Foto: https://en.wikipedia.org
Baik
Yudaisme dan Kekristenan berbagi kitab suci dan keyakinan yang sama terkait
mengenai konsep Ketuhanan dan Kitab Suci sebagaimana dikatakan oleh Hans Ucko dalam
bukunya, Akar Bersama: Belajar Tentang
Iman Kristen Dari Dialog Kristen-Yahudi sbb: “Gereja Kristen, teologi
Kristen dan kekristenan secara keseluruhan, tidak terpisahkan dengan umat
Yahudi atau Yudaisme (agama Yahudi). Orang Yahudi dan Kristen memiliki Kitab
Suci yang sama. Iman Kristen lahir dari dalam lingkungan Yahudi” (Jakarta:BPK
1999:5).
Ulangan
6:4-5 dalam agama Yudaisme disebut dengan “Shema”, sebuah kredo atau pengakuan
iman. Kredo ini berbunyi:
שׁמע ישׂראל יהוה אלהינו יהוה אחד
ואהבת את יהוה אלהיך בכל־לבבך ובכל־נפשׁך ובכל־מאדך
Shema
Yisrael, YHWH Eloheinu, YHWH Ekhad. We ahavta et YHWH Eloheika bekol levaveka
uvkol nafsheka uvkol meodeka (Dengarlah, hai orang Israel: YHWH itu Tuhan kita,
YHWH itu esa! Kasihilah YHWH, Tuhanmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu).
Pengakuan
keimanan ini terbagi menjadi tiga bagian: (1) YHWH adalah Tuhan (2) YHWH adalah
Esa (3) Kasihilah YHWH dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan
Rabbi
Hayim Ha Levy Donin, memberikan keterangan dalam bukunya, To Pray As A Jew demikian, “The Shema is declaration of faith, a
pledge of allegiance to One God, an affirmation of Judaism. It is the first
prayer that children are taught to say” (Shema, adalah pernyataan iman, ikrar
kesetiaan kepada satu Tuhan, sebuah penegasan mengenai Yudaisme. Ini merupakan
doa yang pertama diajarkan kepada anak untuk diucapkan - Basic Books, p.144). Shema diucapkan saat seorang bayi lahir
dan saat seorang mengalami kewafatan. Shema
diucapkan saat melaksanakan ibadah harian tiga kali sehari yaitu pagi dan siang
serta malam hari yang disebut Shakharit,
Minkhah, Maariv. Demikian juga Shema
juga dilantunkan dalam ibadah Sabat di sinagog.
Yesus
Sang Mesias dan Juruslamat kita menggemakan kembali teks Ulangan 6:4-5 dalam
sebuah percakapan dengan penganut Yudaisme mazhab Farisi sebagaimana dinarasikan
dalam teks Matius 22:34-40 sbb:
Ketika
orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu
bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya
untuk mencobai Dia:"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum
Taurat?"Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah YHWH Tuhanmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah
hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan
itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum
inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”
Teks
Matius 22:33-40 dalam iman Kristiani lazim disebut “Hukum Kasih” atau juga “Hukum
Emas” (The Golden Rule). Yesus
menambahkan teks Imamat 19:18 yang berbunyi, “Janganlah engkau menuntut balas,
dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah YHWH”.
Di
beberapa denominasi gereja, teks ini menjadi bagian dari bacaan liturgi ibadah
Minggu.Dalam gereja yang saya pimpin, Shema
ini menjadi bagian dari bacaan dalam ibadah harian pagi, siang, malam atau Shakharit, Minkhah, Maariv bersama
dengan Sepuluh Perintah dan Doa Bapa Kami serta bacaan Mazmur.
Teks
Ulangan 6:4-5 yang juga digemakan oleh Yesus sebagaimana dinarasikan dalam
Matius 22:34-40 – sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya – berisikan tiga
perkara penting yaitu; Pertama, YHWH
adalah Tuhan. Dalam Iman Kristiani kita diajar oleh Yesus Sang Mesias dan
Juruslamat kita untuk menyebut YHWH itu dengan sebutan “Bapa” sebagaimana
diajarkan dalam Doa Bapa Kami (Mat
6:9). Menyebut Tuhan YHWH Sang Pencipta dengan sebutan Bapa berakar dalam teks
Yesaya 64:8 yang berkata, We attah YHWH
Avinu (Tetapi sekarang, ya YHWH,
Engkaulah Bapa kami).
Kedua, YHWH adalah Esa. Dalam iman Kristiani kita
diajar oleh Yesus Sang Mesias dan Juruslamat kita bahwa YHWH, Sang Bapa adalah
Tuhan Yang Esa sebagaimana dikatakan: “Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu
tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan
menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat
seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Tuhan
yang Esa?” (Yoh 5:43-44)
Ketiga, Kasihilah YHWH dengan segenap hati, jiwa dan
kekuatan. Dalam iman Kristiani kita diajarkan “Kita mengasihi, karena Tuhan
lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yoh 4:19). Bagaimana Kasih Tuhan dinyatakan?
Dengan menyerahkan Yesus Putra-Nya Yang Tunggal bagi dunia sebagaimana
dikatakan: “Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16)
Sebagai
orang Kristiani, kita bukan hanya berhenti dalam sebuah pengakuan doktrinal
bahwa kita mempercayai satu Tuhan yaitu Sang Bapa Surgawi dan satu Juruslamat yaitu
Sang Putra sebagaimana diamarkan dalam Ulangan 6:4 dan juga 1 Korintus 8:6. Namun
kita diminta untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan. Apa
artinya? Kita diminta untuk senantiasa terkoneksi dengan Yang Maha Tinggi dalam
sebuah hubungan yang terus menerus dan personal. Kita memiliki intimasi dengan
Tuhan.
Jika
kita senantiasa terkoneksi dan memiliki hubungan personal dengan Tuhan maka
kita dimampukan mengasihi sesama karena dikatakan dalam 1 Yohanes 4:20, “Jikalau
seorang berkata: "Aku mengasihi Tuhan," dan ia membenci saudaranya,
maka ia adalah pendusta, karena
barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Tuhan, yang tidak
dilihatnya”
Kiranya
Sang Bapa Surgawi di dalam Sang Putra dan Junjungan Agung kita Yang Ilahi memberikan
kita kemampuan untuk membangun hubungan dengan Tuhan melalui senantiasa
mengasihi-Nya dengan sepenuh hidup kita dan mengalirkan kasih Tuhan dalam hidup
kita dengan mengasihi sesama kita, apapun keyakinan dan warna kulitnya.
No comments:
Post a Comment