Rosh ha Shanah Dalam Perspektif Yudaisme
Rosh
Hashanah, Tahun Baru Yahudi, adalah salah satu hari tersuci dalam
Yudaisme. Arti literalnya adalah "kepala tahun" atau "tahun
pertama", sebuah perayaan yang dimulai pada hari pertama bulan Tishri,
bulan ketujuh dalam kalender Ibrani, yang jatuh selama September (akhir) atau
Oktober (awal).
Sumber:
https://www.hebrew4christians.com
Rosh
Hashanah juga diperingati sebagai penciptaan dunia dan menandai dimulainya
Yamim Noraim (Hari-hari Menakjubkan),
sebuah periode selama 10 hari introspeksi dan pertobatan (aseret yemei ha teshuvah) yang memuncak pada hari raya Yom Kippur,
yang juga dikenal sebagai Hari Pendamaian. Rosh
Hashanah dan Yom Kippur adalah
dua Hari Raya Suci dalam Yudaisme.
Istilah Rosh Hashanah sebenarnya tidak disebutkan secara eksplisit dalam
Torah dan muncul dengan sebutan yang berbeda dalam Kitab TaNaKh. Meskipun hari
raya itu kemungkinan besar didirikan pada abad VI sM, frasa Rosh Hashanah muncul untuk pertama
kalinya dalam Mishnah, tafsir dan
komentar hukum Yahudi yang disusun pada tahun 200 Ms.
Ketika Tuhan YHWH menetapkan
perayaan-perayaan yang harus diselenggarakan oleh Bangsa Israel, di antara hari
raya Shavuot dan Yom Kippur adalah Peniupan Sangkakala/Serunai atau Shofar sebagaimana dikatakan, “YHWH berfirman kepada Musa: Katakalanlah
kepada orang Israel begini: dalam bulan ketujuh, pada tanggal satu bulan itu,
kamu harus megadakan perhentian penuh yang diperingati dengan meniup serunai,
yakni hari pertemuan kudus” (Im 23:23-24)
Dahulu kala, kalender Ibrani dimulai
dengan bulan Nisan (Kel 12:2) namun Rosh Hashanah terjadi pada awal Tishri,
ketika Tuhan YHWH telah menciptakan dunia, sebagaimana diyakini dalam tradisi
Yahudi. Untuk alasan ini, Rosh Hashanah
dapat dilihat sebagai hari lahir dunia daripada Tahun Baru dalam arti sekuler.
Mishna
(Sanhedrin 38b) sebuah literatur Yudaisme yang berisikan tafsir dan aturan
hukum menjelaskan asal-usul keyakinan bahwa bulan Tishri adalah hari lahir
dunia karena kata Ibrani Bereshit
(pada mulanya) dalam Kitab Kejadian 1:1 jika dibalik akan berbunyi aleph be Tishri (pada 1 Tishri)
Sumber:
https://www.hebrew4christians.com
Mishna juga menggambarkan
tiga "tahun baru" lainnya dalam kalender Yahudi selain Rosh Hashanah. Tanggal 1 Nisan digunakan
untuk melanjutkan siklus bulan dan mengukur durasi pemerintahan raja. Tanggal 1
Elul menyerupai awal tahun fiskal modern
dan menentukan persepuluhan hewan untuk persepuluhan atau pengorbanan. Tanggal
15 Shevat menghitung umur pohon penghasil buah dan sekarang dirayakan sebagai
hari libur kecil Tu B’Shevat.
Menurut
tradisi Yahudi, Tuhan menilai semua makhluk selama 10 Hari Menakjubkan (yamim noraim) antara Rosh Hashanah dan Yom Kippur, untuk memutuskan apakah mereka akan hidup atau mati di
tahun mendatang. Hukum Yahudi mengajarkan bahwa Tuhan YHWH menuliskan nama-nama
orang benar dalam “kitab kehidupan” (sefer
hakhayim) dan orang fasik di “kitab kematian” (sefer hamawet) saat perayaan Rosh Hashanah; orang yang termasuk
dalam dua kategori memiliki waktu sampai Yom Kippur untuk melakukan teshuvah (pertobatan)
Konsekwensinya, orang-orang Yahudi
yang taat menganggap Rosh Hashanah
dan hari-hari di sekitarnya sebagai waktu untuk berdoa, perbuatan baik,
merenungkan kesalahan masa lalu dan menebus kesalahan terhadap orang lain.
Karakter Simbolik Perayaan Rosh ha
Shanah
Tidak seperti perayaan Tahun Baru
modern, yang sering kali merupakan pesta yang riuh, Rosh Hashanah adalah hari perayaan yang tenang dan kontemplatif.
