Bacaan: Matius 6:19-24
Sebelum meninggal dunia, di tempat tidurnya,
Raja Alexander Agung (356 – 323
sM).mengumpulkan para jenderalnya dan menyampaikan 3 harapan terakhirnya yaitu:
(1) Dokter terbaik harus membawa peti matinya (2) Semua harta kekayaannya yang
dia kumpulkan selama hidupnya (uang, emas dan batu permata) harus disebar di
sepanjang jalan prosesi pemakaman menuju kuburannya (3) Tangannya harus
dibiarkan tergantung di luar peti mati agar semua orang dapat melihat. Salah
seorang jenderalnya yang terkejut dengan permintaan yang tidak biasa itu
meminta Alexander untuk menjelaskan permintaannya tersebut. Berikut adalah
penjelasan dari Alexander Agung : (1) Saya ingin dokter terbaik yang membawa
peti mati saya untuk menunjukkan bahwa saat dijemput ajal, bahkan dokter terbaik
di dunia sekalipun tidak memiliki kemampuan untuk menyembuhkan bahkan
mengembalikan tubuh yang mati (2) Saya ingin jalan menuju pemakaman ditaburi
dengan semua harta kekayaan saya agar setiap orang bisa melihat bahwa semua
kemakmuran material yang diperoleh di bumi akan tetap tinggal di bumi dan tidak
akan di bawa di alam kematian (3) Saya ingin tangan saya terayun di luar peti
mati agar orang-orang mengerti bahwa kita datang ke bumi dengan tangan kosong
dan meninggalkan bumi juga dengan tangan kosong, setelah harta kita yang paling
berharga, yaitu Waktu, habis.
Kisah di atas mengingatkan kita mengenai dua
hal yaitu: Pertama, kekayaan materil
yang dikumpulkan di dunia tidak akan pernah kita bawa mati dan tidak pernah
membawa manfaat apapun dalam alam kematian. Kedua,
pergunakan waktu yang ada untuk mengisinya dengan sebaik mungkin karena jika
waktu dan jam kehidupan yang dipercayakan pada kita telah habis namun kita
belum mengisinya dengan kehidupan yang memuliakan Tuhan dan bermanfaat bagi
orang lain, maka kita tidak akan pernah mengulang kembali kehidupan yang telah
berlalu.
Yesus Sang Mesias Juruslamat kita telah
mengingatkan melalui sabda-Nya agar kita “mengumpulkan harta di surga” (Mat
6:19) agar ngengat dan karat tidak akan merusakknya dan pencuri tidak akan
dapat mencurinya. Apa arti “mengumpulkan harta di surga?” Berbuat kebajikkan
sebagai tanda bahwa kita telah ditebus dari kuasa maut dan dikaruniai kehidupan
kekal. Barangsiapa sudah diselamatkan namun tidak pernah berbuat kebaikkan
dalam hidupnya, maka mereka tidak pernah mengumpulkan harta di surga. Setiap
perbuatan baik atau jahat akan mendapatkan balasan dari Tuhan (Rm 2:6-8),
Setiap perbuatan baik atau jahat akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan (2
Kor 5:10), perbuatan baik akan menjadi pakaian kita (Why 19:6-9), perbuatan
baik kita akan menemani kita saat kita beristirahat menanti hari penghakiman
(Why 14:13). Salah satu perbuatan baik adalah berbagi harta kita (jika kita
berlebih) terhadap mereka yang membutuhkan. Dengan berbagi harta kita maka kita
tidak mengikatkan diri pada harta benda (Mzm 62:11) melainkan melekatkan diri
kita pada Tuhan.
Mereka yang melekatkan dirinya pada harta
materil adalah mereka yang disebut sebagai orang yang “bermata jahat” sebagai
lawan dari orang yang “bermata baik” (Mat 6:22-23). Membaca terjemahan Kitab
Suci tanpa mengetahui latar belakang bahasa sumber penulisan Kitab Suci dan
latar belakang kebudayaan Yahudi dan agama Yudaisme Yesus dan para
murid-muridnya, tentu akan mengalami kegagalan dalam memahami sabda-sabda
Yesus. Sekalipun Kitab Perjanjian Baru dituliskan dalam bahasa Yunani namun
semua ungkapan, percakapan, ajaran Yesus Sang Mesias hanya dapat dimengerti
dalam bingkai kebudayaan Yahudi dan Yudaisme. Istilah “mata jahat” (Ibr: ayin ra’ah) dan istilah “mata baik” (ayin tovah) bukan berbicara perihal mata
jasmani yang sesungguhnya melainkan perilaku yang terkait dengan sikap hati
seseorang khususnya terhadap harta benda. Istilah “mata jahat” (ayin ra’ah)
dalam kebudayaan Yahudi bermakna “orang yang jahat, kikir, pelit” sementara
istilah “mata baik” (ayin tovah) bermakna “orang yang dermawan dan baik budi”
sebagaimana dikatakan dalam literatur Yahudi kuno yaitu Mishnah Avot 5:22
dimana murid-murid Abraham memiliki 3 ciri yaitu: ayin tovah, ruakh nemukhah, nefesh shefalah (mata baik, kerendahan
hati, jiwa yang terbuka) dan murid-murid Bileam memiliki ciri sebaliknya yaitu:
ayin ra’ah, ruakh gevoha, nefesh rekhava (mata buruk, tinggi hati, jiwa yang
tertutup). Orang yang “bermata jahat” alias orang yang melekatkan dirinya
dengan harta benda dan kikir tentu saja bertuankan Mamon selain Tuhan, padahal
Yesus tidak menginginkan itu menjadi gaya hidup orang beriman.
Marilah kita menjadi pengikut Yesus Sang
Mesias Juruslamat kita yang mengikuti sabda-Nya agar kita mengumpulkan harta
surgawi selama nafas masih menyatu dengan badan kita, Amen.
Terima kasih. Anda telah membantu saya memahami mat 6:22, serta menunjukkan bagaimana mengumpulkan harta di sorga (yang notabene sulit ditemukan jawaban yang akurat di internet). GBU
ReplyDelete