Seorang pria membawa pulang truk baru kebanggaannya,
kemudian ia meninggalkan truk tersebut sejenak untuk melakukan kegiatan lain.
Anak lelakinya yang berumur 3 tahun sangat gembira melihat ada truk baru, ia
memukul-mukulkan palu ke truk baru tersebut.
Akibatnya truk baru tersebut
penyok dan catnya tergores. Mengetahui hal itu, segera saja sang ayah tersebut
berlari menghampiri anaknya dan tanpa berpikir panjang memukulnya, kemudian tak
puas sampai disitu saja, sang ayah juga memukul tangan anaknya dengan palu
sebagai hukuman. Sang Ayah berfikir bahwa dengan melakukan tindakannya tersebut anak lelakinya tersebut tidak akan
mengulangi perbuatan nakalnya. Setelah sang ayah tenang kembali, dia segera
membawa anaknya ke rumah sakit.
Sesampai di Rumah Sakit, Tim Dokter pun
berusaha keras menyelamatkan tangan si anak lelaki tersebut. Akan tetapi
walaupun para dokter telah mencoba dengan segala usaha untuk menyelamatkan
jari-jari anak yang hancur tersebut, tetapi mereka tetap gagal. Akhirnya dokter
memutuskan untuk melakukan amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil
tersebut untuk menghindari infeksi yang lebih parah.
Ketika anak kecil itu
sadar dari operasi amputasi dan jarinya telah tidak ada dan dibungkus perban,
dengan polos si anak kecil itu berkata, "Papa,
aku minta maaf tentang trukmu" Kemudian, ia bertanya, "tetapi kapan jari- jariku akan
tumbuh kembali?". Mulut Sang Ayah tercekat
tanpa sepatah katapun dan hati yang dipenuhi rasa bersalah, kemudian Sang Ayah
pulang ke rumah dan setelah itu melakukan bunuh diri. Orang tua pun dapat
berbuat jahat berdosa pada anaknya.
Ketika orang tua melakukan kekerasan
permanen terhadap anaknya, menghinanya di muka umum, merendahkan kemampuannya,
maka orang tua telah melakukan perbuatan berdosa dan mematikkan harga diri dan
martabatnya serta merusak kepribadian dan masa depannya.
Kita tentu masih ingat
kasus yang belum lama terjadi yaitu seorang anak kedapatan bunuh diri hanya
dikarenakan dimarahi habis-habisan oleh orang tuanya karena nilai rapornya yang
buruk bukan? Itulah sebabnya dikatakan, “Hai
bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya” (Kol
3:21).
Marilah para orang tua agar menjalankan tugas dan kewajibannya untuk
mendidik anak-anaknya. Tindakkan tegas dan keras diperlukan sebagai bentuk
kedisiplinan namun jangan sampai mematikkan perkembangan kepribadiannya di masa
depan.
No comments:
Post a Comment