Karena teks Yahudi berbeda pada lamanya festival, Rosh Hashanah dirayakan selama satu hari oleh beberapa denominasi
dan selama dua hari oleh yang lain. Bekerja dilarang, dan orang Yahudi yang
religius menghabiskan sebagian besar waktu perayaannya dengan menghadiri
sinagoga. Para rabi dan jemaah mereka membaca dari buku doa khusus yang dikenal
sebagai machzor selama Rosh Hashanah dan Yom Kippur.
Bunyi shofar — terompet yang dibuat dari tanduk domba jantan — adalah
bagian penting dan simbolik dari Rosh
Hashanah dan Yom Kippur. Ratapan
kesedihan dan nada instrumen kuno berfungsi sebagai panggilan untuk pertobatan
dan pengingat bagi orang Yahudi bahwa Tuhan YHWH adalah raja mereka.
Tradisi mengharuskan peniup shofar untuk memainkan empat set nada
pada Rosh Hashanah: Tekiah, tiupan
panjang; Shevarim, tiga tiupan
pendek; Teruah, sembilan tiupan
staccato; dan Tekiah Gedolah, tiupan
yang sangat lama. Karena kedekatan ritual ini dengan Rosh Hashanah, maka hari raya ini juga dikenal sebagai Yom Truah — hari dibunyikannya shofar.
Setelah kebaktian keagamaan di
sinagoga selesai, banyak orang Yahudi pulang ke rumah untuk makan malam yang
meriah dengan sarat simbolisme dan tradisi. Beberapa memilih untuk mengenakan
pakaian baru atau khusus dan menghiasi meja mereka dengan seprai halus dan
pengaturan tempat sebagai pengakuan atas signifikansi Rosh Hashanah. Acara
makan biasanya dimulai dengan penyalaan dua lilin dan menampilkan makanan yang
mewakili harapan positif untuk tahun baru.
Apel dan madu, adalah satu kebiasaan Rosh Hashanah yang paling populer yaitu
dengan memakan irisan apel yang dicelupkan ke dalam madu, terkadang setelah
mengucapkan doa khusus. Orang Yahudi kuno percaya bahwa apel memiliki khasiat
penyembuhan, dan madu menandakan harapan bahwa tahun baru akan terasa manis.
Makanan Rosh Hashanah biasanya mencakup bermacam-macam camilan manis untuk
alasan yang sama.
Pada hari Shabbat dan hari raya
lainnya, orang Yahudi makan roti dari roti berbentuk jalinan tradisional yang
dikenal sebagai Khallah. Pada saat Rosh Hashanah, roti Khallah sering dipanggang dalam bentuk bulat untuk melambangkan
sifat siklus kehidupan atau mahkota Tuhan YHWH. Kismis terkadang ditambahkan ke
adonan untuk tahun baru yang manis.
Pada saat Rosh Hashanah, beberapa orang Yahudi mempraktikkan kebiasaan yang
dikenal sebagai Tashlikh
(membuang/melempar), di mana mereka membuang potongan roti atau batu ke dalam
aliran air sambil membaca doa. Saat roti, yang melambangkan dosa-dosa tahun
lalu, disapu, mereka yang memelihara tradisi ini meyakini telah dibersihkan dan
diperbarui secara spiritual.
Kegiatan lain semasa perayaan Rosh ha Shanah adalah dengan mengunjungi
makam keluarga untuk menaikkan doa-doa kepada Tuhan dan mengenang mereka yang
telah wafat mendahului keluarga yang ditinggalkan di dunia.
Orang Yahudi saling menyapa saat
perayaan Rosh Hashanah dengan frasa
Ibrani L’shana tovah yang
diterjemahkan menjadi "untuk tahun yang baik." Ini adalah versi
singkat dari salam Rosh Hashanah
yaitu L’shanah tovah tikatevu we
khatotenu (Semoga Anda dituliskan dan disegel untuk tahun yang baik).
Relevansi Rosh ha Shanah Terhadap
Kekristenan
Jika Yesus (Yahshua/Yeshua) merayakan
hari-hari raya YHWH (Ul 23:1-44) dan memberi makna ulang yang merujuk kepada
pemenungan nubuat terhadap diri-Nya sebagaimana beliau lakukan saat
melaksanakan jamuan Seder Pesakh menjelang sengsara salib (Mat 27:26-29, Mrk
14:22-25, Luk 22:15-20). Jika Rasul Paul memberikan makna-makna kristologis dan
mesianis terhadap hari-hari raya yang ditetapkan YHWH sebagaimana tersurat
dalam istilah “Anak Domba Paskah kita” (1 Kor 5:7).
