Perdebatan dan diskusi perihal relevansi penggunaan nama Tuhan YHWH dalam ibadah Kristiani dan penyalinannya dalam teks tertulis masih tetap terjadi hingga hari ini. Dialektika pemikiran yang terus menerus terjadi dari satu tesis dan anti tesis menuju sebuah sintetis. Atau bahkan hanya sekedar perulangan argumen dari waktu ke waktu. Berikut ini penulis ingin memberikan sebuah tanggapan dari sebuah tanggapan terhadap relevansi penggunaan nama YHWH sebagai salah satu bentuk dialektika pemikiran teologis.
Dalam sebuah artikel dengan judul, Kesalahan Kelompok Yahweh pada bagian kesimpulan, Meifel Kontra penulisnya mengatakan sbb:
Dari pembahasan diatas sangat jelas terlihat kesalahan-kesalahan kelompok ini. Mereka menganggap nama YAHWEH adalah yang benar. Padahal nama/kata ini bukanlah bahasa Ibrani dan jelas-jelas salah dalam pengucapannya. Kelompok YAHWEH juga tidak memahami pergantian masa dari ibadah simbolik kepada ibadah hakekat. Ketika masuk ke dalam ibadah hakekat (PB), Tuhan tidak lagi menonjolkan nama YHWH tetapi nama YESUS
Selain itu, Alkitab sendiri membuktikan bahwa dirinya ditulis dalam bahasa Ibrani, yang pada intinya menolak kesimpulan kelompok YAHWEH tentang keharusan pemakaian nama YHWH
Jadi, walaupun mereka menggunakan Alkitab, kelompok YAHWEH ini sebenarnya tidaklah alkitabiah. Dengan pandangan-pandangan dan argumen yang mereka pegang, terlihat pertentangannya yang jelas dengan Alkitab
http://www.sarapanpagi.org/kesalahan-kelompok-yahweh-vt9747.html
Saya akan memberikan tanggapan terhadap kesimpulan akhir yang merupakan perasan keseluruhan gagasan penulisnya terhadap apa yang dipahaminya mengenai konsepsi nama Tuhan dan komunitas Kristen yang menghayati kebenarannya. Tanggapan ini sekaligus sebagai perimbangan argumentasi dan wujud pertanggungjawaban intelektual dari sebuah keyakinan teologis perihal relevansi penggunaan nama YHWH dalam ibadah Kristiani.
Mengenai Pelafalan Yahweh
Memang benar bahwa di antara kelompok Kristiani ada yang memaksakan penulisan nama Yahweh - sebagaimana penilaian Meifel Kontra - dengan membuat tanda baca (nikud) untuk YHWH yang seharusnya dibaca YeHoWah menjadi YaHWeh sementara dalam naskah TaNaKh versi Masoretik tidak pernah dijumpai sekalipun penulisan dengan tanda baca yang menghasilkan pengejaan Yahweh.
Namun upaya pengejaan dengan YaHWeH memiliki dasar karena ungkapan seruan Haleluya/HaleluYah sebenarnya dari dua kata Hallel dan Yah yang bermakna Pujilah Yah.
Sekalipun nikud untuk YHWH adalah יְהוָה sehingga tidak diucapkan YaHWeH melainkan YeHwaH dalam banyak ayat di mana nama YHWH muncul, namun hampir mayoritas para sarjana Kitab Suci dan berbagai kamus modern menyatakan bahwa nama Tuhan dalam Kitab Suci TaNaKh adalah YAHWEH, sebagaimana beberapa kutipan pernyataan berikut ini: Rabbinical literature - the name Yahweh is considered the name proper (Jewish Encylopaedia Vol IX, p. 162). Demikian pula dikatakan, The true pronounciation of the name was never lost. Several early greek writers of the christian church testify that the name was pronounced Yahweh (The Encylopaedia Judaica Vol VII, 1972:680)
Sekalipun pelafalan nama YaHWeh dimunculkan oleh Genebradus namun upaya yang dilakukannya berusaha merujuk pada pelafalan di periode Bapa Gereja Klemens yang mengeja dengan lafal Yunani IAOVE atau teks Torah Samaria yang mengeja dengan IABE. Ini adalah sebuah upaya untuk menemukan pelafalan asli karena tidak mungkin semua kalimat dalam Torah bisa diberi tanda baca dan dieja namun nama Tuhan tidak ada tanda baca dan terlupakan pelafalannya.
