Pengaruh
Teologi Kemakmuran yang merupakan kepanjangan tangan kapitalisme dalam gereja
yang berkembang di Amerika telah mengontruksi pemahaman banyak umat Kristen –
termasuk di Indonesia yang menganut teologi serupa – bahwa kemiskinan adalah
kutuk dan kemiskinan seperti penyakit yang harus diusir layaknya doa-doa
pengusiran setan, sebagaimana dipraktekkan sejumlah gereja di Indonesia.
Pemahaman sempit demikian bukan hanya tidak berdasar namun kontradiktif dengan
banyak ayat-ayat dalam Kitab TaNaKh dan Perjanjian Baru perihal mengapa
seseorang mengalami kemiskinan dan bagaimana orang Kristen dapat mengambil
bagian dalam memperlakukan orang miskin sebagaimana diperintahkan Tuhan.
Salah
satunya diperintahkan Tuhan Yahweh dalam Imamat 25:35-38. Ayat tersebut
menegaskan tiga hal: Pertama,
kemiskinan bisa terjadi pada siapapun sebagaimana dikatakan, “Apabila saudaramu jatuh miskin”.
Seseorang bisa miskin karena banyak faktor al., kemalasan, kebodohan, gagal
bisnis, dicurangi orang lain, akibat sebuah kebijakkan pemerintah yang
merugikan dll. Kedua, jika saudara
kita mengalami kondisi kemiskinan karena sebuah sebab, kita harus mengambil
bagian untuk menopangnya sebagaimana dikatakan, “…maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang…Kata
yang diterjemahkan dengan “menyokong” dalam bahasa Ibraninya dipergunakan kata
Ibrani hekhezakhta (akar katanya khazaq: membuat kuat).
Orang asing (ger) dan pendatang (toshav) adalah orang non Israel yang tinggal dan mengikuti aturan
hukum di Israel (Kel 12:49, Im 19:33). Konsekwensinya, jika orang asing dan
pendatang saja harus dilindungi apalagi saudara sendiri yang mengalami
kesusahan. Ketiga, jangan mengambil
riba saat meminjamkan uang kepada saudara yang kesusahan sebagaimana dikatakan,
“Janganlah engkau mengambil bunga uang
(nesek) atau riba (marbit) daripadanya…”. Tuhan melarang mengambil riba dan
bunga dikarenakan: merugikan sesama (Yehz 22:12), mengambil keuntungan pribadi
(Ams 28:8).
Sudahkah Anda menjadi saudara bagi orang lain dan sudahkah Anda menjadi
saudara bagi saudara Anda sendiri dengan menopangnya saat dia mengalami jatuh
miskin? Jika Anda mampu secara ekonomi, meminjamkan sebagian harta Anda (Mat 5:42) adalah wujud hekhezakhta (membuat kuat) Anda terhadap saudara/sesama.
No comments:
Post a Comment