na feng li di yong bao (dan bagaimana aku bisa melupakkan kita berpelukkan dalam angin).
Terlepas dari kisah romantikanya, lagu yang menjadi populer dinyanyikan dan menjadi judul film tersebut adalah yaitu Bo Liao Qing dimana salah satu penggalan baitnya berbunyi, Wang bu liao yu zhong di san bu (Bagaimana aku bisa melupakkan saat kita berjalan di tengah hujan) / Ye wang bu liao na feng li di yong bao (dan bagaimana aku bisa melupakkan kita berpelukkan dalam angin).
Zaman telah berubah. Kita hidup di era digital dimana segala sesuatu telah
bersifat cepat dan efisien akibat perkembangan teknologi khususnya teknologi
informasi. Ruang sosial virtual terbentuk yang tidak harus mensyaratkan
interaksi sosial visual yaitu melalui jejaring media sosial. Remaja dan dewasa
berjumpa pasangannya di dunia maya dan menghabiskan komunikasi dan interaksi
mereka terkadang di dunia virtual tinimbang di dunia visual.
Padahal, ruang
visual dan menjalani kebersamaan menjadi sebuah kesempatan untuk saling
mengenal kepribadian masing-masing satu diantara yang lain. “Berjalan di tengan
hujan” dan “berpelukkan dalam angin” dalam penggalan lagu tersebut bukan hanya
memperlihatkan sebuah pengalaman persentuhan dengan dunia visual yang nyata
namun juga memperlihatkan tumbuhnya intimasi dan pengenalan kepribadian satu
sama lain saat mengalami peristiwa yang sama yaitu hujan dan angin.
Pengalaman-pengalaman yang sama ini akan membentuk kenangan-kenangan manis di
alam bawah sadar sehingga saat pasangan suami istri yang tidak muda lagi
terjebak dalam lingkaran perselisihan, mereka dapat mengingat
peristiwa-peristiwa yang mempersatukan mereka di masa lalu.
Itulah sebabnya
saat seorang pria menjalin hubungan khusus dengan seorang wanita demikian
sebaliknya, sebelum memasuki bahtera rumah tangga, hendaklah betul-betul
mengenal kepribadian satu sama lain melalui interaksi sosial secara visual dan
di ruang-ruang sosial dalam sebuah kebersamaan.
Momentum kebersamaan menjadi
kesempatan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan masing-masing untuk saling
melengkapi sehingga menjadi rumah tangga yang harmonis di kemudian hari.
"Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!" (Pengkt 4:9-10)
No comments:
Post a Comment