Tanpa bermaksud membuat stigma
negatif dan membuat generalisasi (penyamarataan), kita kerap disuguhi kenyataan
sebagaimana dilaporkan dalam sejumlah media sosial atau siaran-siaran infotainment di sejumlah media
elektronik bagaimana para aktor dan aktris – baik dalam negeri maupun luar
negeri – yang begitu piawai dan berhasil menerima sejumlah penghargaan dibidang
tokoh yang diperankannya dalam sejumlah film ternama. Namun ironisnya kita
kerap melihat dan mendengar bagaimana aktor yang mampu memerankan sejumlah
tokoh dan menjadi idola banyak orang justru kerap gagal memerankan dirinya
sendiri dalam kehidupan pribadi dan keluarganya.
Tidak sedikit kita mendengar
atau menyaksikan di sejumlah layar televisi bagaimana para aktor dan aktris
tersebut terjerat sejumlah masalah hukum, mulai dari kasus narkoba, kasus
kekerasan dalam rumah tangga, kasus penipuan hingga perceraian. Memerankan
orang lain itu mudah dan bisa dipelajari baik seara formal melalui institusi
pendidikan seni dan aktor maupun secara non formal melalui belajar sendiri.
Namun memerankan diri sendiri itu tidak mudah. Mengapa memerankan diri sendiri
itu tidak mudah? Ada banyak ragam jawaban namun salah satunya adalah kita
setiap hari selalu berhadapan dengan keaslian diri kita sendiri yang bisa jadi belum
kita kenali secara sungguh-sungguh atau mungkin belum mampu kita tundukkan
sepenuhnya. Tidak heran kita pernah mendengar kalimat bijak, “kenalilah dirimu
sendiri” dan “musuh terbesar adalah diri kita sendiri”.
Rasul Paul memberi
contoh agar kita mengenai diri kita sebagaimana dia mengenali dirinya saat
berkata, “Sebab apa yang aku perbuat, aku
tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa
yang aku benci, itulah yang aku perbuat” (Rm 7:15). Beliau sangat menyadari
bahwa ada kekuatan lain yang bekerja dan berlawanan dengan keinginan dirinya
sebagaimana dikatakan selanjutnya, “Jadi
jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang
memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. Demikianlah aku dapati hukum
ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku” (Rm
7:20-21). Agar kita dapat memerankan diri kita sendiri, kenalilah diri kita
baik kelebihan dan kekurangannya dan membenahi sejumlah kekurangan dengan
tinggal di dalam sabda Yesus yang akan mengubah perilaku kita agar menjadi
seseorang yang lebih baik dari hari kemarin
No comments:
Post a Comment