Jangan lupa, ejaan YeHoWaH atau JeHoVah dalam teks bahasa Inggris pun dianggap sebuah pelafalan yang muncul di Abad 16 sebagaimana dikatakan:
The form Jehovah was used in the 16th century by many authors, both Catholic and Protestant, and in the 17th was zealously defended by Fuller, Gataker, Leusden and others, against the criticisms of such scholars as Drusius, Cappellus and the elder Buxtorf. It appeared in the English Bible in Tyndale’s translation of the Pentateuch (1530), and is found in all English Protestant versions of the 16th century except that of Coverdale (1535). In the Authorized Version of 1611 it occurs in Exod. vi. 3; Ps. lxxxiii. 18; Isa. xii. 2; xxvi. 4, beside the compound names Jehovah-jireh, Jehovah-nissi, Jehovah-shalom; elsewhere, in accordance with the usage of the ancient versions, Jhvh is represented by Lord (distinguished by capitals from the title “Lord,” Heb. adonay). In the Revised Version of 1885 Jehovah is retained in the places in which it stood in the A. V., and is introduced also in Exod. vi. 2, 6, 7, 8; Ps. lxviii. 20; Isa. xlix. 14; Jer. xvi. 21; Hab. iii. 19. The American committee which cooperated in the revision desired to employ the name Jehovah wherever Jhvh occurs in the original, and editions embodying their preferences are printed accordingly
https://en.m.wikisource.org/wiki/1911_Encyclop%C3%A6dia_Britannica/Jehovah
Bahkan naskah TaNaKh versi Masoretik pun tidak selalu memberi tanda baca (nikud) untuk YHWH sehingga dilafalkan YeHoWah melainkan YeHWiH (Kej 15:2), YaHWaH (Mzm 144:15)
Mengenai Ketiadaan Nama YHWH Dalam Kitab Perjanjian Baru
Ketiadaan nama YHWH dalam naskah salinan Kitab Perjanjian Baru berbahasa Yunani bukan bermakna Yesus dan para rasul-Nya tidak mengucapkan nama YHWH melainkan cara penyalinan kisah kehidupan Yesus dan ajaran para rasul dalam bahasa Yunani dimana pola pengutipan TaNaKh untuk membuktikan kemesiasan Yesus dirujuk dari naskah Septuaginta.
Naskah Septuaginta merupakan terjemahan dari naskah TaNaKh berbahasa Ibrani yang bukan berasal dari tradisi Masoretik melainkan dari tradisi yang lebih tua dan sejaman dengan naskah TaNaKh yang ditemukan di Laut Mati. Naskah Septuaginta yang mula-mula menuliskan nama YHWH dengan menggunakan bentuk Tetragrammaton (empat huruf) dalam Paleo Ibrani bukan Ibrani Modern.
Dengan mengacu pada naskah Septuaginta yang sudah beredar dengan beragam versi (ada yang menggunakan nama YHWH dan Kurios), maka Kitab Perjanjian Baru Yunani merujuk pada naskah Septuaginta dimana nama YHWH dituliskan dengan bentuk sapaan penghormatan dalam bahasa Yunani Kurios sebagai padanan untuk sapaan Adonai dalam bahasa Ibrani.
Dengan demikian, Kitab Perjanjian Baru Yunani meneruskan tradisi penulisan Kitab Suci non Ibrani dimana nama YHWH ditulis dengan sebutan Kurios.
Penulisan Kurios sebagai salinan untuk Adonai adalah wujud penghormatan terhadap nama YHWH. Namun demikian baik Yesus dan para rasul tentu mengetahui nama YHWH dan merekapun akan mengucapkan nama-nama tersebut sesuai tradisi dalam Yudaisme yaitu dalam momentum ibadah baik ibadah harian maupun perayaan Yom Kippur atau bahkan dalam beberapa percakapan dalam rangka menyampaikan ajaran. Selengkapnya dapat membaca artikel saya, Mengapa Nama YHWH Tidak Muncul Dalam Naskah Kitab Perjanjian Baru Yunani? https://pijarpemikiran.blogspot.com/2015/07/mengapa-nama-yhwh-tidak-tertulis-dalam_4.html?m=1
Jika pelafalan YaHWeH dianggap tidak Alkitabiah, bukankah pelafalan JeHoVah pun tidak Alkitabiah karena huruf Ibrani tidak mengenal huruf J? Jika pelafalan YaHWeH dianggap tidak Alkitabiah sementara pelafalan yang benar adalah YeHoWaH, namun mengapa penyalin Masoretik memberi tanda baca untuk nama Tuhan di ayat lain yang justru bisa dilafalkan dengan YeHWiH (Kej 15:2) dan YaHWaH (Mzm 144:15)?
Pelafalan nama YaHWeH sejatinya adalah sebuah upaya untuk merekonstruksi dan mencari pelafalan yang paling dekat dengan yang dimaksudkan oleh Kitab Suci dengan mengacu pada beberapa ayat termasuk Mazmur 150:6 di mana kata Halelu-Yah muncul yang bermakna "Pujilah YaH"
Kiranya tanggapan ini memberikan pencerahan dan wawasan. Tuhan YHWH, Bapa Surgawi memberkati dalam Yesus Sang Mesias, Juruslamat dan Junjungan Agung Yang Ilahi
No comments:
Post a Comment