Demikian pula jika Rasul Yohanes
menyebut Yesus sebagai “pendamaian untuk segala dosa kita” (1 Yoh
2:2). Maka Rosh ha Shanah/Yom Truah memiliki
hubungan yang rapat dengan peristiwa kedatangan Mesias yang kedua kali di mana
dikatakan, “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat
berseru dan sangkakala Tuhan berbunyi, maka Tuan/Junjungan Agung sendiri akan
turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Mesias akan lebih dahulu bangkit”
(1 Tes 4:16).
Tujuh hari raya YHWH yang ditetapkan
di Sinai bukan hanya sebuah peristiwa historis antara Tuhan YHWH dan umat-Nya,
Israel melainkan memiliki maksud eskatologis (peristiwa yang akan terjadi) dan
profetis (nubuatan) yang merujuk pada tindakan yang akan dilakukan oleh Mesias,
Putra-Nya Yang Tunggal itu yang bernama
Maka di saat kita umat Kristiani
(khususnya mazhab Yudeo Kristen) merayakan tujuh hari raya mulai dari Pesakh
hingga Sukkot, kita merayakan baik peristiwa historis (tindakan Tuhan YHWH
terhadap Israel) maupun peristiwa eskatologis dan profetis yang menubuh di
dalam diri Yesus Sang Mesias, Juruslamat dan Junjungan Agung kita
Yang Ilahi.
Selain beribadah, kita bisa mengisi
hari raya Rosh ha Shanah dengan mengunjungi makam keluarga dan membesihkan
serta menaikkan bacaan mazmur sebagai doa pengagungan akan kebesaran Tuhan dan
cara untuk menyapa mereka yang telah wafat mendahului kita.
Rosh ha Shanah, Covid-19 dan Panggilan
Memperbaiki Kehidupan
Perayaan Rosh ha Shanah/Yom Truah tahun 5781 kali ini dibayang-bayangi oleh
pandemi global akibat wabah virus Covid-19 yang pertengahan tahun 2020 mulai
meluas ke seluruh bagian dunia termasuk Indonesia.
Berbagai kegiatan ibadah dan perayaan
keagamaan yang biasanya diselenggarakan dengan sukacita dan berkumpul bersama
berubah menjadi ibadah-ibadah yang hanya diselenggarakan di rumah-rumah dan
dalam suasana keprihatinan. Sebagaimana saat kita merayakan Pesakh, ha Matsah (Roti Tidak Beragi)
dan Shavuot (Pentakosta) beberapa
bulan lalu. Demikian pula saat perayaan Rosh ha Shanah/Yom Truah kali ini.
Ditengah bayang-bayang Covid-19 yang
belum menunjukkan tanda-tanda mereda ini, pesan Rosh ha Shanah/Yom Truah bergema pada kita dan mengajak kita bukan
hanya melakukan introspeksi dan pertobatan pribadi hingga perayaan Yom Kippur
(Pendamaian) sepuluh hari ke depan. Kita semua sebagai umat manusia diingatkan
dan dipanggil kembali memperbaiki kehidupan. Mengapa kehidupan harus
diperbaiki? Karena kehidupan kerap dirusak oleh tangan manusia yaitu kita
sendiri melalui ketamakan dalam mengambil dan mengeksplorasi sumber daya alam
dan kecerobohan dalam mempergunakan teknologi sehingga menimbulkan kerugian
massal.
Keberadaan Covid-19 bukan tanpa sebab
awal. Terlepas banyak teori dan dugaan apa yang menyebabkan namun penyebarluasan
Covid-19 hingga menjadi pandemi global mengingatkan pada kita agar memiliki
gaya hidup yang bersih dan bersahabat dengan alam.
Para pemimpin dunia melalui
lembaga-lembaga kesehatan berkeputusan, selain berupaya menemukan obat anti
virus Covid-19, diberlakukan protokol global berupa penggunaan masker,
pembiasaan mencuci tangan serta menjaga jarak aman secara fisik terhadap sesama
kita.
Marilah kita bersama-sama untuk
melakukan introspeksi dan pertobatan serta berkomitmen untuk turut serta
menciptakan kehidupan dunia dan lingkungan yang lebih baik lagi. Marilah kita
bersama memiliki pengharapan di Tahun Baru 5781 agar dunia segera disembuhkan
dari pandemi Covid-19 dan kehidupan berjalan normal kembali.
No comments:
Post a Comment