Satu orang saleh mencoba untuk memenuhi hukum Kasih dan selalu
menerima dan memberikan tumpangan kepada para pengembara menginap di
rumahnya. Suatu hari ada seorang pengembara tua mengetuk pintu dan
memohon agar bisa beristirahat di rumahnya. Tuan rumah menunjukkan
keramahannya dan menyajikan hidangan makan malam untuk dinikmati
bersama. Dengan senang hati sang pengembara tua ini menyambut keramahan
sang tuan rumah dan segera mulai makan.
Sang tuan rumah yang saleh ini bertanya mengapa ia tidak bersyukur kepada Tuhan sebelum mulai menyantap hidangannya. Sang Pengembara tua menjawab bahwa ia belum pernah melakukan hal
tersebut (berdoa dan mengucap syukur sebelum makan), dan saat itu dia
tidak berniat untuk melakukannya.
Sang tuan rumah yg saleh marah dan langsung mengusir si pengembara tua pergi dari rumahnya. Di malam yang sama, ketika sang tuan rumah yg saleh mulai berdoa, Tuhan
bertanya kepadanya mengapa ia mengusir tamu yang lelah dan kelaparan
tsb.
"Saya tidak tahan menyaksikan dia tidak tahu berterima kasih kepadaMu, Tuhan!", jawab sang tuan rumah. Lalu Tuhan berkata kepadanya, "Aku sanggup menanggung perlakuan orang
ini kepadaKu selama 60 tahun, dan kamu tidak bisa mentolerir perilakunya
hanya dalam satu malam saja!"
Yang kita seharusnya lakukan adalah memberi kesempatan orang berdosa untuk berjumpa dengan Sang Kebenaran tanpa sebuah paksaan karena Sang Kebenaran selalu memberi kesempatan sebagaimana disabdakan, "Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuan (Adonai) Yahweh (YHWH). Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?" (Yehz 18:23)
Kiranya kita semua dimampukan untuk tidak memaksakan melainkan memberikan kesempatan masing-masing orang mengambil keputusan.
No comments:
Post a Comment