Mari kita simak hukum YHWH dalam Imamat 24:17-23 sbb, "Juga apabila seseorang membunuh seorang manusia, pastilah ia dihukum mati. Tetapi siapa yang memukul mati seekor ternak, harus membayar gantinya, seekor ganti seekor. Apabila seseorang membuat orang sesamanya bercacat, maka seperti yang telah dilakukannya, begitulah harus dilakukan kepadanya: patah ganti patah, mata ganti mata, gigi ganti gigi; seperti dibuatnya orang lain bercacat, begitulah harus dibuat kepadanya. Siapa yang memukul mati seekor ternak, ia harus membayar gantinya, tetapi siapa yang membunuh seorang manusia, ia harus dihukum mati. Satu hukum berlaku bagi kamu, baik bagi orang asing maupun bagi orang Israel asli, sebab Akulah YHWH Tuhanmu”. Jika kita perhatikan dengan seksama pernyataan hukum di atas, justru tidak ada unsur balas dendam dan kekerasan. Sebaliknya, hukum YHWH di atas mengatur perihal penyelesaian sebuah persoalan dengan cara yang adil. Jika seseorang membunuh maka dia akan dihukum bunuh. Jika seseorang membunuh seekor ternak maka dia akan menganti dengan seekor ternak. Jika seseorang menyebabkan orang lain cacat maka maka dia akan dihukum dengan cara yang sama.
Siapa yang akan menjatuhkan hukuman? Hakim (Ibr: Softim). Hakim yang ditunjuk akan menghukum berdasarkan aturan yang telah Tuhan YHWH atur dalam Torah-Nya. Bukankah lebih tidak adil jika seseorang yang kehilangan seekor ternak dihukum mati? Bukankah tidak adil seseorang yang telah mencuri ternak dihukum mati? Jika yang hilang gigi, mengapa meminta nyawa? Dengan demikian, hukum dan aturan YHWH itu mencerminkan keadilan.
Torah melarang untuk membalas kejahatan dengan kejahatan dan membalas dendam sebagaimana dikatakan, “Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah YHWH” (Im 19:17-18).
Penjelasan dan kutipan ayat-ayat di atas merobohkan tuduhan dan kesalahpahaman orang Kristen yang mengatakan bahwa Torah mengajarkan kekerasan dan dendam.
Lalu mengapa jika hukum mata ganti mata dan gigi ganti gigi mencerminkan hukum yang adil, mengapa Yesus berkata demikian: “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil” ?(Mat 5:38-41). Ucapan Yesus di atas bukan dimaksudkan membenturkan ajaran diri-Nya dengan Torah YHWH melainkan mengajarkan bahwa janganlah menjadikan hukum gigi ganti gigi dan nyawa ganti nyawa sebagai alasan untuk bertindak dengan main hakim sendiri. Hukum gigi ganti gigi dan nyawa ganti nyawa kerap dijadikan alasan untuk membalas dendam dan bertindak diluar hukum. Perhatikan film-film bernada kekerasan dan laga, selalu memasukkan gagasan balas dendam individu yang dirugikan.
Yesus mengajarkan agar kita memutus rantai dendam dan keinginan nafsu untuk menuntut pembalasan atas kejahatan yang dilakukan seseorang terhadap kita. Dengan mengampuni, maka kita memutus rantai dendam dan pembalasan.
Frasa “kamu telah mendengar” (bukan, “kamu telah membaca”) menunjukkan bahwa Yesus mengritik penafsiran terhadap ayat-ayat dalam Torah yang tidak tepat dan bukan mengritik Torah itu sendiri. Jika Yesus memposisikan diri-Nya melawan dan membatalkan pernyataan Torah, seharusnya Dia berkata, “Ada tertulis. Namun Aku berkata kepadamu”.
Kajian kita atas teks-teks Torah dan ucapan Yesus Sang Mesias Juruslamat kita membuktikan bahwa hukum mata ganti mata, gigi ganti gigi dan nyawa ganti nyawa bukan hukum kekerasan dan balas dendam. Sebaliknya adalah hukuk keadilan yang harus ditegakkan. Yang berhak memutuskan keadilan adalah lembaga peradilan hukum yang telah ditunjuk. Di atas segalanya, Yesus mengajarkan agar kita memutus rantai dendam dan nafsu membalas dengan cara mengampuni. Mengampuni adalah jalan menuju pembebasan dari perbuadakan nafsu dendam dan amarah.
Uraian yg tepat....Saya setuju dengan pendapat bpk
ReplyDeletedi atas.
Tuhan Y'Shua tidak mungkin mengajarkan yang bertentangan dengan Torah, tetapi DIA menyatakan
makna yg sebenarnya yaitu apa yang persisnya dikehendaki oleh Bapa... yaitu pada level sempurna:
membalas kejahatan dengan kebaikan !
tapi klo menurut saya sih agak berbeda. maksudnya adalah, hukum keadilan ttp di tegakan, hanya saja oleh siapakah hukum itu layak di tegakan/ di adili ? sesuai dgn artikel ini, jawabannya adl HAKIM. bukan kita yg membalas langsung. krn jika kita yang membalas langsung, itu sama saja sudah melawan lembaga hukum yg telah di tunjuk. ( istilah jaman sekarang, main hakim sendiri ). nah tugas kita yg menerima kejahatan itu, jgn membalas dgn kejahatan lagi, tp dgn hukum kasih yaitu " tampar pipi kanan, kasih pipi kiri". nah di jaman sekaarang, fungsi hakim itu adalah Yesus, dasar inilah yg menjadi acuan dari penulis2 kitab Injil maksudkan. jadi, kita ttp menjalankan prinsip hukum kasih ini secara pribadi, tp jika kita jgn menerapkan hukum "mata ganti mata" utk menhindari balas dendam yg akan membuat kita berbuat dosa. biarlah sang hakim agung ( Yesus Kristus ) yang akan memutuskan dan menghukum perihal "mata ganti mata & gigi ganti gigi". jadi betul bahwa hukum PL dan PB tidak ada yang berubah, hanya saja digenapi oleh Yesus dgn cara yang lebih bermakna dan sempurna thd hukum taurat.
ReplyDeleteSaya sangat setuju dan dapat memahami ulasan Bapak Teguh Hindarto. Bagus sekali penjelasannya. Rasanya tulisan tersebut perlu dipublikasikan, supaya banyak orang-orang Kristen dan Pendeta-Pendeta mengetahui, bahwa YaHShua datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya. Sbb, banyak hamba Tuhan mengatakan hal sebaliknya: Dengan kehadiran YaHSHua hukum Taurat menjadi tidak berlaku lagi. Saya sangat setuju. Kalau boleh saya juga akan mempublikasikannnya pada blog saya: aatprosperityelohim.blogspot.com, Bagaimana Bapak?
ReplyDeleteSeorang Pendeta di Manado bergelar MTh (tdk perlu saya sebut nama dan dari denominasi mana), sewaktu siaran Radio sumber Kasih jam 9-10 pagi pada hari Sabtu menyatakan bahwa TAURAT MENGAJARKAN BALAS DENDAM. penafsiran ini dikutip dari "mata-ganti mata gigi ganti gigi"
ReplyDeleteYa bnyk yg menyalah artikan dr ungkapan "mata gnti mata gigi gnti gigi",rata2 para pndeta pnya pndapat yg sama,tp br kali ini ada yg beda,mngkin krn mereka punya persepsi negatif yg berlebihan tntang torah jd output nya pun jg akan negatif dlm memahami/menafsirkan suatu ungkapan
ReplyDeletePaham. Sebaiknya menegakkan hukum kasih
ReplyDelete